- [Completed]

HimatsuChan tarafından

182K 16.9K 4.1K

- Daha Fazla

announcement
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
chapter 23 [End]
NOTES
🍋 =🍑+🍌. But, since when? (chapSelingan)
Ichi [Levi and Eren setelah menikah]

Muffin

4.7K 442 140
HimatsuChan tarafından

Muffin 1 - Ingin

Disuatu hari yang cerah dengan burung - burung berterbangan diangkasa luas, matahari dengan semangat menyinari bumi. Dengan wajah bayinya serta ketawaan khas bayi, matahari muncul dibalik bukit.

"Mana teletubbies ya?"

Sayang sekali teletabis sedang cuti. Capek katanya, apalagi Po anak bungsu yang selalu dihina menjadi pocong oleh anak - anak.

Begitu juga dengan keluarga kecil ini di ruang keluarga, menikmati hari libur. Levi sedang menikmati secangkir kopi sambil membaca berita di tabletnya. Sedangkan disebelahnya Eren terlihat membaca novel dengan serius.

Namun, tiba - tiba tanpa angin apalagi hujan Eren membanting novelnya. Untungnya jari - jari suaminya itu sudah terlatih memegang cangkir sehingga tidak jatuh karena terkejut.

Dirasakannya kepala istrinya dipahanya. Levi menaruh cangkir serta tabletnya. Menaruh fokusnya kepada si manis.

"Ada apa Eren?" Tanyanya sambil mengelus surai brunet. "Aku ingin gulali." Jawab Eren sambil menikmati apa yang dilakukan Levi.

"Gulali?" Tanya Levi memastikan. "Huuh..."

"Yasudah, nanti kuminta Farlan membelinya ya..." kata Levi. "Tapi kau harus ikut!" Ujar Eren.

"Kenapa harus?" Tanya Levi. "Soalnya aku ingin gulalinya pedas dan warnanya pelangi!" Jawab Eren sambil tersenyum lebar.

Elusan dirambut Eren berhenti. Levi menatap Eren penuh tanya.

"Ya?" Senyuman yang mencuri hati Levi masih tertampang. "Kenapa harus begitu? Kau tahukan, kau tak tahan pedas..." Levi mengingatkan. 'Lagipula mana ada...' lanjutnya dalam hati.

"Tapi aku ingin..." jawab Eren. Senyumannya mulai hilang. "Ugh... baiklah..." jawab Levi. Levi ingat kata Kuchel yang mengatakan kalau Eren mau sesuatu harus dituruti, kalau enggak bayinya ileran. Entah lah dapat dari siapa info itu.

"Yeay!" Pekik Eren senang. "Berangkat gih!" Suruh Eren. "Iya - iya." Levi beranjak dari duduknya setelah Eren berdiri. "Hayu!" Eren menarik tangan Levi.

"Farlan san!" Teriak Eren mencari Farlan. "Hush Eren,  bisa kah kau jangan teriak - teriak?" Tanya Levi. "Hehe... maaf." Ujar Eren.

Saat sampai di dapur, terlihat Farlan dan wanita bersurai merah bata sedang menyiapkan sesuatu. "Farlan san!" Panggil Eren.

"Ya?" Balas Farlan. "Temenin Levi nii dong! Carikan aku gulali.~"pinta Eren. "Hm? Ok." Jawab Farlan. "Tapi yang pedas ya!" Lanjut Eren.

Farlan membatu. Menatap Levi dibelakang Eren. "Sama yang pelangi warnanya!" Lanjut Eren lagi. Wanita bersurai merah bata dibelakangnya tertawa.

"Cariin gih!" Celetuknya. "Iya iya!" Balas Farlan ke wanita tadi. "Ayo berangkaat!" Eren mendorong - dorong punggung Farlan dan Levi.

"Iyaa..." sahut Levi. Mereka berdua mulai berjalan menuju keluar dapur.

