DELUSIONS

By tanindamey

5.4K 1.5K 1.5K

Bagaimana rasanya memiliki suatu cela dalam hidup? Diasingkan, diacuhkan, ditindas, serbuan kalimat pedas. Ta... More

Prolog
Chapter 2- Lilin lebah mencekam
Chapter 3 - Diluar terkaan
Chapter 4 - Menikam dipenghujung
Chapter 5 - Bunga tidur
Chapter 6 - Teror malam
Chapter 7- Goresan Luka
Chapter 8 - Kepelikan seseorang
Chapter 9-Tuturan Menyayat Hati
Chapter 10-Tumpahan Air Mata
Chapter 11 - Terjebak dalam Gulita
Chapter 12 - Ancaman
Chapter 13 - Gamang
Chapter 14 - Dekapan
Chapter 15 - Sebuah Amaran
Chapter 16 - Tak Kuasa
Chapter 17 - Terungkap
Chapter 18 - Cela
Chapter 19 - Kelam
Chapter 20 - Sukar
Chapter 21 - Langka
Chapter 22 - Terjaga
Chapter 23 - Berbeda
Chapter 24 - Cendala
Chapter 25 - Berdebar
Chapter 26 - Jengah
Chapter 27 - Terlambat
Chapter 28 - Mulai Meragu
Chapter 29 - Terbelenggu
Chapter 30 - Bertekad
Chapter 31 - Pasrah
Chapter 32 - Kegetiran
Chapter 33 - Pengakuan
Chapter 34 - Jawaban
Chapter 35 - Telah Padu
Chapter 36 - Meradang
Chapter 37 - Kembali Melukai
Chapter 38 - Memerangi
Chapter 39 - Terdesak
Chapter 40 - Suatu Cela
Chapter 41 - Telah Renggang
Chapter 42 - Delusi
Chapter 43 - Kilah
Chapter 44 - Kalut
Chapter 45 - Berlaga [Ending]
Epilog

Chapter 1- Pembendung

758 105 160
By tanindamey

Pembendung

"Siapa pun lo, lo udah menyelamatkan gue malam ini."- Stevlanka

Arus udara berdesir menerobos liang renik, meremang bulu kuduk kian menjadi. Pohon-pohon melambai tak beraturan, dedaunan rontok dari ranting. Tak terlihat lintang berpendar, rembulan pun sama halnya. Rinai hujan siap mengucuri bumi. Bercak rinai itu dengan lambat masuk pada pori-pori seorang gadis. Sepasang kakinya berjalan cepat kesana-kemari. Tak menentu arah jalannya. Mengedarkan tatapan mata di sekeliling, napasnya terengah-engah. Stevlanka menggunakan kedua tangan untuk mencengkram kuat kepalanya yang terasa pening. Ia berulang kali menghela napas panjang-panjang. Ia membutuhkan oksigen yang lebih banyak dari ini.

Mata sendu itu berkaca-kaca, segera ingin membeludakkan tangisnya. Kaki yang tadinya berlari-lari kecil, kini tertahan. Indra pendengarannya pun menangkap suara langkah kaki yang terseret. Menghentikan pijakan kakinya, lalu membalikkan tubuh ke belakang. Namun, kosong tak ada apa pun.

Sebisa mungkin menapis pikiran negatifnya, ia memilih untuk melanjutkan langkah kakinya. Hingga tiba-tiba sepasang matanya menangkap sosok gadis menyeramkan dengan rambut tergerai menutupi wajahnya, dress merah maroon yang dikenakan. Walaupun gelap, dengan sinar lampu jalanan meremang mampu memperlihatkan bercak luka penuh darah pada tubuh sosok itu.

Stevlanka kini telah menutup matanya rapat-rapat, seolah enggan untuk memandang apa yang ia lihat. Menggelengkan kepalanya dan terus menangis, napasnya semakin tersengal-sengal dengan mata yang masih tertutup.

Sosok memakai dress merah maroon itu tak berucap. Terseok-seok mendekati Stevlanka. Sementara gadis itu menutup telinga dengan kedua tangannya. Air matanya terus saja mengucur. Di saat seperti ini siapa yang akan menolongnya? Badannya gemetar hebat karena rasa takut yang menggila. Peluh dingin bercucuran.

"Enggak! Pergi gue mohon!" pekik Stevlanka hingga menggema pada jalanan sepi. Suaranya tak kalah dengan desiran angin. Jika saja ia mempunyai magic dan menghilang dari bumi, pasti ia akan lakukan sekarang juga. Ia muak dengan penderitannya selama ini, seakan Tuhan tidak memberikan dirinya tersenyum walaupun hanya sekelebat. Rasa takut telah merahap setiap hembusan napasnya. Hanya ada tangisan pilu seperti saat ini.

