Living with Badboy ✔️

De cutputrikh

7.9M 770K 474K

"Karena ini apartemen gue, jadi peraturan di sini gue yang bikin. Pertama, lo nggak boleh natap mata gue lebi... Mais

01| Tantangan Ketua geng Vilton
02| Kalung
03| Salah Paham
04| Terpaksa Menikah
05| Mr. Bossy
06| Siapa yang Salah?
07| Vilton Berulah
08| Tawuran
09| Satu Sama
10| Rasa Yang Berbeda
11| Jangan Cemburu
12| Permainan
13| Curiga
14| Ada Yang Panas
15| Ibu Perinya Madava
17| Drama Madava Dan Indira
18| Belanja
19| Gengsi
20| Sakit
21| Suami Idaman
22| Mulai Mencari Tahu
23| Cemburu Ala Indihom
24| Lari Pagi
25| Kerupuk Jengkol Mak Jeni
26| Official
27| Sweet Momen
28| Menyerang Lagi
29| Menjenguk Gun
30|First Date
Q N A ANSWER
31| Bertengkar
32| Ingin Sendiri
33| Kemarahan Madava
34| Fakta
35| Semakin Sakit
GC WA LWB OPMEM
36| Gosip Buruk Lagi
37| Tak Lebih Baik
38| Tak Bisa Mengelak
39| Terjawab Semuanya
40| Penghalang
Akun Roleplayer
41| Berusaha Kembali
42| Maaf
43| Demi Madava
44| Meluluhkan Indira
45| Sulit
46| Ketahuan Bohong
47| Bimbang
48| Harus Semangat
49| Berpisah
Meresahkan| TSB AU #1
50|Gula Kapas (Ending)
Obrolan Lelaki| TSB AU#2
GIVE AWAY NOVEL LWB

16| Gun Terbuang

141K 15.1K 7K
De cutputrikh

Random question

1. Pada umur berapa nih?

2. Nama kamu siapa aja nih?

3. Yang puasa hari ini siapa aja nih?

Selamat menunaikan ibadah puasa hari pertama semuanya💕

*Vote Comment nembusin 2000 boleh?*

Jika tidak pernah berniat serius, setidaknya jangan beri harapan terus.

🍂

Madava dan gengnya sedang berkumpul di salah satu koridor, terlihat tengah membahas sesuatu yang serius karena raut wajah mereka semua yang terlihat tidak sedang main-main. Tidak bar-bar seperti biasanya.

Gun yang baru saja datang langsung saja menimbrung, menyela diantara kelima temannya dengan wajah semangat empat limanya di pagi buta seperti biasa.

"Assalamualaikum, ya ahli kubur! Nggak jawab titisan kuyang." sapa Gun dengan wajah konyolnya yang langsung membuat semua kepala anak-anak the savage brandals sontak melirik ke arahnya.

Gun mengerjap polos melihat tatapan-tatapan lurus the savage brandals yang serentak menatapnya datar tanpa suara. Menggaruk tengkuknya, Gun tergelak sendiri. "Beneran titisan kuyang ya lo pada!"

Hening, tidak ada yang merespon ataupun menghujatnya seperti biasa. Tatapan mata mereka refleks membuat Gun meneguk salivanya grogi. Detik berikutnya ia terkekeh sendiri, sembari menggaruk telinganya bingung.

"Lo pada kenapa sih diem-diem bae kayak kemasukan dedemit? Kok jadi semeriwing bulu idung gue, " kekeh Gun bergidik seraya mengusap tubuhnya sendiri berlagak merinding.

Madava yang tadinya duduk di atas meja lantas turun, memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan menatap Gun datar. "Lo tau apa kesalahan lo?"

Gun mengerjap polos, mencoba berpikir kembali kesalahan apa yang telah dia buat. Memiringkan kepala mencoba menerka. "Gue... kelewat tampan?"

