6. YAHYA (A)

3.3K 266 27
                                    

Bang Yahyaaa datenggggggggg...............sorii nggak bisa panjang2 ntar ketabrak kereta kalo kepanjangan wakakakka >,<

met baca aja dahhh. Moga bab ini sukaaaaa.

soriii banget karena belon sempet balesin komen2 >,<

************************************

Aku terbangun karena mendengar suara gedoran keras sekali dipintu kamarku. Meski sedikit malas kuputuskan beranjak bangkit berdiri, walau harus menyeret kedua kaki. Aduhhhh…siapa sih sore-sore begini. Nggak tahu apa aku capek parah.

       Krieet…

      “ Ya…”

      “ Kamu tahu di mana Ina?!”

      Suara teriakan kak Argas seketika membuat mataku terbuka dan kesadaranku kembali.

      “ Ina?” bisikku lirih.

      Setiap kepingan memoriku perlahan terkumpul menjadi satu bagaikan puzzle. Dimulai dari niat isengku mengerjai sekaligus membalas dendam perempuan yang dengan seenaknya mempermainkanku. Aku teringat keberhasilan rencanaku mengajaknya jalan-jalan tadi pagi lalu menurunkannya ditepi jalanan sepi perbatasan antar kota. Dalam hati aku tertawa puas dan nggak bisa berhenti berteriak girang sepanjang perjalanan pulang.

      Mengingat ekspresi bingung wanita preman itu serta jeritan marahnya membuatku bisa terpingkal-pingkal sekarang juga. Eitsss!...tapi kalau aku ngakak, nanti kak Argas bisa mengetahui rencanaku.

       Nggak boleh!

       Semuanya sudah berjalan sempurna. Nanti kalau ada yang bertanya, aku bilang saja kami bertengkar dan dia minta diturunkan di Malioboro, beres kan. Semua orang juga bakal percaya dan kali ini orang tuanya nggakkan bisa menyalahkanku, sebab mereka tahu sendiri akulah yang menginginkan mengajak anak mereka pergi. Aktingku tadi pagi berpura-pura sebagai calon mantu idaman pastilah berhasil.

       “ Ya. Kamu dengar aku nggak sih. Kamu pergi sama Ina kan tadi pagi” suara kak Argas naik beberapa oktaf.

      Kulirik dia dari atas sampai bawah. Apa hebatnya Ina sih sampai bisa menggaet hati kakakku yang terkenal super cuek dan dingin ini.

      “ Iya. Aku memang ngajak dia pergi, tapi ditengah jalan dia marah-marah dan ngotot minta diturunkan jadi ya kuturuti saja permintaannya” jawabku acuh. Kembali masuk ke dalam kamar.

      Secara mengejutkan bahu kananku ditarik hingga badanku berbalik, kemudian kakakku mendorongku dengan keras hingga punggungku menghantam tembok.

      “ Kamu sudah gila ya! Jangan bohong kamu, aku melihat sendiri tasnya tertinggal didalam mobilmu. Sekarang sudah nyaris pukul 22.00 malam dan orang tua Ina cemas bukan main karena putri mereka belum pulang. Kamu apakan Ina sih?!!” jeritnya emosi.

      Rahangnya menegang, bisa kulihat warna hijau dan biru otot-otot di mukanya menonjol semua. Dia tampak luar biasa marah. Terakhir kali aku melihat kakakku seperti ini sepertinya sudah lama sekali.

       Saat mbak Angel, kekasihnya penderita leukimia, meninggal dunia.

      Mendadak dadaku terasa nyeri. “ Kalau memang kakak sesayang itu sama Ina, kenapa nggak lamar dia saja menggantikan aku!” teriakku emosi.

       Tepat saat itu papa dan mama muncul diujung lorong lantai dua. Mama memekik tepat ketika kak Argas hendak mendaratkan pukulan ke wajahku, namun niatnya berhasil ditahan papa.

      “ Ya Tuhan, ada apa sih dengan kalian berdua! Pa lerai mereka pa! tolong…” pinta mama mengiba.

       Papa berhasil menahan tubuh kak Argas dan mendorong dadanya hingga mundur beberapa langkah ke belakang. “ Argas! Apa-apaan sih kamu, main pukul begitu. Papa nggak pernah ngajarin kamu buat kasar seperti itu!”.

       Nafas kak Argas terengah, dadanya naik turun. Telunjuknya menuding tepat dimukaku, belum pernah kakakku bersikap begini padaku.

       Iris kak Argas memerah, pipinya kembang kempis menahan amarah. “ Tanyakan pada anak bungsu papa dan mama tersayang itu! Apa yang sudah dilakukannya pada calon mantu papa dan mama?!!” pekik kak Argas. Kemudian memutar tubuhnya dan menjambak rambutnya sendiri frustasi.

       Sesuatu menghantam hati nuraniku, aku segera menyadari ada sesuatu yang salah di sini. SANGAT AMAT SALAH!

       Kulirik jam dinding dikamarku sekali lagi, ini sudah terlalu lama. Dan apa kata kak Argas tadi? Tas Ina tertinggal didalam kendaraanku?!

      “ Yahya, sebenarnya ada apa sih ini?” Mama mendekat, mengikat erat-erat piyamanya.

       Mataku bergerak gelisah, menatap apapun kecuali mama. Dan aku sadar telah membuat kesalahan fatal. Kakiku seperti digerakkan sendiri, berlari tanpa menghiraukan jeritan orang tuaku dibelakang.

      Kuraih kunci mobil didalam laci dekat ruang keluarga, bergegas menuju halaman depan dan membuka pintu kendaraanku. Kakiku lemas seketika.

      Kak Argas benar.

      Kuraih tas mungil rajutan tersebut, membuka isinya. Mulai dari dompet hingga beberapa kapsul didalam plastik obat yang nggak aku kenali fungsi dan jenisnya berjejalan di sana.

       SIALAN!!

       Tanpa berpikir dua kali aku melompat masuk ke dalam mobil, menstater kendaraanku. Aku harus menemukan Ina. Jangan sampai sesuatu terjadi padanya.

       Semoga masih sempat. Ya Tuhan….

************

      

        

              

Lamarlah Daku, Kau KutangkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang