Home - Jeon Jungkook (Sequel...

Da R_Seokjin

938K 58.5K 5.7K

Jika kalian berfikir semua berakhir bahagia, kalian salah.. Justru badai yang paling besar datang setelah Se... Altro

Home 1
Home 2
Home 3
Home 4
Home 5
Home 6
Home 7
Home 8
Home 9
Home 10
Home 11
Home 12
Home 13
Home 14
Home 15
OPEN PO
Home 16
Home 17
Home 18
Home 19
Home 20
Home 21
Home 22
Home 23
Home 24
Jin Hyung!
Home Terbit Lagi 💕
PRE ORDER LAGI!!

Home 25

18.4K 1.9K 132
Da R_Seokjin

"Jungkook-ah. Giliranmu. Eoh? Dia tidur?" Tanya Jimin yang baru saja masuk setelah kembali dari Bangtan Room.

"Eoh, tadi dia bilang punggungnya sakit. Jadi kami menyuruhnya tidur dulu." Jawab Hoseok.

"Ya sudah, hyung saja dulu kalau begitu. Biar Jungkook terakhir. Setelah Jungkook selesai, kita interview grup."

Hoseok mengangguk, lalu pergi menuju Bangtan Room.

"Hoseok-ah? Bukankah Jungkook dulu?" Tanya Sejin bingung saat ternyata Hoseok yang masuk. Bukan Jungkook.

"Dia tidur, hyung. Kau tahu sendiri, dia paling cepat bosan. Jadi kami menyuruhnya tidur saja dariada merengek seperti bayi."
Sejin terkekeh. Lalu ia menyuruh Hoseok untuk duduk di depan kamera.

"Ahh kenapa aku gugup? Kalian tidak akan menanyakan hal yang macam-macam kan?"

Sang staff hanya tersenyum sembari menyiapkan pertanyaan untuk Hoseok.

"Kau sudah siap?"

"Aku sudah siap daritadi Noona."

"Tadi kau bilang gugup?"

"Itu kan tadi hahaha.." Hoseok tertawa renyah saat berhasil membuat staff wanita itu malu karena digoda olehnya.
Kamera telah dinyalakan, dan Hoseok memulai dengan sesi wawancaranya.

"Anniversary tahun ini akan jadi anniversary yang selalu aku tunggu. Sudah beberapa tahun, kami merayakan anniversary dengan member yang tidak lengkap. Ahh, bahkan sampai kapanpun, kami tidak akan pernah lengkap."

Hoseok merubah raut wajahnya.

"Tapi, tahun ini kami bisa berkumpul dengan 6 member. Aku harap, Jin hyung juga ada disini. Bersama kami."

"Kau merindukannya?"

Hoseok tersenyum.

"Entahlah, apa aku masih pantas jika merindukan Seokjin hyung setelah semua yang terjadi pada Bangtan akhir-akhir ini? Tapi, kalau boleh, aku begitu merindukannya."

Flashback

"Ooh Jeyhoop.."

"Ahh.."

"Kau kenapa? Suaramu serak?"

"Ahh hyung, sungguh tenggorokkanku sakitnya bukan main."

"Sejak kapan?"

"Kemarin malam, dan ini semakin memburuk kurasa."

Seokjin mengikuti Hoseok untuk masuk kedalam lift. Wajahnya berubah khawatir saat melihat Hoseok menyender sambil memejamkan matanya pada dinding lift.

"Ohh menyedihkan saat melihat Jhope seperti ini. Saat orang yang paling ceria tiba-tiba drop seperti ini, itu membuatku sedih." Ucap Seokjin pada kamera. Mereka memang sedang mengadakan tour, dan para staff juga mendokumentasikan dari semua tour disetiap negara untuk dijadikan sebuah film.

"Hoseok-ah, aku akan memberikan RJ ini untuk menemanimu. Percayalah, ini akan membuatmu lebih baik. Lihat! Kodok di tasmu juga sangat senang bisa bertemu dengan RJ hahaha.." Seokjin mencoba menghibur Hosoek. Dan berhasil, Hoseok ikut tertawa.

"Benar kan? Kau sudah bisa tertawa karena RJ-ku!"

"Bukan RJ-mu."

"Lalu?"

"Kau."

"Aku ingin menangis! Bagaimana ini??"

"Menangislah, semua orang sebelummu juga menangis."

"Kenapa aku jadi cengeng begini?" Hoseok menghapus air matanya yang tiba-tiba menetes.

"Apa yang ingin kau sampaikan pada Seokjin?"

