The Twins ✓

بواسطة kimjinieya__

97.2K 10.9K 1K

[COMPLETE] Kim Seokjin yang memiliki rahasia besar mengenai keluarganya, harus mengorbankan diri untuk melind... المزيد

part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
part 17
part 18
part 19
part 20
part 21
part 23
part 24
part 25
part 26
part 27
part 28
part 29
part 30
part 31
part 32
part 33
Epilog [Jeju-do]

part 22

1.9K 253 10
بواسطة kimjinieya__

Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!

# Happy Reading #

🌸🌸🌸

Pukul 15.00 KST.

"Seokjin-a," panggil Yoongi. Yang kini keduanya sudah berada di mobil sport milik Seokjin.

Mereka baru saja menyelesaikan rapat kecil bersama dengan beberapa orang yang ia panggil. Dan sekarang mereka tengah berada di perjalanan menuju basecamp. Yang katanya di sana sudah ada anak - anak Bangtan yang lainnya. Pun dengan Soobin yang di ajak oleh Hoseok. Karena anak itu tidak ingin remaja jangkung itu sendirian di Apartemen. Jadi Hoseok membawa Soobin bersamanya.

Sedangkan seseorang yang duduk di balik kemudi ini hanya berdehem sebagai balasannya. Tidak mungkin ia menoleh ke samping untuk menanggapi panggilan Yoongi.

"Sepertinya aku tahu apa yang sedang kau sembunyikan dari kami?"

Kedua alis saling bertautan. Seokjin melirik sekilas sosok Yoongi dari ujung mata. "Apa maksudmu? Aku menyembunyikan apa?"

"Tentang Ibu Soobin."

Kini Seokjin terbungkam. Mulutnya terkatup rapat. Seperti dirinya memang sedang menyembunyikan sesuatu dari mereka semua, terutama pada Soobin. Manik matanya hanya terfokus pada jalanan yang cukup ramai di depan sana. Jam 3 siang ini jalanan memang terlihat ramai karena memang sudah terbiasa seperti ini.

Yoongi melirik sahabat tertuanya dari ujung matanya. "Diam pertanda kau memang sedang menyembunyikan sesuatu dari kami."

"....."

Seokjin sama sekali tak menjawab. Raut wajah berubah dingin dan moodnya mulai memburuk. Maka dari itu Yoongi harus ekstra berhati - hati untuk mengeluarkan sepatah dua kata padanya. Karena dirinya mengetahui perubahan moodnya dari ekspresi wajah Seokjin.

Oke. Sepertinya Yoongi akan diam saja sampai Seokjin terbuka dengan sendirinya. Lagipula ia tidak mungkin membongkar rahasia ini ke semua orang, apalagi ke Soobin. Tapi apabila Seokjin memang tidak ingin mengatakannya, ia tak mempersalahkan hal itu. Karena ia tahu ini adalah privasi Seokjin.

Mobilpun kini menjadi terasa sunyi dan sedikit canggung. Hanya terdengar musik mp3 yang terputar di radio pada dashboard mobil Seokjin.

Hingga dua menit kemudian Seokjin memecah keheningan dengan nafas yang dihembuskan kasar. "Jihyun Imo menghilang dan aku belum menemukannya di manapun."

Akhirnya Seokjin membuka rahasianya pada sang sahabat. Ini yang Yoongi mau sebenarnya. Tapi bukan ini yang ia inginkan. Kabar buruk yang terlontar dari bibir sang sahabat tertuanya. Ia langsung menoleh, menatap kaget pada wajah Seokjin yang masih fokus dalam mengemudi.

"Mwo? Bagaimana bisa Jihyun Ahjumma menghilang? Apa terjadi sesuatu padanya?"

Sekali lagi Seokjin menghela nafas. Ia melirik ke kaca spion di luar mobil sisi kiri dan tiba - tiba ia menepikan mobilnya di pinggir jalan. Hal ini membuat bingung penumpang yang duduk dinsamping kursi kemudi. Namun ia hanya mampu terdiam dan menunggu sahabat tertuanya melanjutkan ceritanya.

Begitu menepi, Seokjin menghembus nafas dan menyandarkan punggungnya kasar. Mata itu terpejam dan terus menerus menarik nafas lalu membuangnya. Seperti ada beban berat yang menimbun paru parunya hingga rasanya terasa sesak untuk bernafas. Sedangkan Yoongi hanya menatap lekat wajah Seokjin dalam diam. Terlihat jelas betapa rapuhnya seorang Kim Seokjin saat ini. Yang tak pernah sekalipun ia tunjukkan pada siapapun. Baru Yoongi yang melihatnya.

