Two Heart [DRAMIONE]

Door shaf_writes

144K 16.5K 2.8K

[COMPLETED] Dramione Fanfiction : Hermione Granger X Draco Malfoy Cover : by Carey_san Meer

Bab 1 - Konsekuensinya
- 1 . Flashback
- 2. Flashback
Bab 2 - Dilema
Bab 3 - Bukan Cinta Yang Salah
Bab 4 - Terlalu cinta
Bab 5 - Ketika Cinta Harus Memilih
Bab 7 - Satu Jam Saja
Bab 8 - Pergi
Bab 9 - Dimana kamu?
Bab 10 - Menemukanmu
Bab 11 - Jangan pergi
Bab 12 - St.Mungo
Bab 13 - Wedding [The End]

Bab 6 - Malfoy's Family

8.1K 1K 101
Door shaf_writes


Pagi sudah datang menyapa. Tapi seperti biasa, Hermione masih meringkuk diatas kasur. Setelah selesainya hubungan dirinya dengan Draco, Hermione merasa Ia tidak punya lagi tujuan untuk menyambut hari.

Biasanya, pagi-pagi seperti ini, Ia akan buru-buru bangun dan bersiap karna ada yag menunggunya di lorong arah danau hitam untuk sekedar saling menyapa. Tapi sekarang, koridor itu selalu kosong.

Beberapa kali Hermione lihat kesana, tapi tidak ada apa-apa. Ia merindukan sosok jangkung yang selalu bersandar ditembok tinggi itu dengan satu tangan yang dia masukkan kedalam saku celananya untuk menyambut kedatangan Hermione.

Gadis itu merindukan sosok Draco yang diam-diam tersenyum padanya saat di dalam kelas. Dan yang paling Ia rindu adalah, duduk bersama di bawah pohon depan danau hitam. Bersamanya.. bersama Draco.

Dia sedang apa ya sekarang?

"Sampai kapan kau seperti ini?"

Hermione menoleh. Ia mendapati Ginny yang sedang berdiri di samping ranjang.

"Kalau kau tersiksa memilih Ron, kenapa kau harus memilihnya?" Tanya Ginny yang suaranya mulai meninggi. Ron memang kakaknya, tapi Ia juga tidak bisa melihat Hermione seperti ini. Lagipula, Ia tidak mau melihat Ron hidup dengan seseorang yang mencintai orang lain.

Hermione mencoba bangkit. Ia duduk dipinggir kasur seraya merapikan rambutnya.

Menghela napas sebentar, "Aku yakin suatu saat nanti aku akan kembali seperti Hermione yang dulu."

Ginny mendengus, "Jangan paksakan dirimu."

"Aku tidak mau hubungan kita semua menjadi hancur hanya karna aku memilih Draco."

Pandangan Ginny yang tadi menajam, mulai melembut. Ia duduk disamping Hermione dan menepuk pundak gadis itu sekali.

"Apapun keputusanmu akan selalu aku dukung. Tapi kumohon jangan sakiti dirimu sendiri. Kau sudah seperti kakakku sendiri. Aku yakin, Ron pun pasti akan mengerti. Harry juga. George, mom, dad. Mereka pasti mengerti tentang perasaanmu."

Hermione tersenyum kecil. "Sudahlah, Gin. Aku mau melupakan semuanya. Aku mau melupakan Draco."

Gadis itu berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi. Ia menoleh sedikit kearah Ginny yang masih terus menatapnya.

"Karna bagaimanapun.. ini hanya sebuah.. kesalahan."

Kesalahan yang menguburku hidup-hidup. Memaksa setiap hembus napasku untuk berhenti. Apa ini balasannya? Apa sesakit ini?

***

Aula besar sangat ramai siang ini. Hermione dan Ginny datang dengan raut wajah kebingungan. Dilihatnya semua anak yang tengah berdesas-desus membicarakan sesuatu.

Hermione dan Ginny duduk di hadapan Harry dan Ron. Entah kenapa wajah kedua pemuda itu tampak tidak tertebak. Mereka berdua memandangi Hermione lekat-lekat.

"Ada apa?" Tanya Hermione. Perasaannya semakin tidak enak. Ia mengedarkan pandangannya keseisi aula besar. Tapi Ia tidak menemukan orang yang dicarinya.

Pemuda itu.. tidak ada.

"Bagaimana hasilnya, Harry?"

Harry bergeming.

"Harry katakan padaku!" Desak Hermione.

Jantungnya bergemuruh kencang. Tangannya kini mulai bergetar. Air mata pun sudah tak sanggup Ia tahan. Mengalir begitu mulus di pipinya.

Pagi tadi adalah keputusan penahanan keluarga Malfoy. Dan Harry sudah berjanji padanya akan menyelamatkan Draco.

