Psikopat Analog [TAMAT]

feraliakumbri tarafından

6.5K 659 251

"Jangan!! Jangan menggunakan perasaan yang bahkan tidak kamu punya. Itu ... menjijikkan!!" ucap Utari dingin... Daha Fazla

Victim 06
Mr. & Mrs. Ditama
- The Only Exception -
-- Evanesce
Reunion
-- The Call
Souvenirs
A Sign
Jealousy
--Stay
Don't Touch --
-- Another Death
Fear
-- Dismembered
Short Trip -- Healing
Kill it
The Key (Part 1)
The Key (Part II)
-- Fake Protagonist
- Time To Remember
Dirty
Your Secret --
Fiction
FICTION ( BAGIAN DUA)
Reason
Unravel
-- Still Alive
Judgement
Analog

-- Sister

361 26 28
feraliakumbri tarafından

"In the cookies of life, sisters are the chocolate chips." – Unknown.

"Loh, Mas Arionnya mana, Kak?" tanya seorang wanita berambut panjang tergerai sedikit melewati punggung sambil melihat ke sekitar seperti mencari sesuatu.

"Kakaknya disuruh masuk dulu kali, Dek!" ujar Utari protes.

Wanita yang tadi membukakan pintu tertawa dan menarik sang kakak masuk ke dalam apartemennya.

Utari masuk dan langsung melakukan investigasi terhadap apartemen yang akan menjadi tempat tinggal adiknya itu nanti.

"Kamu yakin pindah ke Jakarta, Dek?" tanyanya sangsi dengan keputusan sang adik.

"Yakin dong, Mas Eros kerja di sini masa iya habis nikah kita LDR-an apa bedanya dengan pacaran kalo gitu," ucapnya seraya sibuk menyiapkan makanan kecil untuk sang kakak yang sudah jauh-jauh datang dari Bogor.

"Padahal aku mau ketemu Mas Arion loh, Kak. Pertemuan kami tempo hari itu nggak membuat aku mengenal Abang Iparku dengan baik." Selatya Indri, adik satu-satunya Utari itu mendekati sang kakak dengan membawa beberapa makanan ringan yang sengaja dia bawa dari Yogyakarta.

"Apartemen kamu kecil, Dek. Kenapa nggak milih yang lebih gede-an dikit," ucap Utari . Sela tertawa.

"Kak, Mas Eros itu pegawai pemerintah bukan penulis novel best seller dan seorang pengusaha muda seperti Mas Arion. Dan lagian aku pengangguran, sedangkan kakak karyawan executive salah satu perusahaan besar. Nggak bisa dibandinginlah," sahutnya santai seraya duduk mendekat dengan sang kakak. Utari hanya mengangguk-angguk mendengarkan sang adik berceloteh.

Selatya Indri, merupakan adik perempuan satu-satunya Utari. Mereka dibesarkan secara terpisah karena sebuah kondisi. Sela dibesarkan oleh saudara almarhum Ibu mereka di Yogya. Sedangkan Utari dibesarkan oleh sang nenek di Selandia Baru. Keduanya sangatlah dekat, mungkin karena kini mereka hanya memiliki satu dengan yang lain.

Utari mengajak pergi ke toko kue dekat dengan hunian baru adiknya itu. 

"Untuk Kak Tari ya kuenya?" tanya Sela dalam perjalanan pulang kembali ke apartemen. Utari sudah menenteng sebuah box besar berisi cake.

"Buat Rafa!" jawabnya singkat.

"Kak, aku kok masih heran ya. Kenapa Kak Tari manggil Mas Arion dengan sebutan Rafa?" tanya Sela  direspon dengan tatapan bingung oleh wanita berkulit sedikit gelap itu.