Tak lama Seokjin membuka matanya dan menampakkan tatapan yang menyakitkan di kedua matanya. Sangat kosong. Dan ini yang paling tidak Yoongi sukai sebenarnya. Karena Yoongi tahu, Jihyun merupakan seorang Bibi yang sangat Seokjin sayangi dan hormati.

"Yang aku dengar dari Jonghyun Hyung, saat itu Jihyun Imo akan pergi ke suatu tempat yang tak kuketahui. Hingga di pertengahan perjalanan, mobil pribadinya dihadang oleh mobil van hitam. Beberapa orang keluar dari van itu dan memecahkan kaca mobil pribadi Jihyun Imo. Supir pribadinya di tembak dua kali sampai meninggal di tempat dan Jihyun Imo di bawa pergi entah ke mana." ungkap Seokjin yang kini matanya sudah berlinangan air mata. Berusaha menahan air matanya mengalir di pipinya.

"Jonghyun Hyung mengetahuinya dari CCTV yang diretas oleh orang suruhannya. Maka dari itu, dia bisa mengatakan secara detail padaku." imbuhnya.

Yoongi kini sepenuhnya duduk menghadap sahabat tertuanya. "Apa kau tahu siapa orang - orang itu?" Gelengan yang Yoongi dapatkan dari Seokjin.

"Bagaimana dengan plat nomornya?"

"Jonghyun Hyung sudah mengirimkan nomor plat mobil itu padaku."

Sahabat pucatnya mengangguk. Lantas kembali duduk menghadap ke depan seperti semula dan mengambil laptopnya yang tersimpan di tas hitamnya. Yang ia letakkan di bawah. Seokjin hanya melirik sahabatnya dari ujung matanya.

"Beritahukan padaku."

Mau tidak mau Seokjin merogoh saku dan mengambil benda pipih yang disebut ponsel. Mencari pesan Jonghyun yang terdapat nomor plat nomor van tersebut. Setelah ketemu, Seokjin memberikan ponselnya pada Yoongi.

"Kepala Kepolisian Kim, maafkan aku yang sudah melanggar janji." gumam Yoongi bermonolog.

Lantas dirinya mengetik nomor plat itu di laptop dan segera berkutat kembali. Mencari mobil van hitam yang Seokjin ceritakan padanya dengan meretas CCTV kota. Sedangkan Seokjin hanya memejamkan mata dan membiarkan Yoongi berkutat sendirian dengan laptop kesayangannya.

Beberapa menit kemudian, Yoongi mendongak dan menoleh ke samping kirinya. Ingin membicarakan masalah ini pada Seokjin, namun sahabat tertuanya sudah terlelap. Wajah lelah itu sangat kentara sekali. Mau tidak mau Yoongi mengurungkan niatnya dan berbalik menatap layar laptop. Namun pergerakannya terhenti ketika merasakan getaran pada ponsel di saku celana.

Drrrrrttttt....

Drrrrrttttt....

Terpaksa ia mengambil ponselnya dari saku dan menatap layar yang menampilkan nama Namjoon di sana.

"Wae?"

"......."

"Hyung ada di pinggir jalan, sedang menepi."

"......."

Yoongi melirik Seokjin sekilas. "Seokjin ada di samping Hyung. Kenapa?"

"......."

"Seokjin terlihat kelelahan dan Hyung memintanya untuk menepi. Tapi dia terlelap ketika Hyung mengurus sesuatu di laptop."

"......."

"Biarkan dia istirahat terlebih dahulu dan kalian tunggulah di sana. Hyung tutup dulu."

Bip

Sepertinya Yoongi tertular oleh Seokjin? Main memutus panggilan begitu saja, tanpa pamit terlebih dahulu. Memang dua manusia yang memiliki hati sedingin es ya seperti ini. Tak perlu heran.

Langsung saja ia memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku celana. Barulah ia kembali berkutat pada laptopnya. Menunggu Seokjin terbangun dari istirahatnya.

Haahhh...

Suara helaan nafas panjang terdengar di basecamp Bangtan. Bahkan menghentikan beberapa kegiatan yang dilakukan oleh keempat anak Bangtan di Basecamp itu. Yang paling muda kedua di Bangtan menatap penuh pada lelaki yang seusia dengan magnae mereka. Masih sedikit pucat tapi keadaannya sudah tak separah awal mereka bertemu.

"Bin-a, kau kenapa?" tanyanya.

Yang lebih muda menoleh, lalu menggeleng. "Aku tak apa, Tae Hyung."

"Kau yakin? Tadi saja kau menghela nafas." sahut Hoseok.

Bibir pucat Soobin tersenyum tipis, lalu menjawab, "Aku baik - baik saja, Hyung. Hanya sedikit lelah saja."

"Benarkah? Apa kau sedang tidak enak badan?" tanya Jimin, sang malaikat Bangtan. Dengan cemas Jimin menghampiri dan menyentuh dahi Soobin. "Apa kau merasa pusing? Dahimu sedikit hangat."

Sekali lagi, Soobin tersenyum meyakinkan bahwa ia baik - baik saja. "Aku baik - baik saja Hyung. Tidak perlu khawatir padaku."

"Tidak. Jangan membohongi akan keadaanmu sendiri, Soobin-a. Hyung tidak ingin kau sakit lagi seperti kemarin," Jimin benar - benar terlihat khawatir sekali pada Soobin. Lantas Jimin berdiri. "Ayo, kita ke kamar. Kau harus istirahat." ajaknya.

"Tidak perlu Hyung. Aku baik - baik saja." tolak Soobin.

Jimin menggeleng, "Tidak. Kau har--"

"Dengarkan apa yang dikatakan Jimin padamu, Soobin-a." Perkataan Jimin terpotong oleh pemuda berbahu lebar yang ternyata sudah datang beberapa detik lalu.

Kelima lelaki itu menoleh, mendapati Seokjin dan Yoongi sudah ada di belakang sofa yang di duduki Namjoon dan Hoseok.

"Kenapa kalian lama sekali? Kami lelah menunggu kalian!" keluh Taehyung mendengus.

Yoongi memutar matanya malas. "Bukankah tadi sudah Hyung bilang kalau Seokjin tertidur di mobil? Kenapa kau tidak mengerti sekali eoh?"

"Mian." ucap Taehyung tertunduk.

Seokjin hanya menatap lekat pada saudara kecilnya yang menunduk. "Jimin-a, kau antar Soobin ke kamar. Jika tidak mau, paksa dia."

"Ne." angguk Jimin. Kemudian menatap Soobin yang sudah mendongak menatapnya. Ia tersenyum hangat dan menenangkan. "Kajja. Kau harus istirahat dan jangan memaksakan dirimu."

Terpaksa Soobin mengangguk dan membiarkan Jimin membawanya ke salah satu kamar yang tersedia di sana. Seokjin tersenyum melihat betapa perhatiannya Jimin pada saudaranya itu. Dengan begitu Seokjin akan merasa aman jika Soobin bersama keenam sahabatnya. Tapi ia tahu bahwa Soobin belum akrab dengan Yoongi si manusia es ini.

Kaki jenjangnya kini melangkah mendekati mereka dan mendudukkan diri di kursi tempat Soobin duduki tadi.

"Jin Hyung," panggil Namjoon. Sedangkan Seokjin hanya menoleh. "Tadi Yoongi Hyung bilang kalian berhenti sejenak di tepi jalan. Apa terjadi sesuatu padamu, Hyung?" tanya Namjoon.

"Tidak. Hanya ingin berhenti sejenak karena kelelahan menyetir." jawab Seokjin.

"Apa kalian tidak bertukar posisi, Hyung?" Kini berganti Hoseok yang bertanya dan di balas deheman oleh Seokjin.

"Lalu kalian dari mana? Bukankah kita sudah berjanji berkumpul di sini jam 1 tadi? Kenapa Hyungdeul baru datang?" tanya Taehyung bertubi - tubi. Namun tak di jawab oleh kedua orang yang di tanya.

Ceklek

Seokjin dan yang lain mendongak ketika mendengar pintu kamar tertutup. Terpampang jelas seorang Jimin yang keluar dari kamar dan melangkah ke arah ruang tengah, lalu duduk di samping Taehyung yang duduk di karpet.

"Apa Soobin sudah tidur?" tanya Seokjin.

Yang di tanya mengangguk. "Dia cepat sekali terlelap. Sama sepertimu Hyung." Seraya mendongak menatap Seokjin dan tersenyum lebar sampai matanya juga ikut tersenyum.