"Kau sudah berjanji padaku kalau—"

"Aku berjanji untuk berusaha semampuku, Hermione. Aku bukan Tuhan yang bisa mengabulkan semua keinginanmu." Potong Harry.

Bahu Hermione merosot kebawah. Ia seakan kehilangan ketegarannya.

"Katakan padaku.. semuanya!"

***

Lucius dihukum penjara seumur hidup. Narcissa dipenjara selama lima tahun. Dan.. dan Draco dihukum penjara selama satu tahun lebih tiga bulan.

Gadis itu menangis sendirian di kamarnya. Ia tidak pernah membayangkan kalau Draco akan dipenjara. Azkaban adalah penjara yang paling kejam. Tidak sedikit para narapidana yang meninggal didalam sana.

Mereka akan diperlakukan tidak manusiawi. Apalagi ditambah para dementor yang menghantui. Tempat itu benar-benar menyeramkan.

"Draco.." lirihnya seraya mengusap air matanya.

Pemuda itu tak akan sanggup bertahan. Lebih tepatnya, Hermione yang tidak sanggup melihat Draco ditahan.

Gadis itu bangkit ketika mendengar pintu kamarnya diketuk.

"Apa aku mengganggu?"

Hermione hanya menggelengkan kepalanya. "Tidak. Masuklah Ron."

Hermione membuka pintu kamarnya lebar-lebar, lalu masuk kembali dan duduk dipinggir kasurnya. Ron hanya berdiri beberapa meter dari Hermione.

Hati pemuda itu sakit ketika melihat mata Hermione yang membengkak. Bagaimana tidak sakit ketika orang yang kau sukai tengah menangisi orang lain?

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Ron. Hermione berusaha menghapus lelehan air matanya.

"Tidak apa-apa, Ron."

Ron terdiam. Ia tahu keputusannya ini sangat beresiko. Dan itu sudah pasti membuat hatinya sakit. Tapi demi Hermione. Ini semua demi Hermione.

"Kau mau menemuinya?"

Hermione dengan cepat mengangkat kepalanya dan langsung menatap Ron yang tengah tertunduk.

"Aku tahu kau mengkhawatirkannya. Dia masih belum di bawa ke azkaban. Dia masih ada di menara terujung hogwarts. Besok pagi baru Ia akan dibawa." Jelas Ron.

Hermione bergeming. Pikirannya melayang-layang.

"Tapi hanya untuk malam ini, Hermione. Dan seterusnya kau tidak boleh bertemu dengannya lagi."

Hermione merasa jantungnya merosot kebawah. Hanya untuk malam ini? Dan tidak boleh bertemu lagi setelah itu?

Ron menutup matanya dan mengambil napas panjang lalu menghembuskannya. "Kau kuberi satu kesempatan, Hermione. Dan setelah itu, aku akan menganggap ini semua tidak pernah terjadi. Asal kau tidak berhubungan dengannya lagi."

"Semuanya akan baik-baik saja. Seperti dulu. Sebelum dia masuk kedalam hidupmu." Lanjutnya.

Hermione menyeka air mata yang tiba-tiba kembali mengalir. Ia tidak pernah menyesal Draco pernah masuk kedalam hidupnya. Ia hanya menyesal karna keadaan yang tidak pernah mendukungnya.

"Kalau kau mau menemuinya, lebih baik dari sekarang. Kalau lebih malam, aku takut kau terkena detensi jika ketahuan."

Tanpa sepatah katapun, Hermione langsung mengambil mantelnya dan berlari keluar kamar. Meninggalkan Ron yang terdiam sendiri disana.

Anggap saja aku jahat karna memisahkan kedua orang yang saling mencintai. Tapi disini bukan hanya mereka yang punya rasa. Aku pun mempunyainya juga.

***

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Kastil masih lumayan ramai dengan murid-murid yang sekedar mengobrol dipinggir koridor atau berjalan menuju asrama mereka masing-masing.

Tapi semakin Hermione berjalan kearah barat, keramaian itu perlahan menghilang. Sekarang tinggal Ia sendiri di lorong itu.

"Lumos." Munculah setitik cahaya dari tongkat vane-nya. Hermione terus berjalan menuju menara paling ujung. Tempat dulu sirius pernah ditahan.

Gemaan langkah kakinya terdengar amat berisik ditengah keheningan malam. Membuat para lukisan merutuk kesal. Tapi Hermione tidak peduli. Tujuannya hanya satu. Melihat Draco.

Gadis itu terengah-engah ketika sampai. Ia mengedarkan cahaya pada tongkatnya untuk melihat sekeliling. Dan disana Ia melihat sebuah ruangan yang terdapat jeruji besi.

