BAB 05

22.1K 1.5K 270
                                    

Ketiga teman Pat sudah pulang, Pat sendiri harus kumpul di kelas bersama tim basketnya sebelum menghadapi final besok. Pat kemudian iseng ke lapangan setelah selesai kumpul. Ia menonton anak-anak cowok yang masih saja bermain basket di lapangan itu. Pat melihat ke atas, langit sudah gelap, ia merasa harus segera pulang.

"Pat!" teriak seseorang dari lapangan.

Pat tahu yang memanggilnya itu adalah Darien. Ia pun tampak salah tingkah karena bisa saja Darien mengira kalau ia datang ke lapangan untuk menemuinya. Pat pun memilih diam saja dan itu membuat Darien segera berlari dan menghampirinya.

"Lo nggak ada niat buat latihan lagi, kan?" tanya Darien yang datang dengan tubuh bersimbah keringat.

"Emang kenapa kalau gue mau latihan lagi?" Pat balik bertanya.

"Entar malah lo kelelahan dan besok jadi kurang maksimal tandingnya. Mending waktu kayak gini dipake buat istirahat," ujar Darien memberikan nasihat.

"Iya, gue juga mau balik, nih gue baru mau pesen ojek online," kata Pat seraya memainkan ponselnya mencari aplikasi ojek online.

"Lo lagi nggak bawa sepeda, ya?" tanya Darien yang hanya diangguki oleh Pat. "Udah itu cancel aja, gue antar aja yuk!"

Pat mendongakkan kepalanya memandang wajah Darien yang tampak tersenyum manis. "Lo kan lagi latih anak-anak itu," kata Pat.

"Mereka bisa latihan sendiri. Lagian kita satu arah. Gue juga udah capek pengin pulang," ujar Darien seraya menunjuk kumpulan cowok yang sedang bermain basket itu

"Ta—" ucapan Pat segera terpotong.

"Apaan lagi? Lagi pula, lo jadi ngirit, kan?" kata Darien seraya memiringkan kepalanya.

"Bukan itu, tapi lo bawa helm dua nggak?" tanya Pat.

Darien menepuk dahinya. "Ada dua, tadi pagi gue nganterin nyokap gue. Tapi dia udah pulang sendiri, jadi helmnya ada di gue," jelas Darien yang membuat Pat tidak bisa mengelak lagi.

Darien yang melihat Pat sudah kehabisan kata-kata untuk menolak, akhirnya berlari untuk mengambil tasnya. Darien pun segera kembali ke arah Pat dan menyuruh gadis itu untuk menemaninya berjalan ke parkiran.

Cukup lama, tidak ada percakapan saat keduanya menuju parkiran. Darien pun akhirnya berpikir untuk memulai obrolan, ia pura-pura batuk agar membuat Pat menoleh ke arahnya. Cara itu berhasil.

"Tahu nggak? Sekolah ini benar-benar banyak beri gue kenangan-kenangan manis. Sama teman-teman, guru-guru, semua kegiatan pas gue masih sekolah di sini tentunya," ungkap Darien.

"Lo pasti sayang banget sama sekolah ini," ujar Pat beranggapan.

"Iya tentu saja. Sekarang angkatan gue udah pada nyebar, mereka pada kuliah jauh-jauh, ada yang di luar negeri juga. Nyari waktu buat ngumpul sama mereka sekarang susah banget," ungkap Darien.

"Itu juga yang gue takutkan. Gue nggak mau pisah sama teman-teman gue. Apalagi sama tiga cewek gokil itu. Gea, Debby, sama Amel. Itu kenapa kami bikin janji bareng-bareng kalau kami bakal masuk universitas yang sama," terang Pat yang mulai terbuka pada Darien.

"Semoga emang benar ya kalian bisa bareng terus," kata Darien dengan senyum mengejek.

"Lo ngeraguin?" tanya Pat seraya memandang sinis ke arah Darien

"Nggak sih, cuma di setiap janji pasti ada pengorbanan buat menepatinya," jawab Darien seraya meringis.

"Pasti itu!" tegas Pat.

Darien tertawa singkat melihat ekspresi Pat yang baginya cukup menggemaskan. "Gue seneng kenal anak kayak lo," ungkap Darien seraya mengacak-acak rambut Pat.

Lotta Love 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang