SINGASARI, I'm Coming! (END)

By an11ra

2M 315K 47.9K

Kapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan... More

1 - PRESENT
2 - PRESENT
3 - PAST
4 - PAST
5 - PAST
6 - PAST
7 - PAST
8 - PAST
9 - PAST
10 - PAST
11 - PAST
12 - PAST
14 - PAST
15 - PAST
16 - PAST
17 - PAST
18 - PAST
19 - PAST
20 - PAST
21 - PAST
22 - PAST
23 - PAST
24 - PAST
25 - PAST
26 - PAST
27 - PAST
28 - PAST
29 - PAST
30 - PAST
31 - PAST
32 - PAST
33 - PAST
34 - PAST
35 - PAST
36 - PAST
37 - PAST
38 - PAST
39 - PAST
40 - PAST
41 - PAST
42 - PAST
43 - PAST
44 - PAST
45 - PAST
46 - PAST
47 - PAST
48 - PAST
49 - PAST
50 - PAST
51 - PAST
52 - PAST
53 - PAST
54 - PAST
55 - PAST
56 - PAST
57 - PAST
58 - PAST
59 - PAST
60 - PAST
61. PRESENT
62. PRESENT
63. PRESENT
64. PRESENT
65. PRESENT AND PAST
66. BONUS PART
DIBUANG SAYANG
JANGAN KEPO!!!
HADEEEH

13 - PRESENT

30.4K 4.6K 74
By an11ra

Berlari menuruni tangga menuju ruang keluarga dimana masih terdengar sayup – sayup suara obrolan antara Papa dan Mama yang diselingi suara iklan dari televisi. Menghempaskan diri di samping Papa sambil memeluk sebelah tangan besarnya. Tak kupedulikan lirikan maut dari Mama karena melihat putrinya masih belum tidur padahal jam sudah menunjukkan lebih dari pukul sepuluh malam.

"Kok malah turun ? Besok Mama nggak mau yaa mesti bangunin kamu berkali – kali karena telat tidur. Apalagi katanya besok ada ulangan fisika di jam pertama" Ucap Mama sambil melotot memandangku

"Mama, kalau ini film kartun pasti kepala aku udah berasap sekarang gara – gara belajar Fisika dari tadi." Ucapku sebal "Siapa sih yang menciptakan pelajaran Fisika ? Penting banget kita ngomongin gerak lurus, gerak melingkar sampe gerak jatuh segala. Mikirin kecepatan peluru melesat, padahal yang harus dipikirin adalah kecepatan menghindar dari peluru saat dia melesat mendekati kita." Mengetukkan jari ke dahiku pelan "Gimana caranya biar aku nggak perlu ikut ulangan, karena Fisika itu ... Aaiishh ... bikin Linda pusing"

"Yaa, kalau kepala kamu bener - bener berasap tinggal Mama siram aja, gampang. Lagian kalau kamu belajar terus pusing itu __"

"BAGUS !!! Itukan yang bakalan Mama bilang ke Linda" Jawabku sambil mengerucutkan bibir "Hapal baget aku slogan Mama itu, sangking seringnya aku denger"

"Itu tahu. Pusing saat belajar itu artinya otak kamu berusaha mencari jalan penyelesaian, tapi karena di otak kamu nggak ada referensi yang mencukupi dan sesuai dengan permasalan itu makanya kepala kamu pusing. Jadi pusing itu hasil ikhtiar namanya, maka harus disyukuri Linda"

Mengalihkan pandangan pada wajah Papa "Pa, pasti ketemu Mama di kelas filsafat atau di kajian islami yaa ?" Sebaliknya Papa yang malah tetap anteng sambil makan kacang dari toples tanpa terpengaruh perdebatan antara Mama dan aku

"Bukan, ketemu di lapangan bola. " Jawab Papa santai.

Memandang wajah Papa dari samping dengan heran "Tapi Mamakan nggak suka bola, Pa."

"Memang, tapi Mama suka sama pacarnya yang ngajak dia nonton bola itu" Balas Papa tanpa mengalihkan pandangannya dari layar kaca

Mengambil toples kacang di pangkuan Papa "Kalian ini kalau ngomongin orang jangan langsung di depan orangnya apa nggak bisa? Papa juga stop makan kacang nanti darah tingginya naik, repot jadinya " Mengalihkan pandangannya padaku lalu berkata "Kamu juga tidur sekarang, sudah malam. Kalau perlu minum susu hangat dulu biar bisa tidur!" Perintah Mama kemudian melanjutkan "Tahu nggak, dalam penelitian katanya orang yang yang nggak tidur lebih cepat mati dari pada yang nggak makan."

"Penelitian siapa itu, Ma ? Jangan gampang percaya deh Ma, bahaya."  Tersenyum memandang wajah Mama "Tapi bukan susu hangat yang Linda butuh biar bisa tidur Mama, tapi martabak ketan Pak Janu" Jawabku sambil nyengir

Mendengus mendengar jawabanku "Itu sih maunya kamu aja. Lagian ini udah malem, Mang Jupri udah tidur kasian kalau di bangunin. Tadi pagi kata Bi Mumun dia lagi meriang." Memandang kembali ke arah televisi lalu berkata "Kamu itu udah SMA loh sekarang, heran Mama kok manjanya nggak hilang - hilang"

Menghela napas dan mengerucutkan bibirku mendengar kata - kata dari Mama

"Ya udah, biar Papa yang pergi beliin kamu martabak ketan, tapi abis itu tidur yaa ?" Kata Papa yang berhasil membuat kedua mataku berbinar. My father is my hero

"Pa__" Ucapan Mama terpotong

"Udah nggak apa – apa, Ma. Nggak jauh juga tempatnya" Berpaling dari Mama lalu mengelus kepalaku pelan "Jangan suka bantah omongan Mama yaa Lin, Kan kamu nanti yang harus jagain Mama kalau Papa nggak ada di rumah"

"Iya, maaf ..." Kataku menunduk

"Nah, itu baru princess–nya Papa"

"isshhh ... jangan panggil gitu Pa, Linda geli ngedengernya"

"Lah nama kamukan memang ada putrinya jadi Papa nggak salah panggil kan ?" Berdiri lalu memandang Mama "Ambilin jaket dan kunci motor, Ma" Lanjut Papa

"Pake mobil aja lah, udah gelap banget ini, Pa" Balas Mama

"Ya namanya malam, pasti gelap Mama, kita kan tinggal di negara tropis. Pake motor ajalah, lagian mobil Papa baru dicucikan, jadi lebih praktis kalau pake motor"

"Pake mobil yang buat antar Linda ke sekolah aja, Pa" Ucap Mama berusaha berkompromi

"Pake motor aja, Ma" Ucapan final dari Papa membuat Mama menghembuskan napas pelan sebelum melangkah memasuki kamar untuk mengambil jaket dan kunci motor.

***

Menunggu martabak datang sambil memakan kacang yang tadi dikuasai Papa sedangkan Mama terlihat berkonsentrasi penuh pada benang wol rajutanya yang sudah setengah jadi membentuk syal.

Satu jam telah berlalu sejak Papa pergi. Apa tempatnya penuh, sehingga Papa harus antre ? tapi ini bukan malam Minggu. Mengenyahkan pikiran – pikiran aneh yang muncul di otakku dengan cara melihat film action yang sedang ditanyangkan di televisi.

Dua jam berlalu, perasaaku mulai tak enak. Sepertinya Mama juga mulai khawatir karena dia terlihat melirik jam dinding terlalu sering.

"Ma, telepon Papa yaa ?" Tanyaku sambil meletakkan toples kacang di meja kemudian bersiap berdiri.

Meletakkan rajutanya "Ya udah telpon aja sana !" Perintahnya

Berjalan mendekati meja tempat telepon berada, kemudian memegang gagang telepon kedekat telingga menunggu panggilanku diterima. Memandang heran karena pangilanku di-reject. Mencoba sekali lagi namun yang menjawab malah operator yang memberitahu bahwa nomor tdak aktif atau berada di luar jangkauan.