Biasanya Gun akan mendapat ejekan dari teman-temannya yang tidak terima karena ia sok-soan mengaku tampan, tapi kali ini mereka malah diam saja. Datar semua pula, kayak sendal swallownya bude kantin.

"Nggak usah bercanda, Gun." titah Keano datar. Bahkan Keano pun terlihat tidak seperti biasanya. Gun jadi curiga mereka semua kemasukan setan kameha-meha yang lagi sariawan.

"Kenapa sih lo pada?" Gun terkekeh sendiri sembari menggaruk tengkuknya. "Pada lomba ngikutin gayanya Mahesa ya?"

Jika ini sebuah film komedi garing, bisa dipastikan sudah ada bunyi jangkrik yang menyanyi dengan senang hati. Madava melipat tangannya di dada, masih menatap Gun penuh intimidasi. "Lo belum tau kesalahan lo apa?"

Jantung Gun yang biasanya tidak pernah deg-degan, kecuali kala ia menonton dangdut di acara kondangan, kini berdegup begitu kencang. Teman-temannya terlihat berbeda. Kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai teman-temannya begitu menatapnya dingin seperti ini?

"Kalau lo belum tau kesalahan lo apa, jangan gabung sama kita," titah Arkana datar seraya bangkit berdiri, diikuti dengan Mahesa, Keano, dan Erlan yang turut berdiri. Lalu kemudian pergi meninggalkan Gun seorang diri dengan Madava yang memimpin di depan.

"Guys! Woi! Cowok-cowok! Geng! Teman-teman! Konco-konco! Friends!" namun sahutan Gun barusan tidak ada yang memperdulikan, karena teman-temannya benar-benar pergi meninggalkannya. Membiarkannya seorang diri yang tidak tahu apa-apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Geng the savage brandals benar-benar menjauhinya. Padahal Gun yakin dia tidak berbuat salah apa-apa. Seperti saat di kantin saat jam istirahat pertama, tidak ada satupun yang memperdulikan kehadirannya. Bahkan mereka dengan terang-terangan meninggalkan Gun yang baru saja berniat duduk bersama dengan mereka.

Mereka berkali-kali mencueki Gun, ingin menyontek tugas pun Gun tidak bisa. Ingin ikutan bergila-gilaan seperti biasa tidak diterima. Gun mengerucutkan bibirnya merasa sedih. Menjongkok di depan kelasnya saat teman-temannya pergi meninggalkannya lagi dan lagi. Lagu mellow nan galau langsung terngiang di kepalanya. Gun benar-benar merasa sedih.

"Ya allah! Apa salah Gun ya allah? Apa karena Gun makin hari makin tampan kayak kembarannya Baim Wong? Atau karena Gun makin lama IQ nya makin pinter sampai nilai rapot merah semua? Tapi bohong. Gun salah apa?!" Miris Gun bertanya seorang diri dengan posisi menjongkoknya, seperti gembel.

Dengan wajah sedih, Gun mengambil mematahkan ranting tanaman sekolahnya setelah memastikan kiri dan kanan aman dari guru. Lalu memutar-mutarkan kayunya di tanah dengan wajah-wajah nelangsa menyedihkannya sembari menyenandungkan lagu sedih yang semakin mendukung suasana.

"Di kesunyian hari ini. Gun sendiri, teman pergi," sendu Gun menyanyikan ost pengabdi setan dengan muka sedihnya.

Bagi Gun, tidak apa-apa terlihat hujatable di depan teman-temannya. Tidak apa-apa jika mereka senang maka Gun juga akan senang. Lebih baik begitu, daripada mereka harus pergi meninggalkan Gun seperti ini.

"Gun! Cebok dulu dong udah penuh itu!" cibir salah satu teman sekelasnya sambil lalu, Gun mengerucutkan bibirnya.

"Biarin aja, sibuk amat emang mau cebokin?"

"Dih, ogaaah!" detik berikutnya siswa tersebut langsung lari, Gun mencebikkan bibirnya kesal lalu memutar-mutar kayunya lagi sambil bersenandung.