Hanya saja senyuman itu di balas dengan mata merotasi malas. Seokjin benar - benar acuh pada komentar yang terdengar seperti sebuah pujian untuknya.

"Apa kita akan memesan makanan untuk makan malam kita? Bukankah kita akan menetap di sini sampai nanti malam? Sambil menunggu Jungkook pulang sekolah." sahut Hoseok.

Di jawab oleh Yoongi yang terfokus pada Tab di kedua tangannya. "Kau saja yang pesankan makan malam nanti." Yang disanggupi oleh Hoseok hingga mengangguk mengerti. "Oke Hyung."

"Juga pesankan bubur untuk Soobin." celetuk Seokjin dingin. Hoseok sekali lagi mengangguk mengerti.

"Lalu, siapa yang akan menjemput Jungkook jam 7 nanti?" tanya Namjoon.

"Biar aku saja, Hyung." jawab Jimin.

Namjoon mengangguk dan kembali terfokus mengobrol dengan Hoseok. Tentang musik tentunya. Keduanya memang menyukai musik. Walaupun Hoseok juga menyukai dance modern.

Televisi di sana juga menyala, meski tak ada yang menontonnya. Sebab mereka sibuk dengan urusannya masing - masing. Tapi anehnya, Seokjin tidak terlihat sedang sibuk bermain ponsel atau semacamnya. Justru ia melamun. Entah melamunkan apa sehingga dirinya tak fokus seperti ini. Yoongi menangkap tatapan kosong itu dan menoleh padanya.

"Jin?" sentaknya dengan tangan menepuk paha Seokjin. Hingga sang empu paha tersentak dan menoleh. "Ada apa denganmu?"

Pertanyaan Yoongi mengalihkan perhatian keempat sahabatnya. Mereka memandang serius pada kedua sahabat tertua mereka. Tidak ada salahnya kan menjadi pendengar yang baik? Siapa tahu mereka bisa memberikan solusi atau saran pada Seokjin dan Yoongi.

"Tidak ada. Aku ke kamar dulu, ingin mengecek keadaan Soobin." pamitnya.

Tanpa sepatah kata lagi, Seokjin meninggalakan sahabat - sahabatnya yang hanya menatap punggung Seokjin. Hingga menghilang ditelan pintu yang tertutup perlahan.

'Kenapa penderitaanmu sebanyak ini, Jin-a? Apa yang harus kulakukan untuk membantumu? Tolong beritahu aku... Jangan kau pendam sendiri...'

Di dalam kamar, Seokjin mendudukkan diri di sisi ranjang. Netranya menatap lekat pada wajah lelah dan pucat pemuda yang sudah terlelap nyenyak. Tangan kanan terulur, mengusap lembut surai hitam milik Soobin. Senyuman tipis terukir dan tatapannya seketima menyendu.

"Maafkan Hyung, Soobin-a. Hyung tidak bermaksud menyembunyikan ini darimu. Hyung melakukannya hanya demi kebaikanmu agar kau tak memikirkan apapun selain kesehatanmu. Hyung mohon, jangan tanyakan apapun pada Hyungmu ini? Biarkan Hyung yang mengurus semuanya sampai selesai." gumamnya. Tangannya tak pernah berhenti mengusap rambut Soobin.

'Semoga masalah ini cepat selesai, Hyung. Jaga kesehatanmu dan berhati - hatilah...'

Di sebuah gudang tak terpakai kawasan yang jauh dari perkotaan, terdapat seorang wanita yang kini terduduk di salah satu kursi dengan tubuh terlilit tali tambang. Juga kaki dan tangannya. Kepala tertunduk tak sadarkan diri. Wajah dan tubuh wanita itu tampak jelas penuh dengan luka sayatan. Pun dengan luka pukulan di dahi dan pipinya.

Eunghh..

Lenguhan lirih terdengar memenuhi heningnya gudang. Mengalihkan dua orang pria gagah yang berjaga di tempat itu. Pintu gudang sengaja tak dikunci agar mereka bisa menjaga wanita yang mereka culik.

"Sepertinya wanita itu sudah sadar?" tanya pria bertumbuh lebih kecil dari rekannya.

Mata lelaki yang bersamanya menyipit. Ada sedikit pergerakan dari wanita yang ia pantau dari depan pintu. "Kau benar. Kita harus hubungi Bos segera."

"Lakukanlah."

Dengan cekatan pria bertubuh besar dan kekar itu menghubungi Bos mereka. Memberikan kabar mengenai wanita yang baru saja sadar.

