Awi & Juna (Selesai)

Qiqikiyaaaaa tarafından

1.7M 108K 1K

Highest Rank #4 in ChickLit *** Maaf, pernah membiarkanmu berjuang sendirian. -Arjuna Sakha Iskandar- ---- Cu... Daha Fazla

Bagian 0 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 1 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 2 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 3 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 5 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 6 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 7 - Alwiranda dan Arjuna
Bagian 8 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 9 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 10 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 11 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 12 - Alwiranda & Arjuna
BUKAN UPDATE.
Bagian 13 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 14 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 15 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 16 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 17 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 18 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 19 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 20 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 21 - Alwiranda & Arjuna
22 - Intermezzo
Bagian 23 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 24 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 25 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 26 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 27 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 28 - Alwiranda & Arjuna.
??
Bagian 29 - Alwiranda & Arjuna
Bagian 30 - End.
Extra Part 1
Extra Part 2.
Extra Part 3

Bagian 4 - Alwiranda & Arjuna

51.9K 3.8K 21
Qiqikiyaaaaa tarafından

Hallo
Selamat hari senin.
Selamat kembali masuk sekolah.
Selamat bangun dari mimpi indah.
Paginya diawali dengan bismillah ya.
Jangan lupa senyum dan bahagia :)

💋

Karena semengecewakan apapun
seseorang, rasa cinta terhadapnya
mampu mengalahkan segalanya.

***

"Kak Awiiiii.." teriak seorang remaja laki-laki begitu Alwiranda memasuki pekarangan rumah di hadapannya ini.

"Hai Dikaaa." Panggil Awi seraya merentangkan tangan dan memeluk sayang adiknya.

"Akhirnya kakak mau kesini. Ayah nanyain kakak kapan kesini terus. Ayo masuk kak." Ucap Dika menggandeng tangan kakaknya masuk ke dalam rumah nya yang cukup besar itu.

"Ma, ada Kak Awi nih." Teriak Dika saat keduanya baru saja memasuki pintu masuk.

"Masuk, nak. Ayah nunggu kamu dikamar. Tadi Dika sempet bilang kamu mau ke sini. Jadi Mama siapin makanan kesukaan kamu." ucap Ratna -Ibu Dika-, yang artinya itu adalah Ibu tirinya.

"Makasih, tante. Tapi Saya gak lama disini. Cuma mau nengok Ayah sebentar." Jawab Awi kemudian ia kembali berjalan ke arah kamar Ayahnya seorang diri.

Perempuan yang dipanggil 'Tante' oleh Alwi itu hanya tersenyum kecil dengan helaan nafas berat yang cukut ketara. Dika menghampirinya dan memegang tangan sang Ibu.

"Sabar ya, Ma. Kak Awi sebenernya baik banget. Cuma kakak belum bisa terima keberadaan Mama aja." Ucap Dika menenangkan sang Ibu.

***

Awi menatap sekotak tupperware yang berisi makanan kesukaannya, yang di masak oleh Ibu tirinya. Awi menolak untuk makan disana setelah menengok sang Ayah. Tapi Dika memaksanya untuk membawa makanan yang memang dimasak oleh Ibunya itu untuk Awi.

Lagi-lagi ia teringat ucapan sang Ayah beberapa waktu lalu, sebelum ia memutuskan pulang dan pergi ke kampung halamannya.

"Awi, maaf untuk segala sikap dan perlakuan kekanakan yang dulu Ibu dan Ayah lakukan sampai menimbulkan trauma untuk kamu. Saat itu, Ayah benar-benar khilaf. Entah dimana akal sehat Ayah sampai Ayah dengan tega mengkhianati cinta Ibu kamu."

"Apa Ayah menyesal?"

"Tentu. Ayah menyesal. Ayah merasa bersalah pada kamu, Wi. Karena Ayah, kamu enggan berdekatan dengan lelaki manapun. Ibu yang menceritakannya pada Ayah."

"Apa Ayah menyesal juga setelah Ayah menyakiti Ibu?"

"Satu hal yang harus kamu tahu, Wi. Ibu dan Ayah menikah karena di jodohkan. Saat itu Ayah sama sekali tidak punya perasaan apapun terhadap Ibu kamu, begitupun sebaliknya. Hingga akhirnya, kami berdua melakukan kesalahan. Ayah bermain api dibelakang Ibu kamu, dan Ibu juga melakukan hal yang sama dengan Ayah. Saat itu, Ibu marah karena merasa dikhianati. Ayahpun merasakan hal yang sama. Hingga akhirnya kami malah saling menyakiti dan memutuskan berpisah. Tanpa memikirkan dampak buruknya terhadap kamu."

