TELUK ALASKA 2

Door ekaaryani

3.8M 333K 237K

[SEQUEL TELUK ALASKA] Alistasia Reygan, semua orang menganggapnya sempurna dan bisa mendapatkan segalanya den... Meer

PROLOG
PROLOG II | JANJI MASA KECIL
1. HILANGNYA DIARY
VOTE COVER
2. MENGEMBALIKAN DIARY
3. KECEWA
4. SEBUAH TUDUHAN
5. PARAHYANGAN VS SINGGASANA
6. MENCOBA PERGI
7. MENJAUH
8. SEBUAH BALASAN
9. JANGAN PERGI
10. PERMINTAAN MAAF
LOGO PEGASUS & PHOENIX
11. SEORANG MANTAN?
12. TAWANAN
13. BERADA DI SISIMU
14. SALAH PAHAM 1
15. First Kiss?
17. NEGARA TUJUAN SIA
18. MELINDUNGINYA 1
DANDELION
Malem
19. BUKAN TEMAN KECIL!

16. ARABELLA

123K 12.8K 13.5K
Door ekaaryani

Jam berapa kalian baca cerita ini?

Aku update jam setengah 3 pagi loh.

Yang baca pas bangun tidur mana?

Siapin jempol buat komentar tiap paragraf ya

Kalo ada typo kasih tahu🙏🙏

Siap baca 3.800 word lebih? Jangan bosen ya, ceritanya panjang banget chapter ini.

Happy reading...

Alister pun mandi air dingin tengah malam, dia ingin menjernihkan pikirannya membuat wajahnya segar kembali karena sudah menangis seharian. Saat Alister selesai dan keluar dari kamar mandi, dia mendapatkan kalau Ana sudah tertidur.

Alister menyelimuti Ana, mengecup keningnya dan tersenyum lekat. Bahagia, hanya itu yang dia rasakan. Tapi saat itu juga ponselnya berbunyi, bersamaan dengan ponsel Ana yang juga berbunyi.

"Paling instagram," ucap Alister sambil memakai baju tidurnya, dia sangat tahu, kalau ada pesan masuk baik terkirim pada Ana atau Alister, kedua ponsel mereka akan berbunyi bersamaan.

Tentu saja, karena semua sosial media mereka berdua saling terhubung satu sama lain. Sangat lucu memang.

Alister pun membuka ponselnya, ternyata ada pesan dari seseorang yang masuk pada instagram istrinya.

"Huh?" tanya Alister bingung saat membaca pesan tersebut, Bara William? Alistasia? Ketemu di tempat biasa katanya? Alister langsung mengepalkan tangannya kesal, bagaimana bisa—Alistasia, anaknya yang paling dia sayangi harus bersama clan William?

"Maaf, Sia. Kalau emang ini Bara William yang Papa kenal. Papa nggak bakal biarin itu terjadi," ucap Alister sembari mengirim sebuah balasan pada pesan tersebut.

***

Balasan dari Sia sangatlah aneh, dia terkesan seperti orang yang tidak tahu apa-apa. Kenapa harus bertanya? Bukankah sudah jelas foto profilnya adalah foto dirinya? Bagaimana mungkin Sia tidak mengenalnya?

Bara pun mengirimkan pesan pada Sia melalui WhatsApp.

Bara William:
Sia, udah tidur?

Sia:
Belum, kenapa?

Bara pun mengirimkan Screnshoot dari dm instagramnya. Bara sangat heran, kenapa Sia harus bertanya seperti itu.

Di sisi lain, Sia mengaga lebar saat Bara mengirimkan pesan pada Ibunya, jantungnya berdetak kencang—dia sangat takut kalau Ayahnya yang membuka pesan tersebut. Lalu, apa yang harus Sia katakan? Apa alasan yang bagus untuk mengalihkan pembicaraan? Sia pun membaca pesan tersebut dengan teliti.

Alistasia? Di dalam pesan tersebut Bara memamggilnya Alistasia, kan?