Hoseok menghela napas berat.

"Hai hyung? Bagaimana kabarmu? Ahh kenapa aku merasa kalau hyung sedang wamil ya hehe. Hyung, maafkan aku hmm? Aku.. Menyesal, kenapa aku tidak mencoba lebih dekat dengan hyung, seperti hyung dekat dengan maknae.. Sepertinya, tak ada moment spesial di antara kita ya hyung? Sungguh, aku sangat menyesal tentang itu. Padahal, aku bisa lebih banyak meluangkan waktu bersamamu. Aku jadi merasa tidak enak, kau selalu tegang saat kau melakukan gerakan koreo kita dihadapanku. Padahal aku tidak akan menggigitmu hahaha..."

"Aku salut padamu, hyung. Kau berhasil menjadi kakak dan partner kerja yang baik untuk kami. Bahkan sangat baik. Meskipun kita tidak sedekat itu, tapi hyung selalu bisa memberikan kenyamanan untukku. Apalagi saat aku sakit. Saat aku mengatakan aku lelah saja, kau selalu yang pertama datang padaku. Menayakan apa yang membuatku lelah, dan apa yang mengganggu pikiranku. Kau mengangkat sebagian beban dipundakku hyung. Terimakasih sudah menjagaku dengan baik. Seandainya aku bisa menemuimu, aku sangaaat ingin memelukmu, hyung."

Hoseok mulai terisak. Ia menghela napasnya menetralisir rasa sesaknya. Kemudian ia merekahkan senyum mataharinya.

"Sekali lagi, terimakasih hyung. Saranghae!!" Hoseok melakukan heart sign lalu melakukan flying kiss andalan sang kakak.

"Terima kasih." Hoseok membungkuk hormat pada staff setelah sesinya selesai. Sejin memeluk Hoseok, memberikan kata penenang yang mampu membuat air mata Hoseok kembali mengalir.

"Aku merindukannya, hyung. Sangat." Lirih Hoseok di sela-sela pelukannya bersama Sejin.

"Kalian kuat. Aku salut pada kalian." Sejin menepuk punggung Hoseok.

Hoseok mengangguk lalu kembali ke ruangan dimana tempat member lain berkumpul. Saat Hoseok masuk, Jungkook terlihat sudah bangun meskipun wajah bantalnya masih terlihat.

"Sudah baikan?" Tanya Hoseok yang diangguki Jungkook. Hoseok terkekeh melihat Jungkook yang masih setengah memejamkan matanya dan berkedip pelan. Terlihat sekali kalau si maknae itu masih sangat mengantuk.

"Bangun Koo, giliranmu. Setelah itu interview grup, lalu kita bisa pulang. Kau pasti lelah."

"Nee hyung."

Namjoon dan Taehyung membantu Jungkook untuk duduk kembali di kursi rodanya. Hoseok membawa Jungkook keluar setelah Jungkook berterimakasih pada Namjoon dan Taehyung.

"Koo, kenapa diam saja? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Hoseok bingung dengan sikap Jungkook yang tetap diam selama mereka menuju Bangtan Room. Jungkook terperanjat lalu menggeleng pelan.

"Ada yang sakit? Punggungmu bagaimana? Apa mau ditunda saja?"

"Tidak! Aku tidak apa-apa hyung. Jangan ditunda, anniversary kita sudah dekat. Aku tidak ingin menundanya."

"Kalau ada apa-apa, kau harus memberitahu kami hmm?"
Jungkook tersenyum lalu mengangguk.

"Kook-ah. Kau sudah bangun?"

"Eoh hyung, maaf aku tertidur tadi."

"Tak apa, kau pasti lelah menunggu hyungmu. Lebih baik, segera bersiap supaya bisa cepat selesai. Dan kau Hoseok, panggil member lain. Setelah interview Jungkook, kita akan langsung interview grup."

"Nee hyung."

Hoseok mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Yoongi. Sementara Hoseok memanggil para member, Jungkook sudah mulai dengan sesi interviewnya.

"Annyeong Army." Sapa Jungkook lebih dulu.

"Hah, tidak terasa ya kita akan kembali merayakan ulang tahun Bangtan."

"Semenjak Jin hyung tidak ada, kita merayakan ulang tahun dengan keadaan yang terus berbeda. Setiap tahunnya tidak ada yang pernah sama. Selalu ada saja member yang tidak ada. Dan aku salah satunya. Aku salah satu member yang pernah tidak merayakan anniversary bersama member lain. Bahkan lebih lama."