"Ada - ada aja sih kalau lagi mengandung tuh." Keluh Farlan. "Yah begitulah. Parahnya kenapa aku harus ikut. Kan aku bisa hanya menyuruhmu yang mencarinya." Balas Levi. Keduanya mengobrol sambil berjalan. "Sialan." Umpat Farlan.

"Yasudah. Jalankan misi dari princess..." kata Farlan. Farlan berbelok untuk mengambil kunci mobil.

Levi menunggu. Sambil menunggu dia berfikir hingga ingat sesuatu. Langsung ia putar badannya kembali ke dapur dengan tergesa - gesa.

Terlihat Eren sedang mengobrol dengan wanita surai merah bata tadi.

"ISABEL! JANGAN BERIKAN EREN ALKOHOL!" Ingatnya.

"Levi! Ayok berangkat!" Dari luar, Farlan meneriaki. "Iya!" Levi segera keluar.

"Astaga... suamimu itu." Kata Isabel sambil terkekeh.

Isabel, istrinya Farlan. Sekarang berkerja di mansion Ackerman juga. Dulunya peracik minuman keras di suatu bar. Namun sejak Farlan menikah, Kuchel menyuruh Isabel untuk menjadi koki di Mansion Ackerman. Lagipula masakan Isabel enak.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Isabel. "Baik!" Jawab Eren. "Kalau dia?" Tanya Isabel sambil mengelus - elus perut Eren. "Baik sekalii~" jawab Eren lagi.

"Isabel - san sendiri bagaimana? Belum berniat?" Tanya Eren. "Yah begitulah." Jawab Isabel singkat. "Kau sudah beri nama?"tanya Isabel.

Eren tediam. Iya juga, dia tidak pernah mekikirkan namanya. "Wah belum ya?" Eren manyun.

.

"MANA ADA SII!" Pekik Farlan sambil mengacak - ngacak surainya. Sudah sepuluh gerobak gulali di hampiri. Nyatanya tak ada juga.

"Coba tanya yang itu." Kata Levi. Mereka berdua menghampiri toko harum manis milik si mas mas dengan sedikit kerutan diwajahnya.

"Ada gulali ga?"

"Ya ada lah mas, namanya juga dagang gulali."

"Kalau yang pelangi?"

"Ada dong!"

"Yang pedas?"

"Ada do- MANA ADA GULALI PEDAS?!" Pekik si mas ketika menyadari pertanyaan Farlan.

"Saya maunya yang pedas!" Farlan ngotot.

"Ada apa ini?" Dari balik dinding, muncul wanita bersurai pirang.

"Petra?" Ujar Levi. "Levi?"

"Woah, ga nyangka Levi jadi suka yang manis - manis!" Kata Petra.

"Ini buat Eren!" Bantah Levi tegas.

"Eren?! Waah... Honey, buatkan yang spesial!" Pekik Petra senang.

"Eren? Siapa?" Tanya pria yang dipanggil 'honey' oleh Petra.

"Eren! Itu loh yang brunet manis unyu - unyu itu!" Kata Petra, gemas sendiri menceritakan Eren.

"Istrinya dia! Levi." Kata Petra sambil menunjuk Levi.

"Dan Levi, ini Oluo~" Kata Petra mengenalkan mereka.

Oluo mengulurkan tangannya. "Oluo." Levi menyambutnya. "Levi."

"Jadi bisa buatkan?" Tanya Farlan. "Bisa dong!" Jawab Petra. Petra segera mengambil alih.

"Mau yang apa?" Tanya Petra.

"Yang warna pelangi..."

"Oke!" Petra menyiapkan gula - gulanya.

"... rasa pedas." Sambung Farlan.

"...."

Hening.

Petra menatap suaminya. Kemudian tertawa. "Pedas ya? Mana ada!" Kata Petra.

"Haah... aku tak mengerti apa yang ada dipikiran Eren." Ujar Levi sambil memijat pangkal hidungnya.

"Kalau begitu kan tinggal diberi bubuk cabai saja kan?" Usul Petra.

Gantian Levi dan Farlan yang saling bertatapan.

