halu! jangan lupa vote!
•
•
"a-aku.."
"jadi, apa pilihanmu?"
Jimin menghela nafasnya. Menatap Jaeyeon seakan Jaeyeon itu musuh abadi nya.
"aku mau kedua duanya."
Jaeyeon menaikkan alisnya. Semakin maju kedepan.
"apa kau bilang?"
"aku . mau . kedua . duanya."
Jaeyeon tergelak mengejek. "kau mau kedua duanya? Ck. bodoh kau ini Park."
Jimin bingung. Apa ia salah bicara? "Mengapa kau gelak? memangnya apa yang kukatakan itu lucu ya? Ck"
"iya. kau hanya bisa memilih satu saja Park. Dan untuk pengetahuan kau-"
Jaeyeon menghentikan bicaranya dan berjalan maju hingga ke depan Jimin.
"apa nya?" Jimin bertanya dengan tangan yang mengepal kuat.
"Rakan bangtan mu ada di ruang psycho ku di dorm mu. Wah, 6 mangsa baru ku untuk dijadi-"
bugh!
"JANGAN KAU APA APAKAN MEREKA SIALAN!"
Jaeyeon jatuh tersungkur akibat pukulan mengejut Jimin. Ya walaupun dia hantu tapi dia hanya boleh tranparen kan dirinya ketika ia mahu.
"Kau marah ya Park? jadi kuanggap pilihan untuk keluar dari sini itu adalah pilihanmu."
Ucap Jaeyeon sambil mengundurkan langkahnya kebelakang. Jimin membelalak.
"mwo?! aku tidak kata apa apa lagi soal pilihan! aku mau kedua duanya!"
Jimin berlari mengejar Jaeyeon yang semakin jauh. Jaeyeon tau Jimin mengejarnya, sangat tahu malahan. Jadinya ia ada satu idea jahil.
Ketika Jimin hampir sampai padanya, Jaeyeon memusingkan badannya mengadap Jimin lalu menumbuk muka Jimin.
Jimin jatuh tersungkur memegang pipinya yang terasa sangat sakit.
"Kau pikir sesenang itu kau mau membunuh ku ha? Aku sudah mati Park. kau mau apa lagi dariku?"
"aku mau kau lenyap dari sini sialan!"
Jimin bangun dan mau membalas pukulan tetapi Jaeyeon terlebih dahulu bertindak dengan memukul Jimin.
Jimin jatuh, tidak sedarkan diri. Jaeyeon menyeringai. "Ck. lemah"
Jaeyeon membawa Jimin ke ruangan pribadinya dengan bantuan para bawahannya.
Melihat di televisi cctv. "BTS huh? bakal menjadi makanan malamku hahaha. sasaran pertama-"
"Namjoon."
•••
"Aduh death note ini apaan sih? ini ruangan psycho atau apa?!" Seokjin pekik heboh.
"ish hyung! diam! tunggu saja Yoongi hyung baca." Ucap Hoseok dengan nada malasnya.
Yoongi membuka halaman pertama. Ada biodata di situ.
"biodata?"
"Namanya Shin Jae- jae apa ni? tulisannya tertutupi oleh warna merah ini!" Yoongi cemberut.
"apa itu darah?"
"aish tidak kesahlah namanya. baca lagi info nya Yoon." Sergah Namjoon bosan apabila mereka masih memikirkan nama seseorang ini.
"baiklah- jadi umurnya 34 tahun ketika menulis ini kerana buku ini ditulis pada 2001."
"adakah dia seorang psycho? bagaimana dia bisa duduk di dalam ruang di dalam rumah seseorang?!" Seokjin gelabah.
"halaman sebelah saja Yoon." Namjoon masih mau tau apa kebenaran buku aneh ini.
"first death, my wife . Shin Mina. 27 August 2001, 3:56 p.m"
Ucapan mengejut Yoongi membuat mereka membelalakkan mata mereka. Apa apaan pikir mereka.
"second death, my daughter. Shin Jihyo. 29 August 2001, 7:21 p.m"
"anak perempuan nya juga ia bunuh? beast!"
"third death, my son. Shin Daniel. 02 September 2001, 5:50 a.m"
"nasib baik bukan pada tanggal 1 september! itu tarikh ulang tahunku." Jungkook bernafas lega.
"ah terlalu banyak death's name dicatat. aku hanya akan melihat jika ada nama yang kita kenal." Yoongi membelek buku itu sehingga-
bukk!
Hening.
"a-apa itu?" Hoseok berujar pelan.
Mereka melihat sebuah batu tiba tiba jatuh tidak jauh dengan mereka, bersama kertas putih diikat dengan getah di batu itu.
"biar aku ambil." Ujar Taehyung lalu berjalan menuju ke arah batu itu.
"Mwo?!"
Pekikan Taehyung membuat mereka menatap Taehyung cemas. "ada apa Tae?"
"N-namjoon hyung.."
"apaan?" Namjoon mula takut.
"seronok ya masuk ke ruangan ku? nikmati kematian menyedihkan kalian seperti Jimin! first target, Namjoon. Get ready." Taehyung membaca tulisan pada kertas itu dengan ketakutan.
"Jimin? Namjoon? mengapa ada Jimin? mengapa- ah aku tidak ngerti!" Yoongi jerit frustasi.
"kau rasa aku akan berakhir seperti Jimin di atas ranjang rumah sakit kah?" Tanya Namjoon sedikit takut.
Seokjin menepuk kepala Namjoon. "apa apaan! tentu saja tidak!"
"tapi kertas ini? bertulisankan darah pula."
"hanya ancaman atau ugutan agar kita keluar dari ruangan ini."
Mereka beradu mulut hingga sebuah suara membuat mereka kaget.
"94's death , shiteu strangers. Park Jimin. 12 April 2020. 7:00 p.m"
"..."
"J-Jimin sudah m-mati?" ucap Hoseok terbata bata.
"Oh ini tidak mungkin. Tidak mungkin Jimin sudah mati. Dia masih berada di rumah sakit." ucap Jungkook canggung hanya sekadar menenangkan hyungnya.
"mungkin aku patut hubungi Jennie dan Rose di rumah sakit." omong omong, Rose ialah adik Jimin dan Jennie ialah adiknya Taehyung.
"yeobs-"
"apa Jimin masih bernyawa?" ucap Taehyung cepat ketika Jennie mengangkat panggilan.
"apa apaan soalan mu oppa? sudah tentu. detak jantungnya masih bergerak normal. mengapa? apa sesuatu terjadi?"
Taehyung bernafas lega.
"Tidak mengapa lah jika begitu. Tapi jika ada sesuatu berlaku terus kabari ke aku ya?"
"iya tentu saja oppa. Omong omong, oppa di mana ya?"
"masih di dorm. ada apa?"
"ga. oke ku tutup. hati hati!"
Taehyung menjauhkan ponsel nya dari telinga ketika Jennie memutuskan panggilan. Sedikit bernafas lega ketika adiknya berkata bahwa Jimin baik baik saja.
"Jimin masih hidup kok! siapa bilang Jimin udah mati?" Taehyung menanya pada mereka.
Mereka menatap Taehyung malas. Taehyung ini pelupa atau apa sih?
"tapi aku curiga dengan nama Namjoon di sana." Yoongi akhirnya merespon sesuatu selepas perdebatan kecil tadi.
Keadaan kembali hening.
"Yoon, apa kata kau terus saja membelek buku aneh itu? aku penasaran jika ada nama kita disana." ucap Seokjin final memecahkan keheningan.
Yoongi mengangguk dan mula mencari lagi. Sedangkan yang lain sibuk mencari tahu isi ruangan merah nan darah yang menyakitkan mata ini.
"Cancel Park Jimin's death."
Sontak mereka menghentikan kegiatan mereka dan melihat ke arah Yoongi yang masih berjongkok di lantai dengan death note aneh di tangannya.
"Jadi sebab itukah Jimin masih hidup? tapi siapa yang tulis buku ini?"
"ruangan ini aneh dan seperti ada tamu lain saja."
ctakk!
Mereka menatap terkejut di tepi sisi kepala Jungkook. Sebuah panah yang tiba tiba datang dari mana pun tidak tahu, mengena pada dinding betul betul di sebelah kepala Jungkook, hanya berjarak 2 cm.
Jungkook membesarkan matanya terkejut. Panah dengan kertas diikat pada batangnya. Jungkook yang masih kaku ditempatnya pun menoleh dengan ragu ke arah panah itu.
Jungkook mengambil panah yang menancap di dinding itu dan menarik kertas yang dilekatkan. Membaca deretan ayat yang ditulis dengan warna merah, mungkin darah atau watercolor merah hehe.
"kalian itu tamu tidak diundang! ini ruanganku. Keluar atau Jimin mati."
Mereka terdiam.
"Keluar. Atau. Jimin. Mati"
tbc.
hai! apa khabar semuanya? hehe makasih yang vote nya. Aku sayang kalian! teruskan vote, takecare!💜
special tags;
nurhazihanziha bunnyhao jiinlina koowithluv_ chimlalla_