"Bos, wanita itu sudah sadar. Apa yang harus kami lakukan padanya? Perlu kami hajar kembali wanita itu."

Pria itu terdiam. Menunggu jawaban dari Bos mereka di seberang sana. Sebelumnya ia mendengar helaan nafas dari Bos mereka. Tak lama si Bos mengatakan sesuatu padanya.

"Lakukan sesuka hati kalian. Jika kalian ingin memperkosanya, silahkan. Aku tidak perduli. Beberapa jam lagi aku akan ke sana."

Senyuman miring terukir di bibir si anak buah. "Baik Bos."

Bip

Ponsel di masukkan ke dalam saku celana lantas menatap rekannya dengan senyum smirk. "Bagaimana kalau kita perkosa saja wanita itu? Bos tidak melarangnya. Lagipula wanita itu sangat cantik." Kini giliran rekannya yang tersenyum smirk. "Aku setuju denganmu."

Sedangkan yang di dalam pandangan wanita tersebut memandang ke seluruh penjuru gudang. Hanya saja kepala terasa berdenyut, seperti ada benda berat yang menghantamnya tadi sebelum pingsan.

"Sshh... Di mana ini? Kenapa aku di bawa ke tempat ini?" monolognya merintih. "Aww... Sudut bibirlu sakit. Apa aku baru saja dipukul?"

Meringis sakit ketika sudut bibirnya terasa sakit, hingga mata terpejam dan dahi mengerut. Menahan rasa sakit yang berdenyut. Hanya saja mata itu terbuka ketika mendengar suara langkah kaki mendekat. Perlahan ia mendongak dan terpaku pada dua pria yang mendekati dirinya.

Tubuh wanita itu gemetaran takut. "S-siapa kalian?" tanyanya terbata. Ia menelan salivanya susah payah. "J-jangan men-dekat.."

Grep

Senyum smirk tertuju untuknya. Pria itu mencengkram dagu wanita itu dengan satu tangannya. Dengan sangat amat erat hingga wanita di hadapannya meringis tertahan.

"Rey, dari mana kita memulai?" tanyanya. Lalu menatap bibir yang terasa menggoda baginya. "Bagaimana kalau dari bibirnya saja? Ingin sekali aku merasakan bibir wanita ini."

Namun wanita di hadapannya menggeleng takut. Sangat tahu apa yang akan terjadi padanya setelah ini. Bagaimanapun dirinya juga seorang wanita. Meski dirinya sudah menikah.

"Sepertinya enak mencicipi bibir itu? Cicipilah!" titah rekannya yang bernama Rey. Berkacak pinggang di belakang pria yang akan berulah.

Senyum smirk semakin lebar melihat ketakutan Nyonya Nam. "Kau sangat cantik sayang..." kekehnya.

Dan tanpa aba - aba, rekannya ini langsung main sosor bibir wanita itu dengan kasar. Jelas wanita bermarga Nam berontak ingin melepaskan diri dari pria bejat di hadapannya. Tapi sangat disayangkan sekali tenaga pria ini lebih kuat dibandingkan dirinya.

Tak berlangsung lama Rey ikut bergabung dengan rekannya yang sudah mulai meraba tubuh Nyonya Nam dengan tidak senonoh. Tak memperdulikan tangisan pilu Nyonya Nam. Ia tetap terus memberontak hingga dirinya melemah dan pasrah di perlakukan tak senonoh oleh kedua pria yang tidak ia kenal. Bahkan baju depan sampai robek dan terlepas dari tubuhnya. Ingin berteriak tapi bibirnya tersumpal oleh bibir pria bejat ini. Jadi ia hanya mampu membatin lirih.

'Siapapun tolong...'

Mata Nyonya Nam terpejam pasrah akan hidupnya yang mungkin sebentar lagi sudah tak lagi layak hidup. 'Maafkan Eomma Soobin-a..'

BRAK

Dor

"ANGKAT TANGAN KALIAN!!"

===============

To be Continue

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

202K 21.4K 42
Kisah tentang sang leader BTS, Kim Namjoon aka RM.. kisah yang penuh perjuangan, kala dia di hadapkan dengan pilihan yang sulit antara hidup atau kar...
493K 36.9K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
152K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
100K 5.8K 31
Kelahiranku adalah kesedihan mereka "Min Yoongi, lelaki kuat dan lembut di luar, yang nyatanya ia rapuh dan bahkan tidak kuat menahan segala beban ya...