"YA TUHAN! KENAPA BARU KEPIKIRAN!" Pekik Farlan Gemas. Sedangkan Levibkrmbali memijat pangkal hidungnya.

"Honey. Belikan bubuk cabai!" Suruh Petra. "Tapi-" "sudah belikan saja!" Oluo pasrah.

Setelah kepergian Oluo untuk membeli bubuk cabai. Mereka sedikit berbincang. "Bagaimana Eren?" Tanya Petra antusias. "Well... semakin aneh. Mungkin kau bisa berkunjung kapan - kapan." Kata Levi. Petra terkekeh.

"Wajar saja. Dia masih remaja ditambah sedang mengandung." Kata Petra. "Kau sendiri bagaimana?" Tanya Levi.

"Aku baik - baik saja!" Jawab Petra.

"Kalian berdua berjualan gulali?" Tanya Levi.

"Tidak. Hanya aku saja sebenarnya. Menyari kesibukan. Cuman setiap akhir pekan seperti ini, Oluo akan membantuku!" Jelas Petra. Levi hanya mengangguk mengerti.

Berbincangan berlanjut.

.

"Eren, aku pulang!" Kata Levi. Terdengar sedikit kelelahan di nadanya.

"Kami pulang." Farlan membenarkan. Levi melangkah maju meninggalkan Farlan.

'Am I a Joke to you?'

Batin Farlan.

"Levi nii~" Muncul Eren. Memeluk Levi sambil mengusak - ngusak surai brunetnya ke dada Levi. "Aku menunggu mu~"

Levi terkekeh pelan. Mengelus kepala Eren pelan.

"Ini gula-" "Ikut aku!" Eren menarik tangan Levi kedalam ruang keluarga.

Levi mau tak mau mengikuti ke arah dimana Eren menariknya.

Terlihat Isabel yang sedang menyesap kopinya dengan santai. Di meja terdapat laptop yang menyala, serta kertas yang berserakan.

"Ada apa ini?" Gumam Levi.

"Ta-da!" Eren melebarkan tangannya seolah - olah menunjukkan 'maha karyanya' yang membuat ruang keluarga mendadak seperti habis tertimpa bencana angin puting beliung.

"Ups. Tuan Ackerman sudah balik. Saya permisi~" kata Isabel sambil membawa cangkirnya keluar.

Levi menatap Isabel tajam. "Tenang Levi - aniki. Bersih, tidak ada alkohol!" Kata Isabel  terkekeh sambil mengibaskan tangannya. Geli akan perilaku tuannya yang terlalu melidungi Eren.

Aniki, panggilan yang Isabel berikan kepada Levi. Lancang memang kelihatannya. Perkerja baru yang berani duduk disofa keluarga Ackerman, menyesap kopi dengan santainya. Memanggi Levi tanpa embel embel.

Tapi sepertinya Levi maupun Eren tak pernah memermasalahkannya.

Ngomong - ngomong soal duduk di sofa keluarga Ackerman yang sangat sangat sangaat empuk dan nyaman, tolong Farlan. Dia juga ingin merasakannya.

Singkirkan pasutri baru itu. Biarkan Farlan curhat kepada Isabel tentang perjalanan misinya dalam 'mengabulkan permintaan princess Ackerman' dengan Isabel yang meladeninya sambil meracikan minuman.

"Eren, ada apa ini?" Tanya Levi. "Aku ingin mencari nama untuk adik bayi!" Jawab Eren menampilkan deretan giginya sampai gusi merah mudanya kelihatan.













Muffin 2 - Nama dan panggilan

"Nama?" Tanya Levi. Eren mengangguk antusias. "Kita belum pernah membahasnya! Ayo bahas!" Kata Eren, mendudukan dirinya di sofa.

"Baiklah..." Levi ikut duduk di sofa.

"Ngomong - ngomong ini gulalimu." Kata Levi.

"Hm? Gulali?"

"Iya, pedas sesuai permintaanmu."

"Pedas? Ah sepertinya aku sudah tidak ingin..."

'NANI?!'