"Kalian mengerti kan maksudku? Ahh kenapa bicaraku seperti ini? Maaf, aku gugup hehe" Kekeh Jungkook.

"Dan tahun ini, keadaan kembali berbeda." Lirih Jungkook sambil menatap kakinya.

"Aku, tidak akan pernah menjadi Jungkook yang kalian kenal seperti dulu. Ditahun ini, kalian akan melihat Jungkook yang berbeda. Jungkook silumpuh yang tidak tahu dirinya masih bertahan dengan nama BTS yang tersemat di namanya. Aku terlalu takut meninggalkan kalian dan hyung yang lain. Sampai aku menutupi rasa maluku pada kalian agar aku bisa tetap bertahan bersama kalian."

"Aku tahu, sebagian dari kalian tidak mencintaiku lagi. Aku cukup tahu diri dengan hal itu. Tapi, sebenci apapun kalian padaku, maafkan aku. Kalian masih akan melihat Jeon Jungkook berada di BTS. Aku akan bertahan untuk orang yang masih mendukungku."

Sejin tersenyum pada Jungkook.

" Arti Bangtan untukmu?"

"Aku bahkan sampai terlalu nyaman berada diantara mereka, saking berharganya mereka untukku. Mereka, adalah hyungku yang harus selalu aku jaga. Mereka tidak sekuat apa yang terlihat diluar sana. Mereka terlalu pintar menyembunyikannya dihadapan kalian. Dan mungkin, aku satu-satunya orang yang melihat bagaimana rapuhnya mereka. Aku satu-satunya orang yang khawatir dan sedih saat melihat mereka bertengkar hebat. Karena mereka, menutupinya dari kalian."

"Tapi, dengan keadaanku yang seperti ini, aku tidak yakin apa aku masih bisa menjaga mereka atau tidak." Lirih Jungkook.Tanpa ia tahu, semua member sudah berada di ambang pintu. Jimin sudah meneteskan air matanya sejak ia masuk.

Semua member menjadi merasa bersalah. Benar apa yang dikatakan Jungkook. Anak itu adalah satu-satunya orang yang melihat bagaimana pertengkaran hebat itu terjadi. Tentang Namjoon yang menyentak Yoongi, tentang Taehyung dan Jimin yang saling berteriak satu sama lain, tentang Hoseok yang pergi meninggalkan Jungkook sendirian. Dan tentang mereka yang secara tidak langsung menjadi penyebab Jungkook seperti sekarang.

Rasa bersalah itu kembali muncul begitu saja, karena memang pada dasarnya masalah itu belum selesai. Sebagaimanapun mereka bilang mereka sudah melupakannya, namun faktanya rasa bersalah itu tak akan pernah hilang sampai mereka bisa melihat kembali Jungkook berlarian kesana kemari seperti dulu.
Ingin sekali mereka berlari memeluk Jungkook saat itu juga. Tapi mereka urungkan karena staff kembali memberikan pertanyaannya pada Jungkook.

"Kau merindukan Seokjin?"

Pertanyaan yang mampu mebuat Jungkook terdiam. Dan juga pertanyaan yang mampu membuat sang kakak menatapnya dengan tatapan khawatir pada Jungkook. Ini yang mereka takutkan, keadaan Jungkook sebenarnya memang belum pulih sepenuhnya. Ditambah dengan kadaan dimana Jungkook yang menjadi seperti sekarang. Tentu saja para member khawatir pada sang maknae mereka.

Namun, tak disangka, justru senyumanlah yang terbit dari bibir manis Jungkook.

"Uhm! Aku begitu merindukan hyungku yang satu itu. Ahh, aku akan memberikan TMI untuk kalian. Sebelum aku kemari, aku sempat tertidur saat menunggu hyungku yang lain selesai melakukan sesi ini. Dan kalian tahu aku bermimpi apa?"

"Aku bermimpi bertemu dan bermain dengan Jin hyung. Menyenangkan bukan? Tapi aku kesal karena Suga hyung membangunkan aku dengan melintir perutku. Katanya aku senyum-senyum sendiri saat tidur, makannya mereka membangunkanku. Ugh! aku benar-benar kesal." Adu Jungkook. Jangan lupakan wajahnya yang merenggut lucu membuat siapapun yang berada disitu tertawa gemas. Tapi tidak dengan ke-5 hyungnya. Justru, mereka terlihat khawatir.

"Apa yang sebenarnya Jungkook pikirkan? Kenapa dia bisa berbicara tentang Jin hyung dengan sebegitu santainya?" Bisik taehyung pada Namjoon tanpa mengalihkan pandangannya dari si maknae.

