part17

45 40 1
                                    

Walaupun ia sadar perlakuan Angga padanya tak sebanding dengan apa yang Angga berikan pada Kina.

Angga berhenti tertawa dengan tiba-tiba, membuat Via ikut berhenti dan menatap Angga, bingung.

"Kenapa?" Tanya Via, bingung.

"Udah lama yah kita gak jalan bareng, ketawa bareng kayak gini." Angga tersenyum kearah Via, ia mengingat bahwa mungkin sudah sangat lama mereka tak bersama. Walaupun mereka sekelas, tetap saja mereka tak saling biacara. Paling cuma nyapa itu aja gak tentu.

Babkan dirinya sangat sadar bahwa selama ini waktunya sering ia habiskan bersama Kina, sahabat kekasihnya sendiri atau lebih tepatnya mantannya.

Raut wajah Angga tiba-tiba menjadi serius. "Maaf yah Vi, gue jarang bahkan gak pernah ngajak jalan. Jangankan jalan, jemput luh sekolah aja gue gak pernah." Angga menatap Via lekat sembari menggenggam tangan Via.

Via tersenyum, "Iya gak papa. Gue ngerti ko."

Angga ikut tersenyum, "Ya udah kita kesana aja yuk," ajak Angga kemudian menarik tangan Via menuju temoat pakaian baju couple, yang letaknya samping baju 35k an.

"Mau beli?" Tawar Angga.

"Boleh." Via mengangguk sembari tersenyum.

Angga menunjuk salah satu kaos couple bergambar hati yang terbelah dengan tulisan untuk yang cowok 'lo' dan ceweknya 've'

"Mba bung-"

Drrttt drttt drtttt...

Belum selesai bicara, ponsel Angga terlebih dulu berdering. Angga langangsung mengangkat telpinnya setelah mengetahui siapa yang menghubunginya.

"Ya hallo, Kina."

"......"

"Apa? Oke gue segera kesana."

"....."

"Iya gue gak lama kok."

"....."

"Tunggu gue, jangan pergi sebelum gue datang"

"....."

"Gue tutup dulu bye."

Ya yang menghubungi Angga barusan adalah Kina. Angga keliatan khawatir terhadap Kina sedangkan Via hanya menatapnya bingung.

"Ada apa?" Tanya Via setelah Angga menutup telponnya.

"Gue harus jemput Kina sekarang," kata Angga tiba-tiba, membuat Via semakin heran.

"Tap-"

"Sorry, Vi. Gue gak bisa nemenin luh." Angga menelan ludahnya sendiri, "kalo luh suka, lu beli bajunya. Gue harus pergi," kata Angga dengan raut wajah khawatir.

"Tapi gue-"

"Gue harus pergi, Vi. Gue mau jemput dia, dia lagi dijalan mobilnya mogok. Gue takut dia kenapa-napa."

Angga hendak ingin pergi namun, dengan ceopt Via memegang tangan Angga sembari menggeleng, mengisyaratkan agar Angga tidak pergi

Angga melepaskan tangan Via. "Sorry gue harus pergi," jelas Angga sembari mengelus rambut Via, singkat. Lalu pergi meninggalkan Via sendirian.

Setelah kepergian Angga, seketika badan Via lemas. Ingin rasanya ia berteriak, kalau saja ia tak mengingat bahwa dirinya sedang berada dikeramaian.

Tubuh Via merosot. Rasanya ia sudah tak tahan slalu menjadi yang kedua. Tidak bolehkan dirinya egois, untuk sekali saja?

Via berusaha menahan agar air matanya tidak lancang untuk menerobos keluar.

"Salahkah gue? Kalo gue pengin luh prioritasin gue sekali ... aja," monolog Via, sembari mati-matian menahan air matanya yang dengan lancangnya sudah bersiap meluncur keluar mengenai pipi mulusnya.

Kucluk CoupleWhere stories live. Discover now