Sia:
Bara, kenapa kamu panggil aku Alistasia?

Bara langsung menelpon Sia. Ya, Tuhan. Apa yang harus dia katakan sekarang? Dengan gemetar, Sia mengangkat teleponnya.

"Sia..." panggil Bara, lidahnya terasa kelu saat mendengar suara itu memanggilnya.

"Ya?"

"Maaf, gue nggak bermaksud panggil mantan gue." Sia bisa bernapas lega sekarang, ternyata Bara belum mengetahui siapa dirinya.

"Barusan pas gue follow instagram lo ada akun-akun yang disarankan. Di sana ada nama Alister Reygan, entah kenapa gue jadi inget Alistasia."

"Iya, nggak papa."

"Barusan gue cuma bingung."

"Bingung kenapa?"

"Kenapa akun Alister Reygan bisa muncul."

"A-Alister Reygan?"

"Ya, Ayahnya Alistasia." saat itu juga Sia rasanya ingin masuk ke dalam lubang. Bara... sedang membicarakan dirinya sekarang.

"Oh, aku emang Follow Alister," ucap Sia sembari memukul bibirnya karena sudah tidak sopan memanggil Ayahnya.

"Dia seniman yang hebat, galeri seninya ada di mana-mana," balas Sia dengan canggung. "Aku—fans Alister! Ya! Aku fans berat!"

"..."

"Bara?"

"Ya?"

"Aku ngantuk," balas Sia, dia sudah tidak mau membahas hal tersebut, tunggu sampai Sia ulang tahun, sebentar lagi—hanya tinggal sepuluh hari lagi identitasnya akan terbongkar.

"Ya, oke."

Sia langsung mematikan teleponnya, dia tidak bisa tidur, pikirannya terus melayang pada cowok itu. Apa dan bagaimana reaksinya jika dia tahu kalau Sia memanglah Alistasia yang dia kenal.

Sia lantas membuka ponselnya, dia mendapatkan pesan dari Hutomo yang tidak sengaja Sia buka.

Hutomo:
WhatsApp masih on tapi Chat Kakek nggak di bales.

Sia lantas menelpon Kakeknya. Sia sangat merindukan Kakeknya, semenjak Sia bertengkar dengan Bianca dia belum menengok Kakeknya lagi.

"Kakek!" teriak Sia di balik telepon, "Kakek belum tidur? Gimana kabar, Kakek?"

"Kakek belum ngantuk," ucap Hutomo, Sia dapat merasakan kalau Hutomo sedang tersenyum sekarang.

"Ya, untunglah Kakek nggak seperti di film Azab. Kakek baik-baik aja dan besok udah bisa kerja lagi."

"Jangan terlalu capek, inget ya!"

"Iya, tenang aja."

"Kakek..."

"Kenapa? Kapan ketemu Kakek? Apa kamu bakal terus sembunyi kaya gini? Bianca nanti bakal minta maaf sama kamu, Sia."

Cukup lama mereka terdiam, Sia rasanya tidak peduli dengan Bianca, dia hanya ingin menceritakan kisahnya dengan Bara, tapi—kembali dia memgurungkan niatnya, bisa saja Hutomo juga akan melarangnya bertemu Bara atau bahkan lebih parah bukan?

"Kenapa? Ada yang ganggu pikiran kamu?" tanya Hutomo di balik telepon, dia sangat khawatir pada Sia.

Tapi dari suaranya, terlihat jelas kalau Hutomo tengah mengkhawatirkannya. Tidak, tidak ada yang bisa melawan Ayahnya selain Hutomo. Sia yakin kalau Ayahnya lah yang membaca pesan tersebut, Sia sangat takut dan tidak punya pilihan lain.

"Mungkin besok sepulang sekolah aku mau ketemu Kakek. Tapi... ada seseorang juga yang bakal aku ajak."

Hutomo tertawa dibalik teleponnya, seperti seseorang yang sudah mengetahui segalanya, Sia dibuat bingung dengan tawa yang dikeluarkannya.