Karena kakinya yang lemas, Stevlanka tumbang di atas aspal jalanan. Ia berada di tengah jalan. Tepat setelah itu, sebuah binar cahaya yang amat kentara, menyuar malam yang begitu gelap pekat. Bukan binar cahaya dari sang penyihir yang siap menyelamatkan Stevlanka seperti pada film fantasi. Melainkan cahaya lampu mobil tepat di hadapan gadis yang tengah duduk dengan kedua tangan menutup telinganya. Stevlanka tidak menyadari akan kehadiran mobil itu. Pikirannya entah ke mana, matanya tertutup rapat-rapat. Tak ingin melihat wajah penuh darah itu.

Pintu mobil perlahan terbuka, munculah seorang laki-laki dengan rambutnya yang tersunggar rapi, berkulit putih dan lensa mata hitam pekat yang menambah paras tampan. Matanya menyipit saat melihat seorang gadis yang duduk di depan mobilnya. Jika ia tidak tepat menginjak rem mobil, mungkin gadis itu sudah terlindas. Laki-laki itu tersadar jika gadis yang ia lihat tengah menangis. Dengan langkah cepat ia menghampirinya, ikut duduk sejajar dengan Stevlanka. Menepuk pundak gadis itu.

"Hey, are you okay?" tanya laki-laki itu sembari mengelus puncak rambut Stevlanka. Perlahan ia membuka matanya, mendongakkan kepala menatap sosok yang ada di hadapannya. Bermata hitam pekat, hidung yang runcing, dan rambut yang tersunggar rapi. Apa yang ia lihat saat ini? Bukankah tadi ia melihat sosok menyeramkan? Lalu mengapa berubah menjadi sosok yang hampir mendekati kata sempurna?

Stevlanka diam tak menjawab, ia hanya bisa memandang laki-laki itu. Stevlanka tidak bisa berpikir lagi, ia memberanikan diri memeluk erat laki-laki itu, dan memecahkan tangisannya. Laki-laki itu membalas pelukan Stevlanka. Mengelus puncak rambut panjangnya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya yang terjadi, namun yang jelas gadis itu sangat ketakutan.

"Ba-wa gue pergi dari sini," kata Stevlanka terbata karena napasnya yang terasa sesak. Matanya terpejam, mencengkram erat pakaian laki-laki itu.

"Okay, masuk mobil gue, ya?"

Stevlanka mengangguk dengan mata yang masih terpejam. Laki-laki itu menuntun tubuh Stevlanka yang bergetar hebat. Tangannya terulur membuka pintu mobil. Kemudian, Stevlanka masuk dan duduk. Kedua tangannya masih mencengkram dadanya. Sedari tadi ia seperti menghitung helaan napasnya sendiri.

Setelah beberapa menit, mobil mereka meninggalkan jalanan gelap dan sepi. Stevlanka bisa bernapas dengan lega. Setidaknya kedua netranya menangkap banyak lampu jalan yang menyuar. Setelah sadar ia berada di mobil orang asing, sontak gadis itu menoleh pada laki-laki yang mengendarakan mobilnya. Stevlanka meneguk salivanya, tenggorokannya terasa garing. Matanya melebar dengan raut wajah bergolak. Bisa-bisanya ia ikut dengan laki-laki ini? Bagaimana jika ia orang jahat? Tapi ini sangat aneh, tadinya saat ia berada di jalan gelap dekat hutan sangat sepi. Tak ada kendaran yang lewat sedikit pun. Namun, bagaimana laki-laki ini bisa muncul?

"Stop di sini!" pekik Stevlanka yang mengejutkan laki-laki itu. Laki-laki itu menoleh-tanpa menghentikan mobil-raut wajah penuh tanda tanya.

"Gue bilang berhenti." Mobil itu masih melaju.

"Siapa lo sebenernya?" tanya stevlanka, "dan kenapa lo ada di sana?"

"Gini ... pertama, gue orang baik-baik, ya. Kedua, kebetulan aja gue tadi lewat jalan itu dan gue liat lo duduk di tengah jalan sambil ketakutan."

"Berhenti sekarang!"

Laki-laki itu menurutinya.

Tangannya berkeringat, sebisa mungkin ia menyembunyikan rasa yang menyelimutinya. Setelah lama berpikir, Stevlanka berkata, "Gue turun di sini aja." Tangannya terulur ingin membuka pintu.

"Lo yakin?" tanya laki-laki itu. "Gue liat tadi lo ketakutan banget sampai gemeteran. Dan sekarang lo mau pulang sendiri?"

Stevlanka melihat di sekelilingnya, jalanan ini masih lumayan jauh dari rumahnya. Hingga akhirnya ia kembali menyandarkan tubuhnya pada sandaran bangku mobil. Benar juga pikirnya, bagaimana jika makhluk tadi muncul lagi? Ia sangat menyesal keluar rumah malam ini. Kepalanya menoleh laki-laki di sampingnya.