Dibalik tembok, the savage brandals diam-diam memperhatikan Gun yang terlihat menyedihkan sambil menjongkok di depan koridor. Sesekali terkikik dengan kepala mereka yang tersusun seperti menara mengintip Gun. Posisinya dari atas ke bawah adalah Arkana, Keano, Erlan, Mahesa, Madava. Masih terus memperhatikan Gun sejak mereka sengaja meninggalkan Gun begitu saja tadi.

Yap. Semua itu adalah rencana. Tentu saja, mana mungkin mereka benar-benar ingin menjauhi dan membuang Gun. Pasalnya, hari ini Gun sedang berulang tahun. Karena itulah Madava dan teman-temannya sengaja mengacuhi Gun seharian.

"Madava setan,"

Sahutan barusan membuat Madava tersentak kaget, refleks limbung dan hampir saja jatuh tertimpa teman-temannya kalau saja tangannya tidak menahan. Madava keluar dari barisan dan menghampiri Indira. Menarik cewek itu agak sedikit menjauh dari teman-temannya.

"Kenapa lo cebol? Kangen gue ya?" goda Madava jahil seraya menaik-naikkan alis.

"Jangan ngimpi sebelum gue sunatin lo dua kali."

"Idih," Madava tergelak. "Galak amat si Indihom. Padahal baru aja tadi malem kita—" Madava sengaja menggantungkan kalimatnya. Menubruk-nubrukan kedua telapak tangannya dengan raut absurd nan minta ditampolnya.  "mantap-mantap." sambung cowok itu kemudian.

Indira melotot. "Mantap-mantap pala lo diseleding kuyang! Nggak ada sejarahnya, ya, setan. Nggak usah ngadi-ngadi."

Madava sengaja menye-menye bibirnya, mencibir Indira yang langsung saja mendapat cubitan di bibir oleh cewek itu.

"Adadaw! Indihom! Sakit cebol, bibir gue dower tanggung jawab lo!"

Indira melepas cubitannya. "Lo itu ya, udah bela-belain gue bikinin—hmmph!" Madava langsung membungkam mulut Indira cepat, menolehkan kepala ke belakang memeriksa. Aman.

"Lo itu jangan ember, mentang-mentang titisannya nenek gayung." peringat Madava yang sontak langsung mendapat pelototan tajam dari Indira.

"Madava!"

"Iya, sayang?"

Demi apapun, bulu kuduk Indira segera meremang begitu mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Madava. Tidak ada cocok-cocoknya sama sekali.

"Mana yang gue minta?"

Indira menatap Madava sinis agaknya kesal, lalu menjulurkan kantong berisikan sebuah kotak kepada Madava. Madava langsung tersenyum semringah.

"Makasih, cebol." senyum Madava manis seraya mengacak gemas rambut Indira, membuat Indira menatapnya bertanya-tanya. Sebuah hal yang sedikit tabu mendengar Madava berterima-kasih, namun pada akhirnya cewek itu mengangguk juga.

"Woi geng!" dalam sekali panggilan, the savage brandals langsung mendekat. "Waktunya berak—?"

"Berak sendiri, nggak usah ngajak-ngajak." cibir Indira memotong.

"Beraksi maksud gue. Susah amat sih tinggal sambungin kata-kata gue?"

"Udah-udah, lo berdua kalau mau berantem ntaran aja," Mahesa langsung mengambil alih kantong di tangan Madava. Membuka kotak di dalamnya, menampilkan sebuah kue ulang tahun rasa coklat yang bertabur oreo di atasnya.

"Korek mana korek?" Erlan bertanya. Arkana merogoh korek di sakunya, lalu memberikan benda itu pada Erlan dan menghidupkan apinya.

Setelah siap, mereka langsung membentuk posisi. Madava memimpin di depan, Keano, Arkana dan Erlan menutupi Mahesa yang memegang kue di belakang. Indira memilih tidak ikut, hanya memperhatikan mereka dari jauh saja.