"Apa Kakek tahu, siapa yang bakal Sia ajak besok?"

"Tentu, Kakek tahu semua tentang kamu, Sia."

***

10.00 WIB

Di sekolah, waktu istirahat di mulai. Sia kemudian meminum air dari botol air mineral milik Bara. Ya, Sia mengisi ulang botol tersebut, wajahnya kembali memerah saat bibirnya menempel pada botol tersebut.

Berarti saat ini—Sia sudah ciuman dua kali bersama Bara? Sia kembali tersenyum sipu, membuat Crystal yang ada di sampingnya menatap Sia dengan horror.

"Abin?" tanya Sia saat melihat Bintang dan Troy sedang membicarakan sesuatu yang serius.

"Mereka nggak izinin kita buat gabung." Crystal menatap mereka dengan curiga, terutama saat Troy mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Bintang.

"Heh, lagi nonton video porno, ya?" tanya Crsytal membuat Bintang melotot.

"Astaga!" ucap Troy.

"Mata kita masih suci!" balas Bintang membuat Sia dan Crystal berdecak tidak percaya, tiba-tiba Bintang berdiri lalu mengeluarkan telunjuknya pada Crystal dan Sia.

"Kali ini, nurut. Jangan keluar kelas sendirian, oke?"

"Abin mau ke mana?" tanya Sia, tapi mereka tidak menjawab, Bintang dan Troy malah langsung berlari meninggalkan mereka.

Tiba-tiba ketua kelas masuk, memberikan pengumuman yang membuat semua siswa dan siswi berteriak kencang.

"Jam pelajaran selanjutnya kosong. Kita cuma dikasih tugas," ucap Hendra membuat semua orang berkata YES dengan cepat.

"Kapan dikumpulinnya?" tanya Fetty.

"Minggu depan."

"YES!" teriak Crystal kencang, dia lansung menarik Sia keluar dari kelas, karena jika tidak, Sia akan mengerjakan tugasnya sekarang juga.

"Sia, aku juga mau kabur ke Singgasana!"

"Tapi... Aku cuma punya satu hoodie Phoenix."

Crystal segera berlari ke kelas, dia mengambil jaket Phoenix miliknya dan Sia lalu berlari keluar menghampiri Sia. Dia sangat beruntung bisa merampok hoodie milik Orlando, menyenangkan bukan?

"Apa kita udah aman?"

"Iya," tanya Sia sembari tertawa bersama. Crystal pun dengan segera menghubungi Orlando. Bagaimana reaksinya jika tahu Crystal akan segera berjalan menuju perbatasan? Khawatir? Senang? Atau malah biasa saja?

"Omo!" ucap Crystal kaget saat melihat sekitar.

Sia tersenyum saat melihat gelagat Crystal yang bingung, dia baru pertama kali memasuki gerbang utara yang penuh dengan pepohonan, Sia lantas menggenggam tangan Crystal lalu berjalan bersama melewati perbatasan tersebut.

"Kakak!" teriak Crystal semangat, dan Sia? Dia hanya terdiam membisu sembari memasuki kedua tangannya ke dalam hoodie.

"Pantes, hoodie Kakak ilang!" Crystal mengerucurkan bibirnya melihat Orlando mengherutu, dia lantas menggandeng Orlando dan menariknya tak sabaran.

"Aku kangen Kakak loh," ucap Crystal membuat Orlando berdecak sebal.

Sementara, Bara? Dia hanya berjalan sembari menatap Sia, tanpa mengatakan sepatah katapun. Sebenarnya, Bara ingin bertanya mengenai pesan Instagram tadi malam, tapi... sepertinya Sia tidak mau membahasnya.

"Bara, semua yang mau kamu tahu bakal terjawab sepuluh hari lagi, bisa kamu sabar sebentar?" tanya Sia membuat Bara mengangguk pelan.

"Mau hadiah apa?" tanya Bara membuat Sia tersenyum penuh harap.