Awi tercengang mendengar fakta baru yang diungkapkan Ayahnya setelah hampir 8 tahun Ayah dan Ibunya itu bercerai. Alwi fikir, hanya Ayahnya lah yang bersalah disini. Tapi ternyata . . . .

"Ayah baru menyadari betapa pentingnya kalian dalam hidup Ayah setelah Ayah kehilangan kalian. Kamu putri Ayah satu-satunya, Wi. Ayah mohon, maafkan Ayah."

Awi menghela nafas panjang. Tak tahu apa yang sedang dirasakannya kini. Sedih? Tentu. Anak mana yang mau melihat kedua orang tuanya bercerai?

Ia tersenyum getir memandangi foto Ayah, Ibu dan dirinya yang masih ia simpan hingga kini.

***

Awi berajalan menyelusuri jalan setapak menuju rumah Ibunda tercintanya. Setelah hampir 60 menit berada dalam taksi, Awi akhirnya sampai di Bogor. Kota kelahirannya. Yang memiliki segudang kenangan indah masa kecilnya.

"Assalamu'alaikum. ." seru Awi seraya mengetuk pintu rumah dihadapannya.

"Wa'alaikumsalam. ." jawab seseorang dari dalam rumah tersebut.

"Awiii. . . akhirnya kamu pulang juga, Nak." ucap sang Ibu seraya memeluk Awi.

"Iyalah, Bu. Awi juga udah ngambil cuti."

"Yaudah kamu masuk dulu, istirahat. Ini juga udah hampir magrib. Oiya, Ayah udah ngasih tahu kamu semuanya, kan?" tanya sang Ibu ragu-ragu.

Ngasih tau apa? Perselingkuhan Ayah sama Ibu? -batin Awi yang sebenarnya masih sulit menerima kenyataan hidupnya.

Awi menghela nafas sebelum akhirnya menjawab dengan anggukan kepala.

"Maaf ya, Wi. Itu demi kebaikan kamu." ucap Ibunda nya dengan senyum lega seraya mengusap sayang kepala sang anak.

Kebaikan apanya??? -batin Awi berteriak.

Awipun hanya kembali mengangguk. Toh percuma saja jika ingin marah kepada sang Ibu ataupun meyimpan dendam pada Ayahnya. Semua sudah terjadi. Takdir lah yang membawa nya pada situasi sekarang ini..

"Ini tupperware yang tadi dikasih sama Tante Ratna, Bu. Enggak usah masak, dihangatin aja." ucap Awi menyerahkan tupperware yang tadi di junjingnya.

***

"Ibu kenapa gak mau ikut Awi tinggal di Jakarta sih, Bu? Disini juga sendirian aja kan." ucap Awi seraya mencuci piring kotor sisa makan malam barusan.

"Di kota apa-apa serba mahal, Wi. Ibu mending tinggal disini. Udaranya masih bersih, belum tercemar lagi.." ucap Randa -Ibu Awi- seraya mengelap piring yang sudah di cuci Awi kemudian di simpan di rak.

"Ya tapi kan setidaknya, Bu. Awi suka kesepian kalau pulang kerja dirumah sendirian enggak ngapa-ngapain." Keluh Awi seraya membersihkan tangannya lalu berjalan ke ruang keluarga dirumahnya dan menyalakan TV.

"Enggak deh, Wi. Ibu lebih suka tinggal disini. Penduduknya ramah, daripada tinggal di Kota. Di perumahan pula kayak kamu, pasti jarang bersosialisasi sama tetangga, kan?" ucap Randa mengambilkan beberapa toples kue kering dan ia berikan kepada Awi, kemudian ikut duduk di samping anaknya.

"Tapi perumahan Awi kan sederhana, Bu. Enggak yang punya 5 kamar, 3 kamar mandi, kolsm renang, ini lah, itu lah. Enggak, Bu. Rumah Awi tuh Cuma ada dapur, ruang tamu, 2 kamar mandi, dan 2 kamar tidur. Satu kamar Awi, satu lagi Awi jadiin kamar tamu. Itu pun enggak pernah ada yang nempatin. Karena Awi jarang bawa temen ke rumah." ucap Awi menjelaskan sambil memakan kue buatan Ibu nya itu.

