Tersangka Utama

7.7K 765 25
                                    

Ibu mengajakku dan Hamid ke luar rumah, duduk di teras. Aku mengintip melalui sela-sela gordin, melihat situasi di dalam. Terlihat ayah beberapa kali terjatuh ke lantai. Ustad Juned pun sempat terseret cukup jauh.

Makhluk macam apa yang sedang mereka hadapi? Di pagi hari saja, kekuatannya begitu menakutkan. Mungkinkah itu si Kakek Tua dan Anak Iblis?

"Syad," panggil Ibu.

Aku menoleh, "Ya, Bu."

"Kamu bilang kemaren itu gara-gara Risa."

"Iya, Bu."

"Emangnya kamu dikasih minuman apa sama dia?"

"Arsyad gak liat, Bu. Soalnya di sana gelap. Tapi rasanya kaya teh gitu, cuman pait banget."

"Abis minum itu apa yang kamu rasain."

"Antara sadar gak sadar, Arsyad ngikutin perintah dia. Sama ada suara di kepala gitu."

Ibu bangkit dari kursi.

"Ibu mau ke mana?" tanyaku.

"Mau ke rumahnya."

"Jangan, Bu. Nunggu ayah sama Ustad Juned aja."

"Dari pertama dateng ke sini, pengen banget ketemu ibunya dia." Ibu melangkah pergi. "Kamu jangan ke mana-mana. Jagain Hamid!" Sekarang hanya bisa berharap ibu tidak membuat keributan di rumah Risa.

Selang beberapa menit kemudian, terlihat ibu sedang berjalan pulang. "Kok cepet banget, Bu?" tanyaku saat ia melewati pagar.

"Orangnya gak ada."

"Lagi pergi kali, Bu."

"Masa pergi bawa tas gede."

"Ibu tau dari mana?"

"Tetangganya yang bilang. Katanya semalem pergi, dijemput mobil."

Jujur, aku masih menaruh harapan kalau yang kemarin memberiku minuman itu Jin yang menyerupai Risa. Namun, kalau begini, kecurigaanku terhadapnya malah semakin besar. Sekarang yang menjadi pertanyaan, apakah dia melakukannya atas kemauannya sendiri atau atas paksaan ibunya.

__________

Ayah menghampiri kami. Bajunya tampak begitu kotor. Ada luka goresan di siku dan lututnya. Melihat hal itu, ibu langsung bangkit dari duduknya.

"Ayah gak apa-apa?" tanya Ibu.

"Alhamdulillah, gak apa-apa, Bu."

"Udah beres semua?"

"Masih belum tau. Sekarang kondisinya sih udah aman. Yuk masuk! Ada yang mau Ustad Juned omongin." Ayah mengajak kami masuk.

Ustad Juned sedang duduk di ruang tengah. Baju putihnya sudah agak menghitam, penuh dengan debu yang pekat. Ditambah ada noda berwarna merah di bagian tangan.

"Sini Arsyad duduk deket Om," ucap Ustad Juned seraya mengembangkan senyumnya.

Aku pun menghampiri, duduk di sampingnya. "Pak Ustad sama ayah kenapa bajunya kotor banget?" tanyaku.

"Debu dari gudang, Syad. Tebel banget," sahut Ayah.

"Iya. Kayanya itu gudang udah lama gak dibersihin."

"Apa Pak Ustad ketemu sama si Anak Iblis?" tanyaku.

"Yang badannya besar dan item, ya?"

Aku mengangguk.

"Itu namanya Genderuwo, bukan Anak Iblis. Kamu dikerjain dia, ya?"

"Iya."

"Genderuwo itu pintar berubah wujud. Bahkan bisa menirukan suara orang," ucapnya.

RUMAH DUKUNWhere stories live. Discover now