"Hadiah yang aku mau, kamu tetep jadi Bara yang aku kenal."

Tentu saja, itu sangat mudah. Tapi bagaimana pun Bara harus mempersiapkan hadiahnya untuk Sia, dia tidak mungkin pergi ke acara tersebut dengan tangan kosong.

"Oke," balasnya dengan santai, Bara masih tidak tersenyum, kenapa... akhir-akhir ini Bara merasa ada yang Sia tutupi, dan... sampai titik ini, Bara dibuat tidak percaya oleh apa yang dikatakannya.

Fans Alister katanya? Jika dia tahu Alister secara tidak langsung Sia akan tahu dengan Ayahnya juga. Mereka pesaing, mereka sama-sama memiliki perusahaan yang sama pada bidang yang sama. Seorang fans pasti tahu tentang gosip mereka. Lalu, kenapa Sia tidak mengatakan apa-apa?

"Bara, aku mau ajak kamu ketemu Kakek aku."

"Dia udah sembuh?"

"Ya," ucap Sia sambil mengangguk penuh harap, matanya berbinar seolah ini adalah permohonan pertama darinya yang harus Bara kabulkan.

"Oke. Tapi gue mau ajak lo ke suatu tempat besok."

"Besok? Boleh," balas Sia semangat, Sia pun kembali mengeluarkan botol minum miliknya, dia meminum air di dalam botol itu kembali. Wajahnya terus memerah setiap meminum air di dalam botol tersebut.

"Itu botol tadi malem?"

"Ah, bukan!" sanggah Sia sembari menyembunyikan botol tersebut, Bara hanya tersenyum lalu mengulurkan tangannya.

"Jangan jauh-jauh, bahaya. Sekarang lo ada di kandang musuh!" Sia pun tersenyum sipu saat Bara memegang tangannya, sungguh, jantungnya berdetak beberapa kali lipat sekarang.

"Kita ke kantin?"

"Ya."

Crystal mengerutcutkan bibirnya lalu menggandeng tangan Orlando lebih erat, "Aku juga mau kaya Sia."

"APA?" tanya Orlando berusaha meyakinkan.

"APA?"

"Kakak nggak bakal kasih izin cowok lain buat deketin kamu, kecuali... dia bisa kalahin Kakak!"

"Beneran?" tanya Crystal dengan tatapan berbinar, "Tenang aja, Kak. Cowok yang aku suka pasti bisa bikin Kakak auto koma!"

"Siapa cowoknya?" tanya Orlando membuat Crystal tercekat, dia diam membisu tak menjawab. Mereka berjalan menuju kantin, sepanjang perjalanan Crystal malah mendiamkan Orlando.

Mereka berempat kini berada di kantin Singgasana, Crystal seperti biasa memesan Bakso pedas, sementara Sia hanya makan roti saja.

"Lando!" panggil Bara membuatnya tercekat, "Ada cewek yang ikutin kita dari tadi."

"Ya, gue tahu. Gue udah incer dia dari tadi."

Sia dan Crystal langsung memutar kepala mereka ke setiap sudut, mencari seorang cewek yang dimaksud Bara dan Orlando. Tapi saat itu juga, Bara langsung memegang ujung kepala Sia, seolah Bara tengah mengusap rambutnya.

"Kalau ada musuh, kita jangan langsung lihat orangnya," ucap Bara membuat wajah Sia kaku.

"Kalian cewek harusnya lebih ahli," balas Orlando, "Kalian kalau lagi ngomongin orang, apa mata kalian langsung tertuju sama orang itu?"

Sia dan Crystal langsung menggelengkan kepalanya, tapi mau bagaimana lagi, mereka sangat penasaran. Siapa cewek yang mengikuti mereka?

"Apa mereka Sasaeng anak Phoenix?" tanya Crystal pada Sia.

"Mungkin iya."