"Rafa yang minta, itu lebih ke nama real dia sewaktu kecil. Sedangkan Arion adalah nama yang sudah orang-orang banyak kenal sebagai penulis. Arion R. Ditama, R untuk Rafa tapi, dia  jarang sih pake nama Rafa. Hm-mm nggak pernah malah, seingat aku ya tapi waktu kenalan dulu dia langsung pakai nama Rafa juga sih, jadi yah .... " Wanita itu melirik sang adik yang tengah mengangguk-angguk pelan tanda mengerti.

Pundak Utari ditepuk pelan. Seketika Utari menjerit dan terduduk di trotoar jalan, membuatnya menjadi pusat perhatian saat itu. Tubuhnya bergetar hebat. Sela sempat terkejut sebentar kemudian menyadari situasinya. Sela yang rambutnya tergerai indah itu ikut duduk di trotoar jalan mencoba menenangkan kakaknya, seraya melihat pemuda yang tadi menepuk pundak kakaknya itu.

Ternyata pemuda itu salah mengenali Utari sebagai kakaknya. Dia sangat terkejut dengan reaksi Utari dan meminta maaf berkali-kali kepada Sela. Sedangkan Utari saat itu tidak bisa diajak komunikasi. Dia menangis. Ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat.

Utari dan Sela sudah berhasil sampai di apartemen. Sela bingung menghadapi situasi kakaknya dan mulai menelpon orang-orang yang menurutnya bisa membantunya. Tidak lama kemudian pintu apartemennya diketuk dari luar. Bergegas dia membuka dan melihat siapa yang datang. Ternyata Eros, calon suaminya. Sela mencoba menjelaskan secara singkat situasi yang dia hadapi saat ini. Percuma, ketika pria berkulit sawo matang dengan badan yang tegap itu mencoba berbicara, respon tidak diberikan oleh Utari. Dia duduk dengan tatapan gelisah. Meremas jemarinya sendiri.

Selang sepuluh menit, kembali pintu apartemen Sela kembali diketuk dari luar. Pria itu masuk, wajahnya panik.

"Tari!" ucapnya memanggil wanita yang tengah ketakutan itu. Kali ini panggilan itu direspon oleh Utari. Dia tahu betul suara siapa itu. Kemudian kembali menangis. Menangis karena merasa lega. Pria itu mendekat. Sela bingung sekaligus kagum dengan Abang Iparnya itu yang paham bagaimana menangani kakaknya. Dia kagum, dengan ketekunan dan kesabaran yang pria itu berikan. Dia panik, tetapi saat menghadapi istrinya, dia dapat menyembunyikan rasa paniknya dengan baik. Perlahan kondisi Utari dapat dikendalikan oleh Arion dan meminta ijin untuk membiarkan Utari tidur sejenak.

Pintu kamar ditutup. Arion menghembuskan napas panjang ketika keluar dari sana, sedikit merasa lega karena berhasil membuat Utari tertidur. Sudah duduk menunggu Sela dan calon suaminya Eros di ruang tengah sekaligus ruang tamu apartemen itu.

"Maaf ya Sela, membuat panik begini!" ucapnya tulus lalu menyodorkan tangannya ke arah pria yang berkulit sawo matang yang duduk di sebelah Sela.

"Saya rasa ini pertemuan pertama kita, Arion," ucapnya ramah disambut oleh uluran tangan Eros yang langsung berdiri saat itu..

"Eros, Eros Bratadikara, Hmm-mm Mas Arion," ucapnya ragu-ragu. Arion tertawa kecil.

"Walaupun jatuhnya aku Abang Ipar nanti setelah kalian berdua menikah, tetap saja aku lebih muda dari kalian berdua," ucapnya kemudian duduk berhadapan dengan Eros dan Sela yang tertawa canggung. "Jadi panggil Arion saja tidak apa-apa."

