[ ⏸️ ] Detective FIVITD : The...

Von Formenkairi

8.2K 407 70

Seorang penyihir bernama Rifa, ingin mencari kakaknya yang sudah lama menghilang beberapa tahun yang lalu. Be... Mehr

Prolog
Chapter 2 :"Marah Terus!!!"
Chapter 3 :"Memulai Pertengkaran"
Chapter 4 :"Andri vs Rifa"
Chapter 5 :"Frice seperti 'Prince'"
Chapter 6 :"Frice dan Rifa"
Chapter 7 :"Pusat Perhatian"
Chapter 8 :"Pusat Perhatian (2)"

Chapter 1 :"Tahun Pertama Sekolah"

663 61 23
Von Formenkairi

"Tunggu, kenapa suara kakak tiba-tiba terngiang-ngiang di kepala ku?"

Rifa tiba-tiba bertanya di hadapan cermin meja tata riasnya dengan rasa penasaran sekaligus ingin tahu untuk mencari tahu. Sambil memegangi kepalanya, Rifa memijit pelan bagian kepalanya yang dirasa sedikit sakit. Sebelumnya, ia juga pernah mengalami hal yang sama seperti saat ini, namun ia juga tidak tau dan tidak mengerti apa maksudnya.

'Seakan-akan ada bencana alam yang menimpaku nantinya, kupikir kakak ku memang serius mengatakan hal itu padaku.' Rifa membatin.

Sebelumnya, Rifa sudah menghela napas panjangnya terlebih dahulu sebelum bersiap-siap untuk pergi ke sekolah sihir barunya saat ini. Mungkin sekolah sihirnya saat ini bisa dibilang setingkat SMA sebelum mereka lulus dan mendapatkan sertifikat agar bisa masuk ke Serikat sihir mana yang akan mereka minati.

Jujur, jantung Rifa berdegup sangat cepat saat ini. Bahkan saat mengunci rumah—yang terlihat seperti kompleks perumahan—pun Rifa masih sedikit bergetar sanking gugupnya.

Apakah ini yang dinamakan cint-- ekhem, maaf, apakah ini yang dinamakan demam panggung?

Setelah mengunci pintu rumahnya, Rifa berjalan santai menuju sekolah barunya dengan perasaan senang. Tapi, lain di dalam lain juga di luar. Walaupun Rifa sangat bersemangat dan antusias sekali di hatinya, namun hal itu berbanding terbalik dengan anggota tubuhnya saat ini. Rifa berjalan kaku dengan keringat menetes di bagian kening dan pelipisnya.

Dasar Rifa.

"Duh, bagaimana ini? Aku gugup sekali. Mana sekolah masih belum sampai pula," gerutu Rifa sambil terus berjalan kikuk layaknya robot berjalan.

"Tapi ...." Rifa menghirup udara sejenak kemudian menghembuskannya, "Udara disini tidak buruk juga. Malah sepertinya, aku akan betah disini dalam waktu yang lama."

Rifa sedikit melirik sungai yang mengalir dengan tenang di pinggir jalan.

"Lumayan juga. Air sungainya cukup bersih di daerah 'ini', warnanya tidak keruh. Tidak seperti air sungai yang ada di daerah 'sana' yang keruhnya memang benar-benar minta diampuni."

Sambil menutup mata Rifa berjalan pelan untuk menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan hati dan raganya. Sepertinya, Rifa bisa berjalan santai (untuk) kali ini.

Dan tanpa Rifa sadari, Rifa sudah sampai di depan pintu gerbang sekolahnya yang menurut Rifa sangatlah menyeramkan. Bagaimana tidak? Bangunannya saja di bangun secara tidak wajar kelebaran, kebesaran, dan keluasannya. Wajar saja mata Rifa sedang menatap horor sekolahnya sendiri. Dan yang pasti, untung saja tidak terlambat.

'Anjir! Sekolah ku kok gini amat?! Apa mereka sedang membangun kandang Gajah limited edition?!' jerit Rifa dalam hati.

Sambil menatap kagum sekaligus takut dengan bangunan sekolahnya sendiri, Rifa paksakan kakinya untuk melangkah menuju mading sebelum sampai ke tujuannya.

Kenapa harus mading? Jadi begini ... para saudara yang pernah bersekolah di tahun pertama, tujuan utama kalian agar bisa sampai ke kelas kalian dengan cepat dan menemukan tempat duduk lebih cepat memangnya alternatif paling cepat itu harus lewat mana? Mading bukan? Ya sudah.

Kalau Rifa sampai mencari ruangan kelasnya sendiri dengan kemampuannya sendiri, baru sampai 10 detik saja Rifa pasti akan tersesat.

Kenapa? Karena bangunan sekolah sihir itu memang benar-benar di luar nalar dan batas wajar. Mereka membangun sekolah sihir tersebut seperti sedang membangun kandang naga yang akan dijadikan untuk kurban saat memasuki hari raya.