Tanpa basa-basi, Orlando langsung lari memutar arah, menghampiri tempat persembunyian cewek itu. Dia anak Singgasana, rambutnya tergerai panjang dengan kulitnya yang putih pucat, dan Oralndo tidak mengenalnya, cewek itu tidak terlalu populer. Tapi satu hal, Orlando mampu menangkap wajahnya barusan.

Saat ini dia masih menatap Bara, Sia dan Crystal. Cewek itu dengan hati-hati mengeluarkan ponselnya lalu memotret mereka bertiga. Orlando yang ada di belakangnya langsung tersenyum sinis.

"Nggak foto gue sekalian?" tanya Orlando membuat cewek tersebut terperanjat. Dia terlihat ketakutan, terutama saat Orlando langsung mengambil ponselnya dengan paksa dan melihat beberapa foto Bara dan dirinya di dalam ponsel cewek itu.

"Arabelle?" panggil Orlando sembari membaca name tag miliknya.

"Maaf, Kak. Maaf!" ucapnya sembari menangis kencang, Ara langsung mendekap Orlando, cowok itu langsung kaku dengan perbuatannya.

"Bisa jelasin, apa maksud dan tujuan lo ambil foto kita? Atau lebih tepatnya—foto Bara?" Orlando sangat bingung, kenapa cewek secantik dan selugu ini malah menjadi mata-mata.

"Jangan kasih tahu Kak Bara! Ara mohon!" rengeknya, dia tidak bisa menahan air matanya. Orlando dapat merasakan kalau tubuh cewek itu bergetar hebat, seperti orang yang benar-benar ketakutan.

"Ara suruhannya Pak Gavin," ucap Ara membuat Orlando melotot, Gavin? Ayahnya Bara? Jadi... dia tengah memata-matai anaknya sendiri?

"Dia ancam bakal cabut beasiswa Ara kalau Ara nggak kasih foto Kak Bara," ucap Ara dengan napas tersenggal, "Makanya Ara kirim fotonya sama Kak Lando kemarin, biar kalian lebih hati-hati, Ara sama sekali nggak ada maksud apa-apa. Tolong! Jangan benci Ara!"

***

Baik Singgasana atau pun Parahyangan tentu saja memiliki kolam renang masing-masing. Saat ini, Sia sangat ingin melihat kolam renang di area musuhnya. Dan... walaupun sama saja dengan Parahyangan, tapi sensasinya benar-benar berbeda saat dia berada di tempat musuh.

"Kak Lando!" teriak Crystal saat cowok itu membawakan cokelat untuk adiknya.

"Aku pengen renang!"

"Wush! Ngomong apa? Kamu nggak bawa baju." Crystal kembali mengerucutkan bibirnya kesal.

Sia tersenyum melihat reaksi mereka, Sia lantas menatap Bara, cowok yang ada di sampingnya dengan lekat.

"Gue males."

"Males kenapa?"

"Bokap gue, dia punya beberapa undangan ke Galeri Seni. Dan tempatnya di Luar Negeri."

"Di mana itu?"

"Salah satunya Jepang." alasan kenapa Bara menerima ajakan Ayahnya. Yang pertama, Bara sangat suka dengan seni. Yang ke dua, dia ingin membelikan kado ulang tahun untuk Sia di Luar Negeri.

Mungkin hal itu akan memiliki kesan yang bagus untuk Sia, juga... Bara sangat ingin mengatakan sesuatu yang penting pada Sia. Sesuatu yang sangat sulit untuk dikatakan.

Tapi kenapa Ayahnya harus ikut? Sial! Benar-benar menyebalkan. Kalau bisa Bara ingin pergi seorang diri ke sana.

"Berapa hari kamu di sana?"

"Mungkin seminggu."

"Makanya kamu mau ajak aku ke suatu tempat besok?" tanya Sia membuat Bara mengangguk cepat,

"Mungkin... kita bisa nonton film? Atau makan di tempat yang lo mau."

Bara menatap Sia dengan serius.