Menengok ke belakang " Ma, nomornya nggak aktif"

"Kita tunggu sebentar lagi kalau belum datang juga, kita susul aja !" Balas Mama dengan wajah yang terlihat keruh

Tidak ada yang bersuara saat aku kembali menghempaskan diri di sofa berdampingan dengan Mama. Mata kami jelas memandang acara televisi tapi masing – masing dari kami paham bahwa pikiran kami melanglang buana.

Merangkai sebab yang masuk akal tentang keterlambatan Papa, dan berusaha menghalau kemungkinan – kemungkinan buruk yang mungkin timbul.

Tidak – tidak ... Papa pasti baik - baik saja.

Pasti banyak orang jadi harus antre.

Meremas kedua tanganku dengan gelisah, perasaan bersalahku setiap menit semakin menumpuk hingga rasanya hatiku sesak. "Mama ..." Ucapku pelan

Mama tidak menjawab, hanya memeluk bahuku semakin erat. Aku merasakan bahwa badan Mama juga agak gemetar.

"Tok ... Tok ... Tok"

Suara ketukan pintu menyentak kami berdua seketika. Jujur, setelah penantian panjang, aku bisa bernapas lega. Rasanya sesak di hatiku hilang seketika dan tak ayal membuat senyumku tersungging. Saling berpandangan sejenak, lalu aku berlari untuk membuka pintu. Namun seketika pula senyumku surut ketika pintu telah terbuka digantikan kernyitan di dahi.

"Neng Linda, Ibu ada ?" Ucap laki - laki paruh baya yang berdiri di depan pintu rumahku

Menengok ke belakang dan melihat Mama mulai berjalan dan berdiri mensejajarkan diri denganku menatap sosok yang kami kira Papa, ternyata Pak Slamet alias tetangga kami.

"Ada apa Pak malam – malam begini ? Tapi Papanya Linda sedang keluar itu. Ada perlu apa Pak ? "

Wajahnya terlihat resah "Iya itu Bu, justru itu yang mau saya sampaikan sama ibu. Ini soal Pak Cakra"

"Masuk dulu Pak " Balas Mama sambil membuka pintu lebih lebar agar Pak Slamet bisa masuk.

"Ndak perlu Bu, Kita perlu buru – buru Bu. Ini __ ini soal Pak Cakra, Bu. Tadi saya ditelepon saudara saya yang tinggal di kampung sebelah kompleks kita itu loh Bu. Eh ... Ibukan ndak kenal yaa ... Pokoknya begini ... ehm ... ada korban begal yang ditemukan warga kampung sebelah, nah saudara saya itu mengenali korbannya. Lah diakan suka ikut badmintonan sama saya dan Pak Cakra. Saya juga tadi juga ... aduh ... kok jadi beribet gini yaa "

Refleks aku memegang tangan Mama mencari penopang. "Iya Pak te__terus" ucap Mama terbata

Menghembuskan napas pelan "Saya turut prihatin, tapi tadi saya memastikan sekilas korbannya itu dan saya yakin itu Pak Cakra Bu. Tadi sudah ada polisi dan Pak RT juga. Terus saya lihat Pak Cakra sudah dibawa ambulan." Menggaruk tengkuk salah tingkah "Kita tunggu kabar dari Pak RT atau polisi dulu bagaimana Bu? Atau kita langsung pergi saja ke Rumah Sakit Hasan Sadikin, soalnya tadi itu ambulan dari sana ? Aduh, saya kok jadi bingung begini yaa"

"Ki__kita ke rumah sakit saja Pak. Sebentar Saya panggil Mang Jupri du__dulu" Jawab Mama segera

***

Di dalam mobil aku merapalkan doa semoga semua baik – baik saja. Tidak apa – apa jika Papa terluka, yang penting Papa tidak meningalkan kami. Mengeratkan pelukanku pada Mama dengan air mata yang terus menerus mengalir.

Semua salahku ...

Jika saja aku ...

Aku penyebab Papa terluka ...

Jika sampai Papa .... tidak – tidak ...

Semua pasti baik – baik saja ...

Aku mohon yaa Allah ...

Pikiranku itu makin membuat air mataku makin deras. Isak tertahan juga terdengar dari Bik Mumun yang berada di samping kanan Mama.