"Molla, tapi ini tidak bagus. Lebih baik melihatnya menangis daripada seperti ini. " Gumam Namjoon. Mereka kembali fokus pada Jungkook yang masih terus tersenyum saat membicarakan Seokjin.

"Aku senang, karena setidaknya aku selalu memiliki moment yang menyenangkan dengan Jin hyung. Aku yang selalu mengganggunya dan membuat Jin hyung tertawa adalah tujuanku. Saat dimana aku sudah mengetahui tentang sakit Jin hyung, aku selalu berusaha untuk tetap menjadi Jungkook si pengganggu Jin hyung."

Jungkook menepuk pelan kursi rodanya.

"Kalau kalian tidak lupa, aku juga pernah duduk di kursi seperti ini saat aku melukai tumitku."

Flashback

"Aku terluka."

"Kau terluka?"

"Eoh! Sesuatu merobek tumitku."

"Duduk, biarkan aku melihat lukamu."
Jungkook  berjalan tertatih dari toilet karena kakinya terluka saat ia  di toilet.

"Yaa! Kau berdarah!" Hoseok yang memang sedang berada diruangan yang sama dibuat terkejut saat Jungkook datang dengan keadaan kakinya yang keluar darah lumayan banyak.

"Aku akan memanggil staff medis." Ujar salah satu staff.

"Berbaringlah." Perintah staff setelah memanggil medis.

"Ahh tidak, ini pertama kalinya aku di Eropa." Sesal Jungkook.

"Apa yang terjadi?"

Semua menoleh saat mendengar suara yang begitu dingin. Kalau kalian pikir itu Yoongi, kalian salah. Karena yang datang adalah Seokjin. Sang kakak tertua. Seokjin langsung datang keruangan tempat dimana Jungkook berada dengan tatapan dingin, namun terlihat khawatir.

"Kenapa?" Tanya Seokjin lagi. Semua member melihat Seokjin dengan takut. Karena tatapan itu adalah tatapan yang menakutkan dari Seokjin.

"Aku melukai kakiku, hyung."

"Mwo?!"

"Ini salahku, Aku tidak berhati-hati tadi."

Seokjin menghela napasnya.
"Gwencana, ini bukan salahmu. Ini musibah. Jangan salahkan dirimu oke?"

Jungkook terdiam.
"Bagaimana? Apa tidak buruk?" Tanya Seokjin pada staff yang sedang melihat luka Jungkook.

"Lukanya lumayan lebar, sekitar 3 cm."

"Sangat buruk. Apa perlu dijahit?"

"Aku yakin pasti akan dijahit."
Jungkook terkekeh dengan tenangnya.

"Yaa, aku senang kau masih bisa mentertawakannya. Aku berlari kesini karena khawatir kau akan menangis." Jimin berkecak pinggang.

"Hyung! Aku memang hampir menangis. Aku takut tidak bisa tampil malam ini."

"Sudah, yang sudah terjadi biarlah. Selama Jungkook bisa menahan diri, semua  akan baik-baik saja."

"Uhm! Aku hanya perlu naik keatas  panggung."

"Lukamu memang tidak apa-apa, tapi akan memburuk kalau kau memaksa untuk melakukan koreo."

"Terpaksa kau akan tampil dengan keadaan duduk."

Jungkook mengangguk. Meskipun hatinya sangat ingin marah, tapi biarlah. Setidaknya, Jungkook masih bisa bertemu dengan Army malam ini.

"Ahh uri Jungkook-ie sudah bekerja sangat keras hari ini. Aku khawatir padamu. Terima kasih Seokjin hyung." Ucap Seokjin sambil mendorong kursi roda Jungkook saat mereka telah menyelesaikan konser.

"Terimakasih Seokjin hyung."
Seakan mengerti keinginan Seokjin, Jungkook mengikuti apa yang di katakan oleh Seokjin.

"Ahh tidak apa-apa. Ini sudah menjadi tugasku. Karena aku ini hyungmu. Karena hyung menyayangimu. Aku mempunyaimu yang selalu melindungiku."

"Aku mempunyaimu yang selalu melindungiku."

"Kapanpun itu aku akan selalu ada untukmu. Hyung, aku akan selalu percaya padamu."

"Hyung, aku akan selalu percaya padamu."

"Tentu saja! kita akan selalu bersama selamanya. Kau begitu manis, hyung."

"Kau begitu manis, hyung."

"Ahh jangan berkata seperti itu. Hyung senang membantumu. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu."