"Selama ini, gue nggak pernah ajak lo keluar, kan? Jadi... apa lo—"

"Tentu," balas Sia dengan semangat, apakah Bara mengajaknya kencan barusan? Uh... jantungnya terus berdetak kencang saat Bara ada di sampingnya. Tidak, tidak bisa seperti ini, Sia harus menyembunyikan wajahnya yang merah.

"Apa kamu bisa renang?"

"Ya," jawab Bara dengan santai.

"Aku nggak bisa, tapi aku mau masukin kaki aku ke sana, boleh?" Bara mengangguk, Sia langsung membuka sepatunya lalu berlari mendekati kolam renang tersebut. Disusul dengan Crystal yang berlari menyusulnya dengan semangat.

"Bar, ngapain lo izinin Sia? Lihat, di kolam renang lagi banyak orang!" tanya Orlando tapi Bara tidak menghiraukannya, mau bagaimana pun tidak akan ada yang berani menyentuh Sia, semua orang tahu siapa yang ada dibelakangnya.

"Bugh!"

Mereka berdua terkejut saat melihat Sia hampir terjatuh ke dalam kolam renang, untung saja Crystal memegang tangan Sia dengan cekatan. Orlando membulatkan matanya saat melihat ada Ara di sana, cewek itu seperti terancam, kini Crystal tengah mencengkeram kerah kemejanya.

Bara dan Orlando langsung berlari menghampiri mereka.

"Ada apa, Sia? Lo nggak papa?" tanya Bara berusaha membantu Sia berdiri.

"Dia! Dia dorong Sia!" ucap Crystal masih mencengkeram kerah kemeja cewek itu.

"Nggak, bohong. Ara nggak ngapa-ngapain, kalian yang lewat gitu aja dan tabrak Ara!"

"Heh, kamu yang tabrak kita! Bukan cuma tabrak, kamu juga dorong Sia!" balas Crystal tidak suka, emosinya meluap melihat sahabatnya diperlakukan seperti itu.

"CUKUP, CRYSTAL!" bentak Orlando membuat Crytal tersentak.

"Kak Lando, Crystal nggak salah. Cewek ini emang bener dorong aku," ucap Sia kesal, "Dia juga ancam kita kalau dia bakal kasih tahu—"

"Kalau Crystal salah, itu di kasih tahu. Bukan di bela, Sia!"

"Crystal nggak salah!" Sia langsung mendekat ke arah Bara, "Kamu percaya aku, kan? Aku nggak bodoh, aku bisa bedain mana nggak sengaja sama mana disengaja!"

Bara mengangguk, tentu saja dia akan percaya pada Sia. Kalau saja yang mendorongnya bukan cewek mungkin Bara sudah melemparnya ke kolam renang sekarang.

"Ara nggak sengaja, Ara lagi jalan barusan. Kalau gitu maaf... maafin Ara," ucapnya sok lugu membuat Crystal semakin muak, tapi saat itu juga Orlando menghalangi Crystal dan mencengkeram tangannya dengan kuat.

"Ah...Sakit!" teriak Crystal, "Kakak!"

"Makanya, kamu harus sopan sama orang. Kakak nggak pernah ajarin kamu buat sok preman!" ucap Orlando membuat Crystal menganga, matanya berkaca-kaca, menandakan kalau perasaannya tengah terluka, terutama saat Orlando menarik tangan cewek tersebut dan pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Bara, kayanya aku harus ke Parahyangan lagi."

"Ya, gue anter sampai perbatasan."

***

Crsytal masih merajuk, sebenarnya siapa cewek tersebut? Kenapa Orlando malah membelanya? Padahal Crystal selalu menghabiskan waktu bersama Orlando, tapi baru kali ini dia mendapat tatapan seperti itu dari Kakaknya sendiri.

"Sia, aku lagi pengen sendiri, nggak papa?"

"Kamu nggak papa? Aku temenin—"

"Aku cuma pengen sendiri, nanti aku ke kamu lagi, cerita semua yang aku rasain kalau aku udah baik-baik aja."

