For Rayden ✔️

Od winka24

761K 72.2K 5.1K

[Completed] (FOR RAYDEN & FOR SHANUM ditulis di dalam satu work yang sama. Silakan baca dengan teliti setiap... Více

p e r k e n a l a n
FR 1 - Shanum Argema
FR 2 - Rayden Alrescha Ravindra
FR 3 - Sama Atau Tak Sama
FR 4 - Sahabat Baru
FR 5 - About A Concern
FR 6 - Not Really Gone
FR 7 - Pesan Rayden
FR 8 - Karma Does Exist
FR 9 - Syukur & Pertama Kalinya
FR 10 - His Smile
FR 11 - Who Is The Doer?
FR 12 - Accident
FR 13 - Hospital
FR 14 - Meet Gabriella
FR 15 - The Reason
FR 16 - Explanation
FR 17 - Therapy
FR 18 - Senja With Rayden
FR 19 - Prom Night
FR 20 - See You Again
FOR SHANUM
FS 1 - California
FS 2 - Invitation Letter
FS 3 - Time To Waive You
FS 4 - Niger
FS 5 - Her Little Boy
FS 6 - Listen To Her
FS 7 - Twilight In Maradi
FS 8. The Reason Why
FS 9 - About Fabian
FS 10. Discussion In Kairo
FS 12. The Ravindra's
FS 13. Story of Them
FS 14. Counting The Days
FS 15. The Day [END]

FS 11. Indonesia

17.8K 1.7K 127
Od winka24

FS 11. Indonesia

🍁🍁🍁

Menghirup udara negara kelahiran untuk pertama kali setelah sebelas tahun melanglang buana di negara orang, Rayden seperti kembali dipeluk oleh ibu pertiwi. Pria itu tersenyum tipis ketika mereka mulai melangkah keluar dari Soekarno-Hatta. Saat ini memilih mengantarkan Shanum dan Bian ke rumah Tante Inggrit lebih dulu sebelum besok pagi mengambil penerbangan menuju Bali. Walaupun sebenarnya Shanum sudah memprotes Rayden karena menurutnya apa yang pria itu lakukan terlalu merepotkan.

"Yayah ...," Bian menggenggamkan jemari mungilnya pada tangan Rayden yang bebas. Pria itu tersenyum lalu menggendong Bian yang menghasilkan tawa lucu dari bocah itu.

"Lapar tidak, boy?" tanyanya sambil menoleh pada Shanum yang sibuk dengan ponselnya sedangkan koper mereka dibantu oleh porter untuk mendorongnya.

Bian mengangguk cepat, "Kiken (Chicken)," jawabnya yang balas diangguki Rayden.

"Sha, Bian lapar." Rayden mengatakannya pada Shanum.

Namun, gadis itu malah mencebik ke arahnya sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil yang dia bawa. "Aku denger kok. Tapi kalau kakak gak nanyain dia laper atau enggak. Pasti Bi gak bakalan minta ayam," protesnya cepat.

Rayden menaikkan sebelah alisnya mendengar jawaban perempuan itu, "Kok ngomel?" tanyanya.

"Isshh ...," Shanum menggeram pelan, "Kak Ray, Bian itu sudah makan ayam sejak dia di pesawat. Kalau dikabulin makan ayam mulu nanti isi perutnya cuma ayam doang. Mana nasi cuma dimakan sedikit pula tadi," sambungnya.

Mendengar itu Rayden mengangguk mengerti, "Bi, nanti aja makannya ya? Di rumah Oma Inggrit aja. Bi tadi sudah banyak makan ayam loh, harus makan nasi juga." katanya pada Bian.

Bocah itu mengerjap-ngerjap lucu, "Naci? (Nasi?)" tanyanya.

"Iya. Makan chicken-nya sama nasi. Tapi nanti. Di rumah Oma Inggrit ya?"