"Gue rasa gue nggak yakin." Kepalanya menggeleng. Laki-laki itu menarik bibirnya ke atas.

Laki-laki itu kembali melajukan mobilnya. Tak ada obrolan apapun setelahnya. Laki-laki itu fokus dengan pandangan ke depan. Dengan sesekali melirik gadis di sampingnya itu. Gadis itu menunduk, meremas dress yang ia kenakan. Laki-laki itu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa rasa takut hingga seperti ini, dan mengapa juga ada di jalan dekat hutan sepi seperti tadi. Karena rasa ingin tahu yang membuncah, ia berusaha bertanya. Ia berdeham ringan.

"Kalo boleh tahu sebenernya apa yang terjadi, sih?" tanyanya dengan hati-hati. "Kenapa lo setakut tadi? Kayak abis liat hantu."

Napas Stevlanka tercekat setelah mendengar perkataan laki-laki itu. Air matanya meggenang di pelupuk matanya. Wajah makhluk mengenakan dress merah maroon tadi kembali bermunculan dalam benaknya. Wajah yang penuh darah. Dengan cepat Stevlanka memejamkan matanya. Dadanya naik turun tak beraturan.

"Huh!" pekik Stevlanka terperanjat, merasakan tangan yang berada di pundaknya.

"Kenapa, sih?" tanya laki-laki itu heran sembari menjauhkan tangannya yang tadinya ada di pundak gadis itu. "Udah sampai rumah lo." Dagunya mengarah ke depan.

Stevlanka menoleh, lalu melepaskan seatbelt-nya. "Gue dan lo nggak saling kenal. Jadi, gue nggak harus jawab pertanyaan lo tadi. Dan Thanks, lo udah nolongin gue," kata Stevlanka tanpa menatap laki-laki itu. Berniat untuk keluar mobil, namun dihentikan oleh laki-laki itu. Laki-laki itu kembali menarik pintu mobil yang sedikit terbuka menjadi tertutup kembali.

Mata Stevlanka melebar, memandang laki-laki yang sangat dekat dengannya. Karena laki-laki itu menarik pintu mobil, yang membuat tubuhnya yang condong ke arahnya. Sangat jelas setiap lekuk wajah laki-laki itu. Stevlanka bisa melihat pantulan dirinya di mata laki-laki yang ada di hadapannya saat ini.

Matanya indah, batin laki-laki itu.

"Ardanu Ganendra, panggil aja Ardanu," kata laki-laki itu sambil menjabatkan tangannya. Tersenyum menatap Stevlanka. Sementara itu, Stevlanka mengerutkan dahi tidak mengerti. Lalu, ia menepis tangan Ardanu.

"Nggak ada niatan buat saling kenal." Kemudian ia membuka pintu mobil dan keluar. Ia berjalan masuk ke rumah tanpa menoleh ke belakang. Ardanu mengangkat satu alisnya, menatap tangannya.

"Sumpah tangan gue dianggurin?" tanya Ardanu pada dirinya sendiri. "Kenapa aneh banget sifatnya? Ada di tengah jalan yang sepi, ketakutan, meluk-meluk lagi. Udah ditolongin, eh malah nolak diajak kenalan?" Ardanu kesal sendiri. Ia menyalakan mesin mobilnya, meninggalkan rumah Stevlanka.

Mendengar mobil laki-laki itu pergi, sebelum membuka pintu utama rumahnya ia menoleh ke belakang. Ia bersyukur laki-laki itu datang tepat pada waktunya. Stevlanka membasahi bibirnya.

"Arda-nu," gumamnya Stevlanka. "Siapa pun lo, lo udah menyelamatkan gue malam ini." Ia bergumam pelan.

Tangannya membuaka pintu, saat ia melangkahkan kakinya ke dalam, hal yang ia lihat pertama kalinya adalah seorang pria paruh baya berdiri tegak dengan raut wajahnya yang tegas. Stevlanka menelan ludahnya sendiri, detak jantungnya berdegup sangat cepat. Ia menutup pintu, kemudian mendekati sang Ayah.

"Ayah-"

"Dari mana?" potong Ayah Stevlanka yang bernama Satriya. Matanya begitu tajam, membuat nyali Stevlanka menciut. "Udah tahu setiap malam itu kamu pasti nyusahin, kamu bikin Ayah hampir gila."

Peduli? Stevlanka hanya menunduk dan membisu.

"Ayah takut kalau ada orang tahu tentang keanehan kamu, kamu tahu?"

Stevlanka merasa bodoh.

"Diantar siapa kamu?"