"Nox." Perlahan cahaya dari tongkatnya menghilang. Gadis itu berjalan pelan-pelan menuju tempat itu. Untunglah cahaya bulan terlihat sangat terang malam ini.

Ia mengintip kedalam. Dadanya terasa sesak kembali ketika melihat Draco Malfoy tengah duduk bersandar didalam ruangan yang sempit itu. Kakinya tertekuk dua-duanya. Draco menundukkan kepalanya dan menumpukan kepalanya pada lututnya.

"Draco.." gadis itu berusaha mengeluarkan suaranya. Namun yang terdengar hanya seperti bisikan. Tapi karna malam ini sangat sepi, Draco pun bisa mendengar suara Hermione.

Pemuda itu terkejut melihat Hermione tiba-tiba ada disana,  Duduk berlutut sambil memegangi jeruji besi.

"Hermione.." hanya itu yang bisa Ia katakan. Matanya masih membulat. Dan Ia masih belum beranjak dari tempatnya. Masih terlalu terkejut.

Hermione ingin mengatakan sesuatu. Tapi entah kenapa suaranya seperti tertelan kembali. Mereka sekarang hanya saling menatap satu sama lain.

Gadis bermata hazel itu menelan salivanya susah payah. Suasana ini begitu canggung.

"Ada apa?" Akhirnya Draco menemukan suaranya. Tapi kenapa malah pertanyaan bodoh yang keluar?

Hermione menutup matanya sejenak, "Kau baik-bajk saja?"

Hening sesaat, "Ya." Jawab Draco.

"Besok kau akan dibawa ke azkaban." Mata gadis itu menerawang. Entah pernyataan itu untuk Draco atau untuk dirinya sendiri.

"Ya." Lagi-lagi Draco menyahut sekenanya.

Hermione mendelik, "Berhenti bersikap seakan-akan tidak ada yang peduli padamu!"

Seperti deja vu. Draco teringat saat mereka pertama kali berteman. Hermione dulu juga mengatakan hal itu.

"Memang tidak ada 'kan? Memang siapa yang peduli padaku?"

Hermione tertunduk. Dulu mungkin Ia akan menunjuk dirinya sendiri saat Draco menanyakan hal itu. Tapi sekarang? Ia diam membisu.

"Hermione.." ucap Draco. Membuat kepala Hermione kembali terangkat.

"Kenapa kamu kesini?"

Hermione tidak tahu harus jawab apa. Karna dia khawatir? Karna dia tidak mau Draco pergi?

"Jangan beri aku harapan lebih, Hermione."

Hati Hermione seakan diiris-iris. Ia tidak berani menatap Draco.

"Kalau kau mau tahu aku baik-baik saja atau tidak. Jawabannya, iya. Kau tidak perlu memikirkanku. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Bahkan di azkaban sekalipun."

Draco mengambil napas sejenak, "Jadi.. kumohon pergilah."

"Hiks.." suara tangis Hermione seakan tertahan. Ia menyembunyikan wajahnya yang sekarang sudah mulai penuh air mata.

Dengan mata yang basah, gadis itu menatap Draco sendu. Sedangkan yang ditatap lebih memilih mengedarkan pandangannya. Kemana saja, asal tidak bertemu mata Hermione.

Bukan karna dia benci Hermione, bukan sama sekali. Mana mungkin Ia membenci gadis itu. Ia hanya tidak sanggup melihat Hermione menangis.

"Draco.." Hermione mencengkram pagar besi kuat-kuat.

"Aku minta maaf.. untuk malam ini saja, ku mohon." Lirih Hermione.

Akhirnya Draco menoleh. Ia tetap diam sampai Hermione melanjutkan ucapannya.

"Beri aku satu jam untuk bersamamu."

***

Akhirnyaaa chap ini selesai juga, fiuhhh!! Otak smpe ngebul

Maaf ya klp gk nge feel 😢

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

24.8K 2.6K 6
6 tahun bersekolah di Hogwarts, Hermione selalu mendatangi tempat itu. Padang rumput kecil yang tak pernah didatangi oleh orang selain dia dan―Draco...
10.3K 791 26
Wanita itu, lebih suka menyibukkan dirinya sebagai ninja medis dari pada berada di sini, di tengah orang-orang yang putus asa. Nohara Rin yang putus...
857 78 9
NARUHINA FEAT SASUSAKU FANFICTION NARUTO AND HINATA FEAT SASUKE AND SAKURA [SUDAH TAMAT] Genre : samurai, drama, hurt Rating : R- 17+ (violance & pr...
13.3K 1K 6
Draco tidak tahu caranya menangkap snitch yang terbang mengitari perutnya kala melihat gadis itu, tidak yakin pula bagaimana caranya memenangi pertan...