Sela membuatkan minuman untuk kedua pria penting di kehidupannya. Arion, merupakan pria hebat dan luar biasa menurut Sela. Bagaimana tidak. Dia menikah dengan Utari, kakaknya unconditionally, mengingat sang kakak memiliki riwayat sakit yang tidak biasa. Sedangkan Eros, pria yang mampu menjadi sosok panutan dan tempatnya bertumpu kelak. Eros yang kaku dan dirinya yang tidak lelah bergerak kesana-kemari adalah pasangan yang hebat nantinya, begitu pikir Sela saat menerima ajakan menikah dari Eros.

Eros dan Arion tampak asyik bertukar cerita mengenai pekerjaan. Sangat aneh ketika melihat Eros yang kaku dan pendiam bisa sangat lancar berbicara dengan seseorang yang baru beberapa menit lalu dikenalnya. Walaupun sebelumnya sudah mengetahui satu sama lain, hari itu adalah pertama kalinya mereka bertemu. Lebih aneh lagi, Eros lah yang banyak bercerita sedangkan Arion sangat antusias mendengarkan dan menanggapi. Sesekali Arion bertanya soal perkembangan kasus pembunuhan berantai yang sedang marak dan menjadi highlight berita Ibu Kota.

Eros merupakan seorang anggota kepolisian yang kebetulan menangani kasus tersebut. Pria berkemeja cokelat muda berlengan pendek itu menjelaskan informasi yang boleh diberitahukan kepada Arion dan memberi saran atas pertanyaan Arion tentang kekhawatirannya dengan Utari yang bekerja dekat dengan area yang menjadi TKP kasus tersebut. Eros juga setuju dengan usul Arion untuk mengantar jemput Utari sementara waktu.

"Kak!" ucap Selatya kaget meliat kakaknya sudah bangun dari tidurnya sekitar 45 menit itu.

"Kak Tari udah enakan?" tanyanya lagi mendekat. Wajahnya masih terlihat pucat kemudian mengangguk memberi respon atas pertanyaan sang adik yang kembali khawatir. Utari berjalan mendekat ke arah Arion.

"Maaf." Wajahnya terlihat merasa bersalah karena Utari tahu hari itu suaminya sedang melakukan pertemuan penting.

"It's oke. You're my priority," ucapnya sambil tersenyum.

"Kita pulang." Utari melihat ke arah Eros yang canggung dan Adiknya.

"Nggak lebih lama lagi, Kak?" tanya sang adik sedikit sedih.

"Next time ya, kalian bisa main ke Bogor pas weekend, ngunjungin aku sama Rafa."

***

Utari duduk senyaman mungkin, sedangkan pria di sampingnya terlihat beberapa kali mencuri pandang memastikan kondisi sang istri. Walau tidak lagi merasa ketakutan karena sudah bersama dengan Arion, suaminya. Wajahnya masih saja pucat.

Trauma itu tidak akan pernah hilang. Waktu tidak cukup memberinya pilihan untuk menjadi waras kembali dengan keadaan. Tidak juga memberinya ruang untuk memaafkan. Membuatnya terjatuh semakin dalam. Dan akhirnya menyiksa jiwa yang telah lama terluka .

====

Halo ^^

Bagaimana hari-hari kalian? Sudah Kamis dan memasuki penghujung tahun.

Hope all is well. You're doing great today ^^

Hwaiting,

Bii

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

4.9K 252 47
Bella tak pernah tahu apa yang di perbuat di masa lalu sehingga hidupnya seperti sekarang. 3 tahun lalu ia merasa dunianya hampir sempurna. Namun han...
326K 17.2K 32
Tentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya. ---------------------------------------------------- Raina Karlova, se...
5.6M 513K 66
WARNING!!! Fantasy - Romance. #1 in World 《22 desember 2020》 #1 in Warewolf 《22 desember 2020》 #1 in Devil 《28 desember 2020》 #1 in Human 《28 desemb...
629K 38.2K 37
Fantasy-werewolf "Apakah setiap serigala memiliki mate dari kaumnya sendiri?" Tanyanya. Dahi Arnold berkerut. "Tidak juga, ada beberapa dari mereka y...