"Oke, aku di kelas, ya?"

"Iya."

Crystal pun berlari, menaiki anak tangga terus menerus sampai dia menemukan tempat yang nyaman untuk menangis. Rooftop, di sini lah dia berada. Dadanya terasa sesak sekarang, tangannya masih sakit, Orlando benar-benar sudah menyakitinya.

Crystal hanya bertanya, kenapa dia sampai mendorong Sia? Tapi cewek itu malah mengancamnya akan membongkar identitasnya sebagai anak Parahyangan. Wajar, wajar kalau saat itu Crystal sangat kesal pada cewek itu dan mencengkeram kerah kemejanya.

Crystal pun meneteskan air matanya, tangannya memegang dadanya yang sesak. Crystal menutup wajahnya dengan tangannya. Sakit!

Rasanya benar-benar sakit saat orang yang selalu tertawa bersamamu kini malah menyakitimu.

"Huuhhhh...." seseorang meniup rambutnya, membuat Crystal menoleh ke arahnya.

"Abin?" tanya Crystal dengan wajah yang merah.

Cowok itu kemudian duduk di samping Crystal sembari menatap awan yang indah. Bintang mengembuskan napas panjang lalu tersenyum kecil.

"Cerita gue hari ini, gue resmi jadi ketua Pegasus," ucap Bintang membuat Crystal menatapnya tak percaya, "Dan... gimana cerita lo hari ini, Crystal?"

***

Bara kini tengah bersama Sia, di dalam mobilnya mereka mendengarkan musik bersama, terutama Sia yang terus menyanyi. Dia harus menikmati hari ini, lusa Bara akan pergi, tidak ada yang menjamin kalau Sia tidak akan merindukannya, kan?

"Kita udah sampai," ucap Sia semangat, mereka kini berada di depan restoran favorit Sia dan Hutomo.

Bara langsung turun dari mobilnya, sementara Sia langsung berlari memeluk Hutomo dengan senyuman yang indah. Bara dapat melihat kalau hubungan mereka sangat lah erat.

"Kakek!" ucap Sia pada Hutomo, "Kakek tahu, aku kangen banget sama Kakek!"

Hutomo tidak bisa berkata-kata, matanya hanya berkaca-kaca melihat Sia tersenyum lebar. "Kakek, kenalin. Ini... Bara William," ucap Sia sembari mencubit Kakeknya.

Bara tersenyum, walaupun dia agak heran kenapa Kakeknya Sia sekarang memakai masker dan kaca mata hitam seperti seorang buronan.

"Kakeknya Sia," ucapnya tanpa menyebutkan nama. Oke, Bara anggap pria paruh baya itu ingin dipanggil dengan Kakek saja.

"Maaf, Kakek aku pakai masker. Dia lagi flu."

"Iya, nggak papa."

Bara langsung duduk di tempat yang sudah disediakan Hutomo, makanan pun sudah disediakan oleh Hutomo. Sia tersenyum bahagia saat Kakeknya tidak melarangnya berteman dengan Bara. Walaupun tadi malam, Kakek menimang-nimang persetujuannya pada Bara.

"Jadi... setelah lulus SMA kamu mau kuliah jurusan apa?" tanya Hutomo dengan senyuman evil, Sia langsung cemberut dengan pertanyaan tersebut.

Tidak bisakah basa-basi terlebih dahulu?

"Ah, Manajemen. Kebetulan saya anak IPS."

"Oh bagus itu, kalau bisa Manajemen Bisnis ambilnya, biar bisa jadi pengusaha."

Sia langsung menginjak kaki Hutomo.

"Terus setelah lulus kuliah, kamu mau jadi apa?"

"Papa saya seniman," ucap Bara membuat Hutomo melotot, tidak, tidak, tidak boleh jadi seniman.

"Tapi setelah Kakek meninggal, semua urusan perusahaan Papa yang handle."