Bian mengangguk, "Iya yayah," balasnya yang membuat Rayden mengecup pelan pipi putih bocah itu, Shanum menggeleng saja melihat tingkah dua laki-laki beda generasi tersebut.

Seperti itulah Bian jika bersama Rayden, Bian akan selalu menuruti ucapan pria itu. Sedangkan dengannya, jika tidak dituruti maka Bian akan menangis. Sekarang Shanum mengerti mengapa Bian sangat dekat dengan pria itu, itu semua karena sejak kecil Shanum selalu mengatakan bahwa Rayden-lah ayah dari Bian ketika dirinya menceritakan apapun pada putranya. Jadi ia tidak akan heran lagi, jika melihat putranya sangat selalu ingin di dekat Rayden.

"Gimana aku jelasin ke dia, Kak? Besok pagi dan lusa 'kan Kakak gak di sini," ucap Shanum ketika mereka sudah berada di dalam taksi yang mengantarkan keduanya ke rumah Tante Inggrit.

Rayden menghela napasnya pelan lalu menatap Bian yang sudah mulai mengantuk lagi di pelukannya, "Aku juga gak tahu, Sha. Ku harap Bian gak akan rewel," jawabnya.

"Semoga sih. Tapi ... dia udah terlalu biasa dengan keberadaan Kakak. Setiap pagi 'kan selalu datang ke apartemen Kakak. Sarapan di sana, pulang kerja juga ketemu Kakak. Aku takut dia malah nyariin nantinya."

Rayden mengusap rambut Bian lembut, "Be a good boy, ya Bi. Cuma dua hari kok, setelah itu kamu menyusul ke Bali bersama Bunda, Oma dan Tante Yayas." bisiknya pada Bian yang cukup jelas ditelinga Shanum.

Perempuan itu mengulum senyumnya. Kini, semua orang di kantornya dan perusahaan Rayden sudah tahu jika dia adalah perempuan yang akan Rayden nikahi. Kabar membahagiakan sekaligus tidak terlalu menyenangkan bagi para penggemar Rayden yang menganggap the most eligible bachelor mereka berkurang lagi.

• • •

"Aku tidak akan memintamu di sini. Bagiku, aku harus memintamu di depan walimu. Yang dalam hal ini adalah Tante Inggrit juga Yasmin dan suami. Jadi ... aku hanya ingin bertanya sekali, Sha. Bersedia menjalani babak baru bersamaku? InsyaAllah, walaupun aku belum setaat para kakak dan abang di sini. Aku akan selalu belajar menjadi imam yang baik untukmu dan Bian nanti," Rayden mengucapkan permintaannya pada Shanum yang terlihat terkejut. Pasalnya saat ini mereka baru saja makan malam bersama di Marriot Mena House. Semua masih berkumpul dan ternyata pesan yang Rayden kirimkan tadi sebelumnya menyangkut tentang ini.

"Kak ... ini ... serius?" tanya yang sontak menelurkan tawa dari para pria yang mendengar juga gelengan kepala yang dihasilkan dari empat perempuan cantik di sana.

"Shanum ... kamu tahu tidak kalau Rayden sudah setengah mati menahan gugup sejak tadi? Dan pertanyaanmu itu membuat dia speechless. Tuh lihat mukanya," Langit menunjuk wajah Rayden yang terlihat terkejut sendiri.

Shanum menahan senyumnya ketika Rayden hampir memutar bola mata, "Afwan, Kak Ray. Ini sedikit mengejutkan," ucapnya.

"Bukannya sudah kukatakan kalau aku akan menikahimu?" ujar Rayden sedikit keki namun Athar dan Atha dengan cepat menepuk pelan pundak pria itu.

