BAB 03

21.2K 1.8K 372
                                    

Ruangan itu menjadi bersatunya empat sekawan yang punya kesukaan yang sama. Saat awal-awal kelas sepuluh, mereka berempat duduk di kelas yang sama yaitu X IPS 2. Namun, mereka berempat sama sekali tidak akrab. Saat keempatnya masuk ke ruangan yang sama di hari pertama ekskul, mereka pun jadi semakin akrab karena di kelas X IPS 2 hanya mereka berempat yang masuk ekskul musik.

Mereka sadar bahwa musiklah yang telah menyatukan mereka dari kelas sepuluh saat awal mereka bertemu, hingga menjelang hari-hari terakhir di sekolah mereka itu. Di sana ada berbagai alat musik dan yang menjadi favorit mereka tentu peralatan band yang sudah sering sekali mereka mainkan.

Sosok lembut seperti Gea sangat menyukai keyboard yang ia tekan dengan jemari-jemari lentiknya. Amel yang lebih suka memetik bass-nya juga cukup piawai menghasilkan nada yang pas. Tentu untuk Pat, drum adalah favoritnya. Di rumah, Pat bisa menghabiskan berjam-jam untuk menabuh drumnya. Kalau Debby, dia suka bermain gitar dan juga menyanyi.

"Ingat nggak sih pas awal-awal tahu kalau Amel itu adik dari Mikha? Pentolan Mr.B! Astaga, gue kaget banget pas itu," kata Debby dengan hebohnya.

"Gue juga," sahut Gea seakan mengingat kejadian itu.

"Gara-gara itu kalian deketin Amel terus, kan?" sindir Pat yang memainkan stick drumnya dan segera duduk untuk menabuh drum.

"Nggak munafik sih, gue emang modus banget dulu deketin Amel," ungkap Debby jujur. "Cuma sekarang gue kok nyesel ya, Amel yang selalu bawa-bawa ramalan, roh halus, hal-hal nakutin lainnya."

"Oh, ada yang pengin di-blacklist biar nggak boleh masuk rumahku lagi, ya?" kata Amel sembari mengatur senar gitar basnya.

"Bercanda kali! Amel itu unik, nyentrik, and asyik tentu saja," puji Debby seraya tersenyum dan menaik-turunkan alisnya.

"Nggak mempan!" kata Amel yang mulai memetik senar.

"Ayo mulai aja!" ujar Pat yang sudah nggak sabar.

Gea mulai menghidupkan keyboard di depannya dan menekan tuts untuk memulai aksinya bermain keyboard.

"Pat, lo nggak mau share lagu yang lo bikin?" tanya Debby. "Sini, biar gue nyanyiin!"

"Nggak!" jawab Pat dengan wajah datar.

"Idih, disimpan sendiri," ujar Debby yang kemudian mengalungkan tali gitarnya dan mulai berdiri di depan mikrofon.

Saat Debby menyalakan mikrofon tiba-tiba ada bunyi mendengung. Ngiing Ngiingg! Bunyi dengungan dari speaker membuat Amel menggeleng.

"Kenapa sih, lo sensitif banget sama suara dengungan speaker?" tanya Debby yang bingung dengan Amel yang tiba-tiba tidak jadi memainkan bass-nya.

Amel menaruh kembali gitar basnya dan beralih ke arah tasnya. "Nggak apa-apa," jawab Amel yang seperti enggan mengatakan sebenarnya.

"Kalau ada suara mendengung gitu pasti Amel bakal merem terus dia jadi kayak takut gitu, gue juga bingung," kata Gea seraya menggeleng. "Kenapa emang, Mel?"

"Nggak ada apa-apa, Gea," jawab Amel yang kemudian mengambil tasnya yang ada di lantai.

"Jangan pergi! Kita kan mau mainkan band kita buat pentas seni," ujar Debby yang seperti mengambil keputusan sendiri.

"Sejak kapan kita punya band?" tanya Gea dengan nada bingung.

"Emangnya siapa sih yang mau tampil di situ?" tanya Pat yang kemudian menabuh drumnya, tetapi tiba-tiba stick-nya langsung patah.

Gea, Debby, dan Amel langsung menatap ke arah Pat dengan kaget.

"Ini punya sekolah," bisik Pat yang tampak panik. "Lo semua diam. Gue bakal ganti," kata Pat yang kemudian berdiri.

Lotta Love 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang