Dream, Love and Friendship © Group 1
LavenderWriters Project II
PART 06 — Momen berdua
Created by girlRin
***
Malam harinya, Kevin berjalan melewati ruang tamu. Saat akan membuka pintu, sang Papa pun memanggilnya.
"Kev? Mau kemana?"
Kevin pun menoleh dan tersenyum, "mau ke Supermarket, Pah. Mau beli snack. Papa mau nitip?" tanya Kevin.
Sang Papa pun mengangguk, "Papa titip beliin obat sakit kepala, ya." jawab pria itu.
Kevin mengangguk, "Kevin berangkat ya, Pah."
Ayahnya pun mengangguk saat anaknya sudah pergi.
***
Kevin memilih macam macam snack yang ia suka di rak. Karena terlalu asyik memilih, ia tak sengaja menjatuhkan dua bungkus snack ke lantai. Ia sadar akan hal itu dan langsung berjongkok untuk memungutnya, saat akan berdiri kepalanya tak sengaja membentur keranjang belanja orang yang kebetulan berdiri di dekatnya.
"Astaga! Kevin?"
Kevin mendongak dan tersenyum sembari memegangi kepalanya. "Eh, Nara."
Ya, orang itu adalah Kinara. Kinara langsung membantu Kevin berdiri dan Kevin langsung meletakkan snack miliknya yang jatuh ke dalam keranjang miliknya.
"Sumpah, gue ngga tau kalo lo lagi jongkok di bawah. Beneran ngga papa?" tanya Kinara khawatir.
Kevin mengangguk, "iya, ngga papa. Lagian bukan salah lo, gue aja yang ngga ada kerjaan jongkok gitu." ucap Kevin.
Kinara tersenyum, "tapi beneran ngga papa nih? Gue beliin plester luka deh atau obat sakit kepala gitu." ucap Kinara lagi.
Kevin menggeleng, "ngga usah. Sumpah, gue ngga papa." ucap Kevin.
Kinara tertawa pelan, "oke deh. Oh iya, lo banyak banget beli snack. Buat nongkrong ya?" tanya Kinara sembari melirik isi keranjang belanjaan Kevin.
"Oh, ini? Ngga juga sih. Emang suka aja gue nyemilin snack. Lagian kalo belajar sambil makan mah pasti enak dong." jawab Kevin.
Kinara tertawa, "eh kok bisa gitu sih? Ngga takut gemuk apa? Kan kalo lo latihan ngga lucu dong lo ngga kuat nendang gara-gara gendut." canda gadis itu.
Kevin mengelak, "enak aja. Gue ngga bakal gendut. Gue tuh selalu joging tiap pagi dan kalo latihan ya pasti juga masuk olahraga. Mana mungkin gue gemuk gara-gara makan snack doang? Ya kali." ucapnya.
Keduanya pun menatap rak kue-kue coklat yang ada di sebelah rak snack. Kinara mengambil beberapa bungkus kue coklat dan kemudian meletakkan tiga bungkus kue yang sama ke dalam keranjang Kevin.
"Eh, buat apa nih?" tanya Kevin.
"Buat permintaan maaf gue karena gue, kepala lo jadi ya lo paham dong." jawab Kinara.
"Duh, jangan deh. Ngga enak gue." ucap Kevin.
"Iya, tapi gue berani jamin kuenya enak." Kinara mengedipkan matanya pada Kevin.
"Ya kalo coklat apa sih yang ngga enak? Gue juga suka kali." ucap Kevin terkekeh pelan.
Kinara tersenyum dan melewati Kevin. Keduanya pun menuju meja kasir dan menunggu belanjaan mereka dihitung dan dibungkus.
"Ini disatukan atau dibedakan, Mas? Mba?" tanya si Kasir.
"Satuin aja."
"Bedain."
Kevin dan Kinara saling tatap, "duh, satuin aja. Biar gue yang bayar. Sebagai permintaan maaf gue." ucap Kinara.
"Ngga usah, Ra. Lagian cuma snack doang. Mending lo bayarin gue makan aja di Restoran. Hehehe." canda Kevin.
"Dih, itu mah mauan lo." sahut Kinara.
Kevin tersenyum dan menatap Mba Kasir. "Ya udah, Mba. Pisahin aja." ucapnya.
Kasir pun membungkus pesanan itu secara terpisah dan menyerahkan tiap bungkus pada Kevin dan Kinara.
"Punya Masnya 65 ribu dan punya Mbanya 50 ribu." ucap si Kasir.
"Eum, Mba. Itu punya saya tambahin obat sakit kepala juga ya." ucap Kevin.
Kasir itu pun mengambil obat yang diminta. Kinara menatap Kevin, "masih sakit ya?" tanya gadis itu.
"Ngga kok. Buat bokap gue." jawab Kevin.
"Totalnya jadi 69 ribu, Mas." ucap si Kasir.
Mereka membayar dan kemudian pergi.
***
Kevin dan Kinara berjalan menuju Parkiran Supermarket.
"Lo naik apa ke sini?" tanya Kevin.
"Oh, gue dianter Mama tadi tapi sekarang Mama udah pergi kerja." jawab Kinara.
"Nyokap lo kerja apa? Kok kerja malem?" tanya Kevin.
"Oh, Mama kerja paruh waktu gitu di kafe. Part malam sih, soalnya kalo pagi Mama kerja di Kantor Papanya Fadil."
"Ha? Kerja di kantor Papanya Fadil?" Kevin baru tau.
Kinara mengangguk, "iya. Makanya gue lumayan kenal Fadil soalnya gue pernah bantuin Mama antar berkas dan ngga sengaja ngeliat Fadil lagi kayak ngomel gitu depan halaman kantor." sambung Kinara.
"Emang kerja di kantor kurang sampe kerja di luar lagi?" tanya Kevin.
Kinara menghela napas, "gue ngga kayak kalian yang emang lahir dari keluarga kaya. Gue sama Mama tu kerja keras buat bisa hidup sejak Papa ngga ada dan gue ngga mau Mama kerja keras karena biaya sekolah gue makanya gue ikut program Bidikmisi, kan?" ucap Kinara.
"Iya sih, lo juga pinter. Salut deh gue sama lo. Eh, gue anter pulang deh. Mumpung gue bawa motor." ucap Kevin.
"Ngga papa nih? Gue udah bikin kepala lo kena keranjang belanjaan tapi lo justru mau antar gue pulang. Baik banget lo." ucap Kinara.
"Ya lo bisa bayar dengan kasih contekan kalo Ulangan. Hahahaha." canda Kevin.
Kinara menepuk pelan bahu Kevin, "ya kali ihhh."
"Hahahaha, canda. Yuk, balik. Udah malem juga." ajak Kevin.
Kinara pun mengangguk dan pulang diantar oleh Kevin. Selama perjalanan mereka bercerita tentang komplek perumahan Kinara yang lumayan diisi oleh para pejabat. Bahkan Kinara bilang tetangga mereka adalah Anggota DPR dan Kevin malah bercanda jika saja Presiden pindah ke komplek itu, mungkin komplek itu akan disebut dengan nama Komplek Orang Penting.
Kinara menikmati perjalanan malam ini dengan sangat. Ia tak menyangka jika Kevin sangat easy going dan juga ramah. Ia kira Kevin anaknya nakal karena berteman dengan Andhika yang notabene-nya adalah anak petakilan tapi juga berprestasi. Ternyata, Kevin orangnya seru.
"Makasih ya." Kinara turun dari motor Kevin.
"Sama-sama eh by the way makasih buat rekomendasi kue coklatnya. Gue cobain ntar." ucap Kevin.
"Yoi."
Kevin mengulas senyum, "gue balik ya? Dah malem."
"Hati-hati."
"Dahhh...."
Kinara melambaikan tangannya pada Kevin yang sudah melajukan motornya pergi.
***
To Be Continued