"Ya ... aku 'kan gak tahu. Kupikir gak akan sekarang dimintanya." Shanum membela diri

"Sudah ... sudah, kalian kenapa malah adu urat sekarang?" Athar bersuara, "Jadi Shanum ... Abang, Kak Atha, Kak Zaid dan Kak Langit di sini sebagai wali sementaramu dan Rayden. Kami tidak mungkin membiarkan kalian berdua dan memperbanyak khalwat. Begitu pula kehadiran kakak-kakakmu yang lain, mereka di sini untuk menemani kamu. Anggaplah ini sebagai ta'aruf yang kalian jalani. Untuk proses selanjutnya, akan diserahkan pada Tante Inggrit dan keluargamu. Mereka lebih berhak atasmu dan mengambil keputusan terbaik sesuai kesepakatan bersama," jelas Athar membuat Shanum menggigit bibir bawahnya menahan gugup.

Aisyah ikut mengusap bahu Shanum, "Jawablah Sha dan jelaskan apa yang harus jelaskan." bisiknya.

Shanum melirik sekilas lalu mengangguk, "Eung ... Kak Ray, mohon maaf sebelumnya. Bisa aku menghubungi Tante Inggrit untuk mendiskusikan keputusanku?" tanyanya.

"Untuk meminta izin restu Tante?"

"Iya."

Rayden tersenyum pelan, "Ini, pesan dari Tante." pria itu menunjukkan ponselnya, membuat Shanum membaca sendiri pesan yang berisi izin dari sang Tante. "Sebelum mengatakan niatku padamu, aku sudah lebih dulu meminta izin sama Tante. Alhamdulillah, sebagai walimu beliau mengizinkan," lanjutnya.

"Alhamdulillah," gumam Shanum kemudian gadis itu mendongak menatap semua orang di sana, "Dengan segala izin Allah dan Tante sebagai waliku, InsyaAllah, Kak. Sha bersedia," jawabnya.

Mendengar itu deraian hamdalah terdengar di ruang private yang sengaja di pesan oleh Rayden sebelumnya. Lalu Shanum menghela napasnya pelan dan meminta izin dari semuanya untuk berbicara pada Rayden di sudut ruangan. Athar selaku wali keduanya mengizinkan, walaupun mereka semua tetap berada di ruangan yang sama. Hanya saja memang keduanya membutuhkan privasi untuk membicarakan hal paling penting yang harus Rayden ketahui.

Setelah mereka duduk berhadapan di dekat jendela, Rayden menatap ke arah pemandangan di luar yang menakjubkan. Piramida Giza di malam hari disertai jutaan lampu yang bersinar dari rumah-rumah dan hotel yang ada di sekitarnya sangatlah cantik. Membuat pemuda itu berdecak kagum dan menggumamkan Asma Allah dalam hatinya.

"Kak ...," ucap Shanum membuat Rayden menoleh dan mengangguk menyilahkan gadis itu menjelaskan, "Namanya ...," Shanum menghela napasnya berat karena harus memutar kenangan pahit lainnya yang pernah terjadi dalam hidupnya beberapa tahun lalu.

"Namanya Ihsan Prayuda. Dia ... laki-laki yang baik, aku mengenalnya ketika bekerja di GG Group Indonesia. Lewat seniorku, dia mengajak berta'aruf. Awalnya aku bingung, harus menerimanya atau menolaknya. Tapi ... Kak Aisyah pernah bilang, dari Hadist At-Tirmidzi jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar." Dari sana aku pikir, bahwa memang sudah saatnya aku melepaskan semua harapan yang pernah aku bangun. Mungkin itu jalan Allah untuk memberiku seseorang lain yang terbaik dari yang kuharapkan." jelasnya lalu mendongak dan menatap Rayden yang mendengarkan dalam diam.

Tidak ada tanda lain dari pria itu. Rayden tetap sama seperti dulu, selalu mendengarkan Shanum ketika gadis itu menjelaskan padanya. Membuat Shanum kembali tersenyum tipis untuk melanjutkan.