Saat Rifa sampai di depan mading dan melihat isi kelasnya, Rifa tak habis pikir dengan sekolah sihirnya saat ini. Kelasnya saja sampai 20 kelas dengan satu kelas berisi 70 lebih siswa. Sepertinya, kepala sekolah sangat niat sekali untuk membangun sekolah sihir ini.

Sebelum mencari kelasnya, Rifa ambil secarik kertas di dalam tasnya yang berisikan data diri diterimanya Rifa di sekolah sihir tersebut dan info kelas dimana Rifa diletakkan.

"Kelas 1-7."

Berarti, Rifa harus masuk ke kelas 7 dari 20 kelas di angkatan pertama. Menurut Rifa, mungkin Rifa terbilang cukup pintar juga karena bisa berhasil masuk ke kelas 7 dari 20 kelas yang ada. Mengingat sekolah ini membagi para siswanya berdasarkan dari nilai tes masuk.

Jemari Rifa terangkat, menunjuk satu per satu nama kelas yang ia cari saat ini di mading.

"Ketemu!"

Rifa berseru antusias sambil mengetuk-ngetukkan jemarinya sebentar.

"Sepertinya, mataku lumayan jago juga untuk mencari hal yang seperti ini. Mungkin, kapan-kapan aku akan mengikuti turnamen 'Menemukan kata dengan huruf kecil' saja. Siapa tau bisa menang," gumam Rifa sambil tertawa pelan ketika mengingat apa yang barusan ia katakan. Memangnya ada turnamen 'Menemukan kata dengan huruf kecil'?

"Minggir!"

Rifa tersentak kaget saat mendengar suara keras dari seseorang secara tiba-tiba dan memalingkan kepalanya agar dapat melihat siapakah orang yang sedang membentaknya barusan. Namun tidak ada orang disana.

"Oy oy! Apa-apaan ini?!" suara orang itu terdengar lagi, Rifa sudah merinding disko.

Dengan gerakan patah-patah, Rifa tolehkan kepalanya ke arah sebaliknya. Benar saja ada seseorang di sana, seorang pria, yang menatap kesal pada dirinya.

'Salah apa aku hari ini ya Tuhan!' Rifa menjerit ketakutan. Jantungnya berdetak tak karuan.

"A-ada apa ... ya?" Rifa bertanya dengan suara pelan dan gugup setengah hidup.

Jujur, pria itu langsung menampakkan ekspresi kesal yang luar biasa, dihiasi pula dengan perempatan imajiner saat mendengar pertanyaan bodoh dari Rifa.

"ADA APANYA APA, HAH?! KAU TAU TIDAK KALAU AKU ADA DI SAMPINGMU BARUSAN?! LALU TIBA-TIBA SAJA RAMBUTMU ITU MENGENAI WAJAH TAMPANKU?! DAN KENAPA JUGA RAMBUTMU PANJANG DAN HARUS DIIKAT?! DASAR KUTUAN!!"

Jleb!!!

Komentar pedas dari mulut pria bermata merah bersurai hitam legam itu pun sangat membuat Rifa terpuruk. Ternyata, cowok juga bisa PMS ya?

"A-anu ... m-maafkan aku. T-tadi, aku juga tidak melihatmu. J-jadi, s-sekali lagi aku minta maaf." Rifa terlihat membungkuk 90° karena rasa bersalah dan juga untuk meminta maaf pada pria tersebut.

Bukannya lebih membaik atas permintaan maaf Rifa, justru pria itu semakin menatap Rifa sinis dan mulai membuka ceramah sekaligus kata-kata mutiara nya lagi. Belum lagi dengan suara bentakannya yang sangat menggelegar.

"APA KAU BILANG?! KAU BILANG KALAU KAU TIDAK MELIHATKU?! MATAMU RABUN YA?! APA PERLU KU TANGKAP MATAMU DULU LALU MEMASANGKANNYA UNTUKMU AGAR KAU BISA MELIHATKU?! DASAR AIR BUTA JAHANAM!!!"

'Ya Tuhan... Kenapa aku makin di salahkan? Padahal aku sudah yakin meminta maaf dengan benar padanya!' jerit Rifa sedikit kesal juga dengan pria yang suka PMS itu.

'Huft... yang penting sabar, jangan emosi. Kalau aku dikeluarkan dari sekolah ini karena masalah sepele seperti bertengkar hebat dengannya sampai melibatkan sihir, kan tidak lucu. Untung saja aku adalah orang yang penyabar, baik hati, dan tidak sombong.'

To be continue...

1034 word

Minggu, 23 September 2018

Remake : Minggu, 29 Desember 2019

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

172K 10.2K 42
Aletta Cleodora Rannes, seorang putri Duke yang sangat di rendahkan di kediamannya. ia sering di jadikan bahan omongan oleh para pelayan di kediaman...
181K 11.4K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...
3.6M 358K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
1.2M 86.8K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...