"Dia orang yang nolongin Vla, Yah," kata Stevlanka sambil menunduk. "Tadi Vla-"

"Sampai kapan kamu bakal menyusahkan orang lain kayak gini?" Ayah Stevlanka meninggikan suaranya. Ucapan seperti ini bukan hanya sekali ia dengar, tetapi hampir setiap harinya. Atau bahkan ada yang lebih menyakitkan dari ini. "Udah Ayah bilang, cukup diam aja di rumah. Nggak usah sok-sokan keluar malam. Ayah nggak tahu apa yang kamu lakukan malam ini." Jeda sejenak. "Ada korban lagi?"

Sontak Stevlanka mendongakkan kepalanya, menatap tajam Ayahnya. "Yang Ayah takutkan itu cuma itu aja, ya?" Nada suara yang penuh penekanan. "Vla emang aneh, Vla bisa nyakitin siapa pun yang ada di sekitar Vla. Termasuk Ayah."

"Ka-kamu mengancam?"

"Ini bukan masalah itu, Yah, emang kenyataannya kayak gitu, kan?" Cairan bening gadis itu sudah mengumpul pada pelupuk matanya. "Vla juga nggak pengen kaya gini. Vla juga pengen normal kayak yang lainnya. Vla keluar berusaha untuk melawan rasa takut itu, tapi Vla nggak bisa. Seharusnya Ayah ada di samping Vla. Tapi saat Vla butuh Ayah, apa yang Ayah lakukan sekarang?"

"Ayah macam apa yang tega bilang anaknya seorang pembunuh?" Setelah mengatakannya, Vla pendapatkan tamparan di pipinya. Menghasilkan rasa nyeri yang menjalar perlahan.

Air mata gadis itu menetes, tangannya terangkat memegang pipinya. Isakan-isakan tangis pilu yang meyakitkan itu menggema di dalam rumah mereka. Sementara Sang Ayah emosinya yang sudah membuncah. Dadanya naik turun. Tangan itu terkepal.

"Jaga bicara kamu, Vla!" tegas Ayahnya. "Ayah nggak pernah bilang kamu pembunuh."

"Tapi semua kata-kata Ayah, seolah mengatakan ke arah sana," kata Stevlanka di sela-sela isakan tangis. "Vla capek, capek dengan hidup Vla sendiri. Buat apa Vla ada di dunia ini kalo sedikit pun keindahan nggak ada dalam hidup Vla?" pekik Stevlanka histeris. Gadis itu sudah tidak tahan lagi. Ia berlari masuk ke dalam kamarnya. Mungkin akan lebih baik jika sendiri saja tanpa seseorang. Menumpahkan air matanya sendiri. Tanpa berbagi cerita, tanpa elusan kasih sayang, tanpa seorang teman. Menghadapi dunia yang menyakitkan ini seorang diri. Hingga membuatnya nyaman pada kesepian.

Yang pertama kali Stevlanka pandang ketika memasuki kamarnya adalah album foto wanita paruh baya. Senyumannya begitu manis. Stevlanka mendekati album yang berada di atas nakas. Setelah menggapai album itu, tubunya luruh di atas lantai. Air matanya menetes membasahi benda yang ia bawa.

"Putri bunda yang cantik nggak boleh nangis, kamu harus jadi wanita yang kuat seperti bunda."

Tercipta lengkungan pada bibir gadis itu, tangannya ia gunakan untuk menghapus cairan bening yang mengalir pada pipinya. Itu adalah kalimat penenang, Bundanya-lah yang sering mengucapkan kalimat itu. Sepuluh tahun sudah kalimat itu tidak terucap secara langsung. Hanya bisa dirasakan dalam hati.

****

Thanks for reading!!!

Cast DELUSIONS:

1. Ardanu Ganendra

Ardanu itu Cowok yang dipeluk Stevlanka pada saat pertama kali ketemu.Dia petakilan yang besok akan ngejar-ngejar Stevlanka.Bucin sejiwa raganya.

2. Stevlanka Annesca

Stevlanka itu Cewek yang kalau marah bisa aja langsung bunuh orang di tempat.Pobia gelap dan berteman sama beban hidup.

ini adalah cerita pertamaku yang bergenre fantasi romance, tapi aku juga campur dengan thriller, horoh, dan misteri. Mumet mumet deh itu. Semoga kalian bisa terbawa di kehidupan setiap tokoh, ya.

Makasih buat yang udah vote dan yang masih belum, yu vote. Komen jangan lupa. Share ke temen-temen kalian.

I'll do my best!!!

Tanindamey
Senin, 8 juni 2021
Revisi : Jum'at, 13 Agustus 2021





Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 106K 52
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
226K 25K 28
Sang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dal...
654K 53.8K 56
|FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TITIK!!| Transmigrasi jadi tokoh utama? Sering! Transmigrasi jadi tokoh jahat? Biasa! Transmigrasi jadi tokoh figuran? Bas...
1.2M 91.6K 36
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...