"Benarkah? Padahal kami mencarinya kemana - mana loh..." ujar Levi. Eren yang melihat wajah kesal suaminya terkekeh. Mengusapnya lembut.

"Maaf ya..."

"... Levi - nii aja ya yang makan?" Lanjutnya.

Ah Levi terlalu terbuai akan perkataan Eren hingga lupa dunia. Ingatkan Levi kawan, Eren pernah membuatnya izin kerja tiga hari karena terpaksa memakan makanan masakan Eren yang katanya sayurannya langsung dipetik dari kebun.

Nyatanya jamurnya bukan jamur yang layak dikomsumsi.

Kok para Chef ga ngecheck? Simple. Mereka tak ingin kena amukan princess Ackerman.

'Maafkan kami tuan Levi.' -para Chef

Akhirnya Levi mengangguk menyetujui.

"Ayuk mulai mencarii!" Kata Eren mengomando. "Yeah." Levi memegang alih laptop.

.

"Itu bagus!" Pekik Eren tiba - tiba. "Uhuk!" Karena spontan, Eren terbatuk. "Hati - hati dear. Kau bisa mati muda kalau terus - terusan ceroboh." Kata Levi.

"Jadi kau mendoakan ku mati muda?!" Pekik Eren sewot. "Y-ya... bukan begitu juga..."

"Ngomong - ngomong yang mana?" Eren yang duduk dipangkuan Levi menunjuk dengan jari yang dipenuhi gulali.

Untung Levi menerima saran Petra untuk membeli dua gulali dimana satu rasa yang tidak manusiawi, yang satu lagi batas wajar.

Jadi ketika Eren minta yang manis, levi memilikinya.

"Abella?" Gumam Levi. Eren mengangguk antusias. Mendongakan kepalanya menatap Levi dibelakangnya.

"Abella, Abel ... Nafas kehidupan. Karena anak ini yang membuatku semangat hidup. Membuatku pantang menyerah. Nafas kehidupanku. Nafas kehidupan mu. Nafas kehidupan kita." Jelas Eren.

Levi tertegun. Tersenyum tipis. Mengecup singkat dahi Eren.

"Sayangku hebat!" Pujinya. Eren dipuji segera memalingkan wajahnya. Menutupi wajah merahnya.

"Ngomong - ngomong Eren..."

"Ya?"

"Kita sudah menikah. Kenapa masih memanggilku 'Levi nii'?"

"Memangnya aku harus panggil apa?"

Eren kembali mendongak, menatap Levi.

"Menurutmu?" Tanya Levi balik.

"Levi-san?"

"Itu semakin formal..."

"Levi sayang?"

"Hm?"

"Kakanda?"

"Yang benar saja?" Balas Levi sambil terkekeh. Eren tertawa kecil.

"Ah aku tahu." Kata Eren.

"Apa?"

"Ayah." Jawab Eren. Mata hijaunya berbinar terang. "Ayah?" Dahi Levi berkerut, tanda heran.

"Iya ayah! Kan kau calon ayah. Bukankah itu bagus membiasakan dari sekarang?" Ujar Eren polos.

Levi yang mendengar ucapan Eren sedikit tersipu.

'Calon ayah ya?'

Tanpa sadar senyumnya mengembang.

"Aah... bisa saja." Levi segera mencium bibir Eren. Menyalurkan rasa kasih sayang.









Muffin - End
Continue to cookies
(AFTER HIMA UN)

special thanks to Rykuzha dan AzuraYuu15 yang merespon pertanyaan saya serta readers yang sabar menunggu. Pendek sih, iya pendek. Hehe. Maaf ya, semoga dapat menghilangkan rasa rindu kalian Ke SA (kalau ada yg rindu) wkwk

SEE YA!

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

798K 82.3K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
819K 39.5K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
73K 8.4K 37
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
6K 710 20
Kebebasan adalah hal yang selalu didambakan oleh semua orang, tak terkecuali Luo Yunxi. Baik harta, tahta, maupun cinta, tak ada satupun yang boleh m...