"Nah, kalau gitu kamu jangan jadi seniman. Kamu jadi pengusaha aja, terusin usaha Papa kamu!" tegas Hutomo tersenyum semangat, dia pun sudah membayangkan kalau Sia menikah dengan Bara. Apa yang akan terjadi jika Perusahaan besar mereka digabung? Bisa saja mereka berdua menjadi orang terkaya di negeri ini—bukan begitu?

"Kalau bisa dua-duanya, kenapa harus ambil satu?" tanya Bara sembari menatap Sia, Hutomo langsung bertepuk tangan setuju pada Bara.

"Jadi kamu sama sekali nggak keberatan buat terusin usaha Papa kamu?"

"Nggak, kalau bisa saya mau rebut semua yang Papa saya punya sekarang!" Hutomo kembali dibuat semangat, dia kembali bertepuk tangan. Sia pun menatap Hutomo dengan kesal.

"Kebetulan, cucu saya juga bakal mewarisi semua yang saya punya. Jadi—"

"Nggak, Sia pengen jadi penyanyi!" balas Sia sambil memakan makanannya dengan gemas pada Hutomo.

"Nggak betul itu!" ucap Hutomo membuat Sia menginjak kakinya lagi, saat Hutomo meringis kesakitan Bara menertawakan mereka berdua. Sungguh, kedekatan mereka membuat Bara sangat iri.

"Jadi sekarang kalian pacaran? Atau belum?" tanya Hutomo membuat Sia ingin menonjoknya, "Yang harus kalian tahu, saya di sini bakal jadi orang pertama yang dukung kalian berdua buat bersatu. Dan saya janji, apapun yang terjadi saya akan melindungi hubungan kalian."

Bara menatap Sia, tidak. Dia tidak akan mengatakan perasaannya sekarang. Bara akan mengatakannya tepat di saat Sia ulang tahun. Semoga hadiahnya yang dia cari selama di Luar Negeri dapat membuat Sia menerimanya.

"Ah kalian nggak usah malu-malu gitu. Kalian pacaran aja di depan saya. Saya itu orangnya baik, loh. Atau mau saya pesankan hotel sekalian?" tanya Hutomo membuat Sia ingin menyiramnya dengan jus. Menyebalkan, kenapa Kakeknya jadi seperti ini, Sia hanya ingin meminta Hutomo untuk melindunginya dari Alister, bukannya membuat wajah Sia ungu.

Love you readers...

Menurut kalian, Ara itu orangnya gimana?

Aku kasian Crystal😭

Siapa yang udah ga sabar pengen Bara tahu siapa Sia sebenernya?

Hayooo di sini siapa yang dukung Hutomo? Atau masih ada sisa-sisa gedeknya sama Hutomo? Wkwk

Kalau di instagram Bara, pasti kalian dapet banyak spoiler, parah sih emang😭

Uh panjang banget kan? 3.800 word lebih loh!

Spoiler next chapter: "Hmmmppptt!"

SPAM KOMEN NEXT DI SINI🥰

Jangan lupa vote sama komentar ya sama beli novel Teluk Alaska buat nemenin quarantine👌


Di shopee: rne.ofc juga novel TA nya aja lagi diskon, cuma 69.100 loh. Jadi mending beli novelnya dulu kalau belum bisa beli paket😍

Jangan lupa juga follow instagram Official:

@telukalaskaofc
@ekepstory_

Dan juga instagram Roleplayer:
@barawilliam_
@alistasia.reygan
@bintang.elano
@hutomo_
@alister_reygan
@anastasyamysha
@crystal.kyne
@orlandokyne
@biancalucretia

Ada yang mau ditanyain?

Instagram: ekaaryani01

Thankyou💕

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

565K 20.9K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
6.2M 107K 25
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
2.4M 132K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
5.7M 272K 53
𝐀𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡. start: 31 Juli 2023 finish: 27 Januari 2024 rank 1 in #motor (Selasa, 14 Mie 2024) 3 in #sahabat (Selasa, 14 Mie 2024...