Di bangku depan Pak RT dan Mang Jupri juga nyaris tak bersuara. Setelah tadi beliau bilang Papa dibawa ambulan dan masih bernapas, walau luka senjata tajam mengenai tubuhnya di beberapa tempat.

Pak RT dan polisi ternyata tiba tidak lama setelah Pak Slamet. Mereka juga menjelaskan kronologis kejadian penemuan Papa sebagai korban begal. Para pembegal mengambil semua benda berharga termasuk motor, untung saja ada warga yang mengenali wajah Papa.

Pak Slamet yang berinisiatif buru - buru memberi tahukan berita ini pada kami, tanpa menunggu Pak RT atau polisi terlebih dahulu, mungkin karena beliau juga teman Papa saat bermain badminton. Namun beliau memutuskan tidak ikut ke rumah sakit karena sudah diwakili Pak RT.

Begitu ban mobil berderit berhenti di pelataran parkir, kami bergegas turun dari mobil menuju UGD. Sekarang gantian Mama yang memapahku berjalan. Entah mengapa kakiku rasanya bagai jeli. Di luar pintu nampak seorang polisi tengah berbicara pada dokter. Mengabaikan mereka, kami memasuki UGD. Memindai orang yang tengah terbaring, walau agak sulit karena beberapa ranjang tertutup tirai.

"Suster, korban begal yang baru datang ada di sebelah mana ya ?" Tanya Pak RT

"Sebentar Pak " Melangkah mendekati dokter yang berdiri tadi "dokter Rifai, keluarga korban disini." Lapornya

Semua pandangan tertuju pada sang dokter dan polisi yang mulai mendekat. Sebaliknya aku melepaskan tangan Mama, melangkah pelan ke satu ranjang di pojok yang sepenuhnya tertutup tirai. Mengabaikan pembicaraan antara dokter, polisi, Mama maupun Pak RT, aku membuka tirai itu.

Rasanya duniaku berhenti tiba – tiba. Langkah kakiku gemetar menatap orang yang terbaring dengan tenang di atas ranjang. Tubuhnya tertutup selimut yang basah dan berubah warna karena noda darah di sebagian sisinya. Tanganku ikut gemetar saat menyibak sedikit kain yang telah menutupi kepala hingga ujung kakinya.

Akhirnya aku melihatnya ... Papa terbaring damai di sini. Tidur tenang namun tanpa ada hembusan napas yang menandakan dia akan tidur selamanya ... Yaa selamanya ... Sesak di hatiku rasanya sakit sekali. Ujung tenggorokan rasanya tercekat hingga menelan ludah saja rasaya sulit sekali, menutup mulutku menahan isak yang makin keras.

Aku membunuhnya ...

Aku membunuh Papa ...

Semua karena aku ...

Semua salahku ...

Aku pembunuh ...

AKU PEMBUNUUUUUHHHH ...

"AARRRRGGGGHHH ... Papa" Teriakku terbangun dari mimpi mengerikan yang sudah lama menghantuiku. Membuatku terduduk seketika dengan keringat dingin membasahi wajah dan rambutku seperti biasa untuk kesekian kalinya

--------------------Bersambung---------------------

28 Agustus 2020

Continue Reading

You'll Also Like

687K 32.2K 44
"Anjing sekali everybody, yakali gue tidur langsung beda dunia" Bagaimana jadinya seorang Queena Selvi Dealova Kenward jiwa masa depan bertransmigras...
365K 35.2K 40
Mungkin, masa lalu yang dapat menyembuhkannya Book I Start: 26 Maret 2020 End : 19 Mei 2020
1.8K 489 75
[ANAK 90-AN, CERITA INI UNTUK KALIAN] ✅ Terinspirasi Drama Taiwan Our Times (2015) dan "Itu Aku" by SheilaOn7 ❌ Bukan fanfic "Tahukah lagu yang kau s...
86.9K 10K 70
[Wattys 2018 Shortlist] "Mata masyarakat tidak akan peduli dengan rasa sakit kita semua! Yang mereka pedulikan adalah kehidupan mereka masing-masing...