Berdiri di sebelah Gun, Madava mendehamkan salivanya. Kembali berakting seolah-olah dia punya dendam pribadi dengan Gun.

"Gun."

Yang dipanggil langsung mendongak dengan wajah-wajah nelangsa minta dihujatnya, Gun mengerjapkan matanya melihat ke arah mereka.

"Lo udah tau kesalahan lo apa?"

Hening sejenak, sebelum kemudian Gun melempar kayu yang ia pegang asal lalu berdiri. "Gue nggak tau gue salah apa sama kalian. Gue tau gue emang ngeselin, tapi gue bener-bener nggak tau kesalahan gue apa."

Madava melipat tangan di dada dengan wajah datarnya, menunggu kalimat Gun selanjutnya.

"Gue tau gue emang yang paling kiyudh diantara kalian. Pasti ke kiyudhan gue bikin kalian iri, tapi gue janji bakalan ngurangin kekiyudhan gue asal lo semua mau temenan lagi sama gue." Gun menundukkan kepalanya. "Gue nggak punya siapa-siapa lagi, gue cuma punya kalian. Cuma kalian temen gue."

"Kebanyakan nonton ftv indosiar lu, Gun. Drama amat idup lu." cibir Keano yang langsung membuat Gun mendongak.

"Jadi lo masih nggak tau kesalahan lo apa?" ulang Madava lagi.

Gun meringis. "Kagak tau gue! Tolong dah jangan kasih gue pertanyaan sulit! Ini gue berasa ujian lebih awal tau kagak?"

Arkana mendesah, lalu menggeleng. Melirik ke arah Keano, Erlan dan Madava bergantian sebelum kemudian saling membuka celah. "Ini kesalahan lo."

"HBD GUNTORO BURIQ YANG SOK KIYUDH!" Teriakan mereka disambut dengan Mahesa yang memamerkan kue ulang tahun di hadapannya membuat Gun tidak bisa berkata-kata. Terdiam di tempatnya. Seolah belum bisa mencerna apa-apa.

"Hah?" bingung Gun, lalu mengerjap polos.

"Lo ulang tahun, goblok! Ya itu kesalahan lo! Ulang tahun akhir bulan, kita lagi pada miskin lo ulang tahun bangke emang. Tapi nggak papa, demi temen kita tersayang," Erlan memutar kepalanya berlagak muntah. "Kita rela menghabiskan uang demi merayakan ulang tahun lo."

Gun seketika terharu mendengarnya. Jadi ini alasan mengapa teman-temannya mengacuhinya. Gun bahkan tidak ingat kalau hari ini ia ulang tahun, jangankan begitu umurnya sekarang saja ia tidak ingat. Tapi teman-temannya mengingatnya, Gun benar-benar merasa bersyukur memiliki teman seperti mereka.

"Emak! Babe! Anakmu terharu, hiks," ungkap Gun berpura-pura menangis. Lalu merentangkan tangannya ingin mendekat. "Sini lo pada gue cium," ujar Gun sambil memonyongkan bibirnya yang langsung dapat geplakan dari Madava sebelum cowok itu betulan menciumnya.

"Makasih woi! Makasih," Gun meniup lilin di kue ulang tahunnya. "Ini kuenya gratis kan ya?"

"Nggak, bayar." datar Mahesa, Gun menyengir polos.

"Jangan gitu dong, bebeb Hehes."

"Lo ngomong sekali lagi ini kuenya gue sumbangin ke tikus comberan."

🍂

The Savage Brandals memilih menyambung perayaan ulang tahun Gun di kantin sekolah. Dengan Gun yang kebetulan sedang tidak miskin mentraktir mereka minuman harga dua ribu satu orang.

"Indira! Sini gabung," ujar Mahesa melambaikan tangan pada Indira yang lewat. Indira yang mendengar langsung berjalan mendekat. "Ayo gabung, lo kan yang udah buatin kue buat Gun."

Indira tersenyum dan mengangguk setuju. Madava yang melihat itu langsung memicingkan matanya, melihat gerak gerik cewek itu kala Indira ingin duduk di kursi kosong di sebelah Mahesa.

"Eh jangan duduk disitu!" Indira yang baru saja ingin mendaratkan bokongnya langsung terhenti. Melihat Madava bingung. "Disitu udah gue ludahin tadi."

"Madava ih! Jorok banget sih?" Indira buru-buru pindah ke bangku di sebelah Arkana lagi-lagi Madava menghentikannya.

"Jangan duduk disitu! Arkana kentut tadi."

Arkana langsung melotot. "Woi! Sembarangan lo, jatuh nih harga diri ketampanan gue di depan wanita."

Indira memutar bola matanya malas. "Jadi gue boleh gabung atau enggak?"

"Ya gabung aja. Nih, duduk di sebelah gue, masih aman," ujar Madava acuh tak acuh. Indira menatapnya sinis, namun tetap setuju untuk duduk di sebelah cowok itu.

"Btw, pas waktu itu kita pulang dari panti, gue sebenernya sempet ngeliat Mahesa lagi sama Indira berdua," ungkap Arkana seraya menatap dua orang yang disebutkan dengan tatapan curiga. "Lo pada pasti mau jalan berdua kan?"

Anak-anak inti The Savage Brandals langsung melihat ke arah keduanya dengan pandanga berbinar. Sorakan cie perlahan terdengar dari keduanya.

"Woho, Hesa ketahuan, jalan berdua, sama Indira, rival Madava." nyanyi Gun sambil berjoget ala-ala anak tik tok.

"Tapi nggak papa sih. Mahesa sama Indira cocok sih kalo gue liat-liat. Mahesa kece badai, Indira imut petir, udahlah pasangan serasi kalian, " puji Keano sembari mengacungkan dua ibu jarinya.

"Bener, Hes, cocok lo sama Indira. Ya nggak?"

Mahesa hanya menggelengkan kepalanya heran dengan kelakuan teman-temannya, sedangkan Indira hanya tersenyum sekenanya. Sesekali mengusap telinga bingung ingin merespon seperti apa. Melihat itu, Madava menggubrak meja tiba-tiba.

"Kenapa lo, Dav?" tanya Erlan bingung.

"Aus gue aus!" Madava langsung saja mengambil gelas minuman milik Indira, cewek itu sontak melotot.

"Eh itu gelasnya bekas bibir gue!"

"Bodo amat! Yang penting gue nggak gerah lagi." Madava lalu bangkit berdiri, membuat teman-temannya semakin bingung dengan sikapnya yang aneh.

"Lo mau kemana, Dav?" tanya Indira seraya mendongak.

"Mau kencing. Kenapa? Lo mau ikut?" Indira menggeleng cepat, tidak mungkin juga ia masuk ke toilet cowok. Terkadang Madava aneh-aneh saja.

"Ini di Indonesia apa di gurun dah. Panas amat!"

Mereka hanya melihat kepergian Madava yang semakin menjauh dengan heran, membiarkan cowok itu dengan tingkah anehnya sendirian.

"Itu ketua kita bukan sih? Miring amat otaknya." Gun menggelengkan kepalanya, mendecak kemudian.

"Nggak usah ngomongin orang, lu Gun. Otak lu lebih mungil dan nggak terlihat kayak amoeba, jadi mending lo diem dan potong kuenya." Gun menyengir, omongan Erlan ada benarnya. Lebih baik ia segera memotong kue dan memakannya, rezeki tidak boleh disia-siakan bukan?

🍂

Indira tadinya ingin menuju ke toilet saat tidak sengaja melihat Madava sedang berbicara dengan seorang cewek SMA berseragam lain di samping pos satpam. Indira memiringkan kepalanya, kalau tidak salah ingat, gadis itu adalah Gladys. Indira menajamkan indera penglihatannya. Ternyata benar, yang sedang berbicara berdua dengan Madava benarlah Gladys.