"Aku tidak akan melupakan kebaikanmu."

"Ini bukan apa-apa, kau tenang saja. Saranghaeyo hyung."

"Saranghaeyo hyung."

"Eoh, nado saranghaeyo Jungkook-ah."
Jungkook tertawa, sementara Seokjin tertawa puas.

Jungkook tersenyum saat mengingat bagaimana Seokjin yang menjahilinya dulu. Namun, Jungkook tahu, Seokjin sebenarnya khawatir padanya.

"Jungkook-ah. Apa ada sesuatu yang belum tersampaikan pada Seokjin? Kau boleh mengatakannya."

"Bolehkah?"

"Eoh, tentu saja."

Jungkook melirik kearah dimana para member berdiri. Semua mengangguk tanda mengiyakan. Jungkook menghela napas.

"Hai Jin hyung. Kau merindukanku? Apa disana ada orang yang sering mengganggumu seperti aku yang sering mengganggumu?"

Jungkook terkekeh.

"Kau terlihat baik-baik saja. Kau pasti senang ya hyung disana?"

"Tapi, kami disini tidak pernah baik-baik saja. Semenjak hyung pergi tak ada orang yang baik-baik saja. Lihatlah, mereka semua memasang wajah palsu mereka." Jungkook melirik kembali kearah member.

"Dan lihatlah aku. Aku juga termasuk orang yang tidak pernah baik-baik saja semenjak hyung pergi. Hyung pasti tahu apa yang terjadi padaku saat itu. Tapi, hyung jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja selama kami masih bersama. Maafkan aku yang sudah menjadi penyebab kita menjadi hampir retak saat itu. Tapi untunglah, kami tidak sampai pecah. Jadi, hyung jangan khawatirkan kami disini ya?"

"Hyung, meskipun aku sudah terbiasa tanpamu, tapi aku tidak pernah bisa melupakanmu hyung. Masih ada penyesalan, kenapa dulu aku begitu egois menahanmu lebih lama. Padahal saat itu kau begitu kesakitan."

"Aku tidak ingin jauh darimu hyung. Saat itu aku tidak tahu bagaimana aku kalau hyung tidak ada. Tapi aku bodoh, aku justru membuatmu semakin sakit."

Jungkook mulai menangis.

"Hyung, sungguh. Aku begitu merindukanmu. Sangat sangat merindukanmu. Aku rindu semuanya tentangmu. Aku rindu hyung yang membangunkanku di setiap pagi. Aku rindu masakanmu. Masakan Yoongi hyung memang enak. Tapi aku ingin merasakan lagi masakanmu."

Grep!

Jungkook mendongakkan kepalanya, ia semakin menangis saat tahu ke 5 hyungnya tiba-tiba memeluknya.

"Hyung..."

"Ada kami disini Koo. Berbagilah rasa sedihmu itu. Menangislah." Bisik Namjoon.

"Kau boleh menangis, asal jangan menangis sendirian." Tambah Yoongi.
Jungkook membalas pelukan para member. Jungkook merasa beruntung karena memiliki mereka yang begitu menyayanginya.

"Terima kasih hyung. Kalian sudah merawatku dengan baik." Lirih Jungkook di sela-sela pelukan mereka.


To Be Continued

Annyeong!!
Ada yang belum tidur?
Maafkan aku yang telat bgt buat up yaa..

Tapi pada nungguin ga sih?

Gimana chapternya?
Pasti ga sesuai ekspektasi kan hiks..
Padahal kalian udah nunggu lama, tapi ga sesuai ekspektasi kalian..

Maaf  yaa..

Tapi semoga bisa menghibur kalian..💜💜

Sampai ketemu di chapter selanjutnya ya..

Annyeong!!

-RJin-

Continua a leggere

Ti piacerà anche

4.6K 460 14
Summary: Seberapa berharga, sih, satu detik itu? Tik. Sebentar saja dia langsung berlalu. Tik. Satu detik pergi lagi. Tak ada harganya. Tapi tunggu s...
1M 94.2K 49
[TERBIT] Sebagian part sudah tidak lengkap! *** "Kau tahu kan, pernikahan kita adalah kesalahan." "Aku tahu. Kau tidak perlu mengingatkan." Taehyung...
88K 6.3K 60
Sebuah kisah perjalanan hidup seorang vampire yang berjuang mencari jawaban atas rumitnya sebuah permasalahan. "...... Aku pergi! " Melibatkan kelu...
97.6K 6K 44
coba baca aja, kali aja kecantol ;) 10/31/2017