"Lah emang kamu ga punya temen?"

"Ih si Ibu kalau ngomong ya. Temen Awi banyak, Bu. Tapi kalau yang bener-bener temen Cuma Gita aja. Zaman sekarang kan banyaknya Fake friend, Bu. Kita juga harus hati-hati sama orang lain, jangan mudah percaya gitu aja. Bisa-bisa malah dimanfaatin." jelas Awi panjang lebar, sedangkan Randa hanya manggut-manggut. Entah mengerti atau tidak.

"Oiya, Wi. Kamu ada paketan?" tanya Randa yang sontak membuat Awi mengernyitkan alisnya bingung.

"Ada, Bu. Kenapa emang?"

"Ibu pinjem hp kamu dong, Wi. Ibu lagi enggak ada kuota buat nonton Live di youtube."

"Hah? Nonton Live di youtube?"

"Iya, Awi. Kamu gimana sih, sekolah tinggi-tinggi, kayak gitu aja enggak tau."

"Tunggu, maksud Ibu streaming, gitu?"

"Nah iya, Wi. Ibu lupa mulu. Taunya nonton Live aja di youtube."

Ckck Ibu salah gaul nih kayaknya -batin Awi menggelengkan kepalanya dengan senyum geli-

"Emang mau liat apa, Bu?" tanya Awi.

"Itu loh, drama yang pemain nya Lee Mih Ho, Wi." jawab Randa antusias.

"Oohhhh, The Legend of The Blue Sea?"

"Ih bukan itu, Wi. Itu yang Lee Min Ho nya holang kaya, terus ceweknya anak pembantu dirumah dia yang Mamanya bisu ituuuu." jelas Randa.

"Astagaaaa, Ibu. The Heirs? Itu mah drama lama, Buuuu."

"Ya biarin aja sih, Wi. Ibu kan baru sukanya sekarang. Gara-gara liat iklan Kopi nya dia. Ibu jadi demen."

"Ih si Ibu, baligh kedua ya, Bu? wkwk" seru Awi yang gemas sendiri melihat tingkah Ibu nya itu.

"Kamu ih. Terserah deh mau bilang apa. Ibu penasaran soalnya, baru liat sampai episode 7."

"Hehehe pissss, Bu. Nanti Awi beliin kasetnya aja deh. Sayang kalau paketan diabisin Cuma buat streaming youtube."

"Huh yaudah deh, Ibu tidur duluan yaa. Malem, Wi." ucap Randa seraya bangkit dari duduknya dan mencium kening Awi.

"Malem, Bu."

Awi tersenyum geli ketika matanya terus menatap punggung sang Ibu. Ibu gaul nya itu. yang entah sejak kapan mulai menyukai drama korea seperti dirinya.

"Oiya, Wi. Besok habis subuh jangan tidur lagi pokoknya." Teriak Randa dari dalam kamarnya. Sedangkan Awi hanya menjawabnya dengan 'Hemmmm'

Tapiiii... ga janji ya, Ibuku sayanggg. -batin Awi-

###

Tbc.

Lebih dari 5 vote for next. 10 juga alhamdulillah.
Kepengen dr penulis pdhal ga muluk², cerita dibaca reader dan dikasih vote serta komen dan kritik yang membangun.
Jangan jadi silent reader ya. Hargai jasa para penulis juga. Disela² liburan yg udah kelar ini, Saya masih sempet²in update. Padahal tugas produktif AK aja belum kelar 😅

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

337K 24.3K 55
Mungkin disebagian orang mengatakan kalau kecantikkan itu dinilai tidak dari fisik melainkan dari hati yang tentu teori tersebut tidak valid bagi Ian...
1M 64K 27
"cuma kamu yang bisa bantu papa" "aku?" "menikah lah dengan nya" kembali ke negara asalnya setelah melewati berbagai kesulitan adalah hal terburuk...
522K 28.1K 43
Bagi Sam, Hanah adalah alat yang ia perlukan untuk membuat kakek memilihnya menjadi penerus bisnis keluarga. "Buktikan pada kakek bahwa kamu bisa mem...
Jejaring coochocinoou tarafından

Genç Kız Edebiyatı

620K 53.4K 57
"Kangen!" Aku melemparkan diriku ke dalam pelukannya. Kurasakan dia terkekeh pelan, lalu mengusap-usap rambut panjang ku yang aku tebak masih menguar...