Sebenarnya Indira tidak berniat menghampiri Madava, namun Indira cukup penasaran dengan gadis yang bernama Gladys itu. Bahkan mengapa mereka bisa mengobrol berdua sementara jam pulang belum berbunyi? Pastinya ada sesuatu yang membuat Gladys yang notabenenya anak sekolah lain itu sampai rela masuk ke sekolahnya demi berbicara dengan Madava.

"Dav?"

Madava menoleh, melihat ke arah indira yang berjalan mendekati keduanya. Indira tidak bisa menafsirkan dengan jelas pandangan apa yang Madava sorotkan kepadanya. Memberi isyarat agar Indira menunggu sebentar, Madava kembali menatap ke arah Gladys. Tatapan yang sama, yang seolah menyiratkan kalau Madava tidak suka adanya kehadiran Gladys disini. Sama seperti kala Gladys datang pertama kali hari itu.

"Udah selesai kan?" tanya Madava datar. "Mendingan lo pulang."

Gladys mengangguk. Seolah setuju dengan perkataan Madava yang menyuruhnya untuk pulang saja.

"Eh Indihom, ikut gue ayo!" Madava menarik tangan Indira perlahan menjauhi Gladys, namun Indira melepaskannya. Melihat ke arah Gladys sejenak.

"Lo Gladys kan?" Yang dipanggil menaikkan tatapannya. "Lo kok bisa disini? Lo kan bukan anak Cendana?"

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Gladys, gadis itu hanya diam menatapnya tanpa suara. Lalu melirik ke arah Madava sekilas, sebelum kemudian membalikkan badannya seraya menundukkan kepala. "Gue pergi," lantas berlalu begitu saja, keluar dari SMA Cendana.

"Kepo amat sih lo jadi cebol? Mending ikut gue ayo," ujar Madava kembali menarik tangan cewek itu. Indira ingin menolak namun cowok tinggi di hadapannya itu sudah keburu semakin menariknya menjauh.

Indira menoleh ke belakang sejenak, melihat Gladys yang perlahan menghilang. Meninggalkan beribu pertanyaan yang membuat Indira semakin penasaran dengan gadis berambut cokelat gelap itu.

🍂

(Indiranya pake akun gembok btw kwkw)

Mau ngomong apa buat part kali ini?

Mau ngomong apa sama Madava?

Mau ngomong apa sama Indira?

Mau ngomong apa sama Gun?

Mau ngomong apa sama Gladys?

Mau ngomong apa sama Mahesa?

Tim Madava Indira?

Atau

Tim Mahesa Indira nih?🤭

Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya

Mau spam next nggak?

Spam next disini ya

Madava

Indira


Gladys

Bonus*
Gun

Spam banyak2 skuy

Jangan lupa posting chapter favorit kali di instagram dan tag kami

Jangan lupa follow ig

@tsavagebrandals.ofc
@cutputrikh
@ciplukpluk05
@madavapranadipa
@indira.hanggini
@gun.ydhyn
@mahesa.prhdi
@arkanahaidar
@keanoabrisam
@afkar.reymond
@erlano.gerald
@selenaa117
@yuriadena
@vernonobrgn_

Continue lendo

Você também vai gostar

4.3M 172K 82
(SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS) TGL 29 JUNI 2021 PO NOVEL MY ICE BOY! ARE YOU READY WAR NOVEL MIB? Langsung aja pantengin instagram @penerbitaurora da...
KANAYA (REVISI) De liaa0415

Ficção Adolescente

2.2M 128K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
ARSYAD DAYYAN De aLa

Ficção Adolescente

2.1M 115K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
ARGALA De 𝑵𝑨𝑻𝑨✨

Ficção Adolescente

5.6M 241K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...