"Setelahnya, aku beristikharah memohon agar Allah memantabkan hatiku menerima semua keputusanNya. Aku menerima dia, karena aku tahu bahwa dia lelaki baik. Dalam do'aku, aku berharap dia bisa membantuku untuk menyembuhkan traumaku. Tapi ...," suara Shanum tercekat di ujung kalimatnya, gadis itu menghela napasnya kembali membuat Rayden menatapnya.

Dari manik itu Rayden bisa menangkap ada binar kekecewaan yang nyata, yang terpendam dalam keikhlasan yang telah Shanum berikan, "Malam itu ... aku, Yasmin dan Nana sedang berbelanja beberapa keperluan untuk akad. Sebenarnya Tante sudah gak mengizinkan, tapi Yasmin memaksaku untuk ikut. Di sana aku merasa beruntung karena mengikuti paksaan Yasmin. Karena, akhirnya aku mengetahui satu hal. Bahwa ... tidak ada manusia yang benar-benar baik dan sempurna di muka bumi ini kecuali Rasullah semata." Shanum menjeda sejenak ceritanya, "Di salah satu resto tempatku dan dua sahabatku sedang makan bersama. Di sana juga ada keluarga besar Ihsan yang sedang berkumpul. Termasuk ... Putra Maheswara." cicitnya sangat pelan di ujung kalimatnya.

Rayden mendongak, maniknya sedikit membola, rahangnya mengeras seketika, "Lanjutkan," pintanya.

Shanum tersenyum getir menatap malam yang menyapa dari balik jendela, "Wallahi ... aku mendengar sendiri, jika Mamanya Mas Ihsan berkata pernikahan kami hanya sebatas permintaan maaf Putra padaku. Ihsan yang sebenarnya adalah Ihsan Prayuda Maheswara, sepupu dari Putra sendiri. Mamanya bilang ... walaupun Ihsan mencintaiku tapi mereka tidak meridhoi sepenuh hati diriku menjadi bagian dari keluarga mereka. Tidak ada yang mau ... memberikan kesempatan kepada seorang Shanum Argema, yang pernah menjadi korban pelecehan menjadi bagian dari keluarga," sambung gadis itu dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya, "Aku tahu, aku tak sebersih itu lagi. Seorang laki-laki yang bukan mahramku, melakukan tindakan memalukan dan membuka auratku. Tapi apa ... harus dengan cara seperti itu untuk mendapatkan maafku?" tanyanya seraya menatap ke arah Rayden yang juga membalas pandangan sendu namun Shanum mampu menemukan binar kemarahan di balik obsidian abu itu.

"They don't deserve you. Sebaik apapun seorang Ihsan itu, dia tetap tidak pantas mendapatkanmu. Kamu terlalu baik untuk dia dan keluarga tidak tahu malunya. Jangan pernah berpikiran sama seperti itu lagi, Sha. Kamu pantas! Kamu pantas yang mendapatkan yang terbaik." ucap Rayden dengan nada paling dingin yang pernah Shanum dengar selama ia mengenal sosok di hadapannya itu.

"Kak ...,"

"Mereka tidak pantas mengatakan hal itu padamu! Jadi ... tunjukkan pada mereka, jika tanpa menjadi bagian anggota Maheswara pun, kamu tetap bisa hidup bahagia!" tukas Rayden lalu pemuda itu berdiri dan meninggalkan ruangan dengan tangan terkepal dalam diamnya.

Meninggalkan mereka semua dengan tatapan bertanya-tanya. Namun ... baik Athar, Atha, Langit atau pun Zaid membiarkan pria itu mengeluarkan emosinya sendiri. Mereka tahu, Rayden pasti tak terima jika Shanum dijadikan bahan permintaan maaf atas sebuah pelecehan yang hingga kini tak terendus media.

"Kamu tenang ya Sha. Rayden hanya butuh waktu sebentar. Dia sangat menghormatimu, tentu dia tidak rela jika ada orang lain yang merendahkanmu. Dia juga pasti ikut terluka mendengar perkataan orang-orang itu untukmu. Termasuk tentang perbuatan Putra dan keluarganya," Aisyah mengusap pundak Shanum menenangkan.

Gadis itu tersenyum dan mengangguk. Iya. Dia tahu Rayden bukan marah padanya. Karena marahnya Rayden tentu lebih memilih untuk tidak menegur Shanum dan menjauhinya. Tapi, Rayden tadi mengatakan pendapatnya walau pria itu memilih pergi untuk menenangkan diri. Tak apa. Shanum dalam hati mengucap syukur atas kehendak Allah Ta'ala bahwa dengan batalnya pernikahan dirinya, kini Allah mempertemukan kembali ia dengan seseorang yang dulu namanya selalu terselip dalam do'a-do'a malamnya.

Kak Ray ... apakah kakak seseorang yang menyukai surat An-Naml seperti yang ada dalam mimpiku itu?

أَلَّا تَعْلُوا۟ عَلَىَّ وَأْتُونِى مُسْلِمِينَ
Allaa ta'luu 'alayya wa'tuunii muslimiin
"Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapKu dan datanglah kepadaKu sebagai orang-orang yang berserah diri".
[An-Naml : 31]

"Unda ... Yayah ana? (Bunda ... Ayah mana?" usapan di pipi dan pertanyaan dari putranya menyadarkan Shanum dari lamunannya tentang malam ketika Rayden meminta izinnya. Senyum terpapar di bibir gadis cantik itu, ketika Yasmin di hadapannya menatap dia dengan senyum menggoda.

"Duhhhh ... sebentar lagi Bian sayangnya aunty Yayas beneran punya Yayah ...," godanya.

"Apasih Yas!" Shanum berdecak pelan mendengarnya.

"Undaaaa  ...," rengek Bian lagi meminta perhatian.

Shanum langsung tersenyum ketika melihat wajah menekuk putranya. Sudah dua hari hanya melihat Rayden lewat ponsel, Bian seolah sangat merindukan sosok pria itu.

"Bian ...," panggilan itu membuat menoleh mereka.

Shanum, Yasmin, Erza –suami Yasmin, dan Tante Inggrit tersenyum dengan kehadiran sosok itu. Sedangkan Bian sudah berlari dan memeluk kaki Rayden sambil merengek meminta gendong.

"Yayaaahhhhh ...," rengeknya yang kembali menghadirkan tawa mereka semua di Bandara Ngurah Rai Bali, siang itu.


🍁🍁🍁
Happy Reading 💜

Terima kasih untuk antusiasnya.
Tapi kumohon, cobalah untuk selalu bersabar. Aku cuma manusia biasa yang juga butuh waktu untuk beristirahat. Manusia punya batas kemampuannya. Pikirkan saja sendiri, bagaimana perasaanmu ketika ditagih-tagih di saat kondisi kesehatanmu tak baik. Enakkah? Senangkah?
Kupikir tidak.
So, one more ... SABAR.

Innalllaha ma'ashobirin.
"Allah menyukai hamba-hambaNya yang sabar".

Selamat hari jum'at.
Semoga berkah.

Salam,
Winka.

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

444K 37.3K 39
"1000 wanita cantik dapat dikalahkan oleh 1 wanita beruntung." Ishara Zaya Leonard, gadis 20 tahun yang memiliki paras cantik, rambut pirang dan yang...
461 100 44
Song Suji namanya dia berpisah dengan teman masa kecil nya pada saat umur 9 tahun dan pergi ke Jepang untuk ikut dengan ayah ibunya untuk mengurus pe...
5.4K 514 27
"Bukan apa yang membuat lo bahagia. Tapi, siapa yang membuat lo bahagia." .. .. .. First up 11 Mei 2k20 Happy reading and enjooooooooooooooy. #40...
367K 16.1K 70
Azizan dingin dan Alzena cuek. Azizan pintar dan Alzena lemot. Azizan ganteng dan Alzena cantik. Azizan lahir dari keluarga berada dan Alzena dari ke...