Prolog: Into The New Defiance

42 8 0
                                    

Sudah lebih dari 10 menit suasana ruang keluarga itu terasa mencekam. Pertengkaran antara ayah dan anaknya itu membuat seisi rumah terasa tegang.

"Ayah! Aku tidak mau!" seru seorang gadis pada ayahnya dengan nada sedikit membentak. Si ayah yang sudah jengkel karena perintahnya terus ditentang oleh anaknya itu siap melayangkan satu tamparan sebelum si ibu menahannya.

"Apa-apaan kau, kau ingin menamparnya? Kau tega? Bagaimana pun dia anakmu!" bela si ibu.

"Kau harus pergi! Tidak ada penolakan!" Anak itu terus menggeleng sembari menangis tidak ingin menerima perintah ayahnya.

"Ini ulah ayah, mengapa harus aku yang menjadi korbannya?"

"Korban? Korban kau bilang? Ayah melakukan ini demi kehidupanmu juga. Kau bisa hidup bahagia dan berkecukupan karena usaha ayah, dan kau bilang kau korban, anak tidak tahu diuntung!" Si ayah kembali mendekati anak gadisnya itu, namun dengan sigap sang istri kembali menghalangi suaminya yang sedang naik pitam itu. "Minggir!" Sang istri sama sekali tak mengubah posisinya.

"Kubilang minggir!" Pria paruh baya itu berhasil mendorong tubuh istrinya hingga tersungkur. Mata anak itu membulat tidak terima ibunya didorong begitu oleh ayahnya.

Kali ini jarak si ayah dan anaknya semakin tipis. Napas ayahnya memburu karena emosi. "Ayah hanya ingin kau menuruti perkataan ayah. Kuliahlah di universitas yang telah ayah pilih, dan begitu kau lulus kau harus mengawasi media agar hal ini tak sampai bocor." Nampaknya emosi si ayah mulai mereda. Anak itu masih menatap ibunya yang merintih kesakitan. Sang ayah yang merasa anaknya tidak memerhatikannya memegang bahu anak itu dan mengoyangkannya perlahan.

Anak itu memalingkan pandangannya dan melihat ayahnya yang berdiri di depannya dengan penuh harap agar dirinya menurut. "Tapi..."

"Tapi apa?" Tak ada jawaban dari si anak. "Tapi apa? Jawab ayah!"

"Aku takut. Aku takut mereka akan mengetahuinya diakhir."

"Kau jangan khawatir, ayah akan melibatkan banyak orang untuk menutupi ini. Kau hanya perlu kuliah dan tamat, lalu lakukan apa yang ayah minta."

"Kau akan mengerti maksud ayah nanti." Kali ini si ayah menggenggam tangan anaknya, memohon agar anaknya menuruti perintahnya itu. Anak itu merasa tidak punya pilihan selain menurut. Akhirnya si anak menghela napas pasrah dan mengangguk. "Baiklah, akan kucoba."

Seutas senyum terbit dari bibir si ayah, ia kemudian memeluk tubuh anak gadisnya itu dan mengecup puncak kepalanya sembari berharap semuanya berjalan lancar hingga akhir.

Not The Same Both [ON HOLD]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon