Soprano Love [COMPLETED] SUDA...

Av MargarethNatalia

3.3M 81.8K 1.5K

[COMPLETED random private . Follow first to read all part of story] Bisa kalian dapatkan di toko buku terdeka... Mer

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Preorder Soprano Love

Part 12

58.7K 3.9K 47
Av MargarethNatalia


Dua hari setelah ia menangis dengan sangat memalukannya didepan Thalia, Avelyn berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menemui gadis itu untuk sementara waktu karena baginya hal ini adalah hal yang sangat memalukan.

Bagaimana mungkin ia menangis di depan Thalia?

Beberapa kali Avelyn mengutuk kelemahannya dan ia bahkan tidak mau keluar dari apartemennya karena sedang tidak mood untuk bertemu dengan orang banyak, hingga ponselnya mendadak berbunyi dan nama Bryan tertera sangat besar di layar ponselnya.

"Avelyn speaking"

"Halo sayang, mau bersenang-senang?"

"Tidak" jawab Avelyn cepat dan hendak mematikan sambungan teleponnya

Namun Bryan langsung berteriak dengan suara lantang. "Wait!"

"Ucapkan apa yang ingin kau katakan dan biarkan aku sendiri. Okay? Aku berikan waktu lima menit untuk mendengarkan celotehanmu, Bry"

"Sepertinya kau sangat badmood hari ini"

"Satu menit berjalan Bry"

"Iya, iya. Ini aku sedang ingin menjelaskannya kepadamu" gerutu Bryan kesal. "Jadi, apa kau mau membantuku? Karena ada client penting yang biasanya sering mampir ke club milikku. Dia ingin bertemu denganmu dan berkencan sekali. Bagaimana?"

"Ajak saja gadis lainnya. Aku sedang tidak mood"

"Oh ayolah, sudah dua hari kau mengurung diri di apartemen. Kau pikir itu sehat? Nikmati hidupmu, Lyn, bukankah kau sendiri yang bilang kalau berbelanja dan menghabiskan waktu bisa membuatmu melupakan beban pikiranmu untuk sementara"

Avelyn menghela nafas panjang

Ia bukannya tidak ingin keluar, hanya saja Avelyn merasa lelah. Ia lelah terus mengenakan topeng tersenyum yang terus terpasang erat di wajahnya setiap hari, setiap jam dan setiap menitnya. Avelyn ingin melepaskan topeng sialan itu.

Walaupun ia tahu tidak akan ada yang selesai hanya dengan mengurung diri saja. Hanya saja, inilah yang terbaik. Avelyn membutuhkannya dan Bryan seharusnya mengetahui hal itu.

"Aku sedang tidak mood, Bry. Aku ingin sendirian"

"Aku tahu karena itulah aku menyuruhmu untuk membantuku. Nikmati makan siang dengannya dan pulang ketika kau tidak lagi menikmati kencanmu. Simple bukan? Just go, girl"

"Aku bisa pulang ketika aku menginginkannya?"

"Anytime, baby"

"Dan kau tidak akan marah kepadaku kalau mendadak aku meninggalkan client sialan-mu itu?"

"Screw with that client, Lyn. Keinginanmu adalah yang terpenting bagiku, go and enjoy yourself. Tapi jangan lupa segera hubungi aku kalau pria tua itu berani memperlakukanmu dengan buruk. Aku akan mengigit burungnya yang kecil dalam satu gigitan hingga putus dan dia akan-"

"Hentikan pembicaraan mengenai organ tubuh, Bry!" tegur Avelyn dan mulai tersenyum ketika mendengar candaan Bryan yang tidak pada tempatnya

"Jadi, kau akan pergi?"

Avelyn menghela nafas panjang, ia mendongak untuk melihat langit-langit kamarnya, Lalu menjawab, "kau tidak akan berhenti sampai aku menyetujuinya bukan?"

"Aku tidak mau kau berakhir menjadi orang sinting yang tidak keluar dari kamar selama berhari-hari, Lyn. Ingat, aku tidak mau memiliki sahabat gila"

"Okay, aku pergi. Biarkan aku bersiap-siap setengah jam dan aku akan menemui pria itu"

"Aku akan memberikan alamatnya melalui email, enjoy your day" ucap Bryan dan segera menutup sambungan telepon.

Sementara itu Avelyn diam-diam harus menyetujui bahwa apa yang dikatakan oleh Bryan ada benarnya juga. Karena ia sudah bersikap seperti orang gila selama dua hari ini. ia tidak makan dan tidak melakukan apapun selain berbaring seperti orang sakit.

Well, kalau memang ia bisa melupakan segalanya walaupun untuk sejenak, kenapa tidak? All of it worth to try

Avelyn masuk kedalam salah satu gedung tinggi yang berada di Street Avenue , ia tidak suka melakukan ini tapi tetap saja ia melakukannya. Dan ketika seorang pria setengah baya yang seharusnya menjadi ayahnya malah memeluknya dari belakang dan mengecup lehernya sekilas, Avelyn tidak merasakan apapun

Ia jijik tapi tidak mengatakannya

"Kau mau makan siang dimana, sayang?" tanya pria tua itu-yang sayangnya Avelyn tidak ingat siapa nama klien-nya ini.

"Terserah"

Kemudian Avelyn membalikkan tubuhnya, membiarkan lengan keriput pria itu melingkar di pinggangnya. Ia bisa merasakan tatapan dari beberapa pengunjung di gedung itu. Apalagi ketika Avelyn dan pria itu masuk ke dalam salah satu restaurant jepang yang ada di sana.

Semua orang memandangnya. Melihatnya seperti orang yang aneh.

Atau seperti pelacur.

Tapi Avelyn berusaha mengabaikan tatapan itu. Mungkin dia memang pelacur atau wanita murahan yang berada dibawah pelacur, entahlah. Ia tidak memusingkan hal itu.

Namun ketika ucapan pria tua itu semakin jauh dan mulai menyenggol kata 'kamar', Avelyn bangkit dari kursi dan tersenyum lembut sekilas, "maaf, aku mau ke kamar kecil dulu"

"Baiklah, jangan lupa segera kembali"

Avelyn mengangguk dan segera melangkahkan kakinya menjauh dari restaurant itu. Diam-diam ia keluar dari pintu lain yang digunakan oleh staff.

Ia mengabaikan tatapan serta pertanyaan dari beberapa staff restaurant itu, tapi ia tidak perduli. Mungkin ia bisa saja berjalan dan kencan dengan pria tua selama pria itu memiliki uang. Tapi ia tidak akan tidur dengan pria semacam itu, kecuali Bryan.

Karena pria itu tidak pernah membuatnya jatuh cinta.

Dengan cepat ia melangkahkan kaki dan tanpa sadar menabrak seseorang yang berada didepannya, seorang anak kecil yang tersungkur dan berusaha bangkit berdiri. Avelyn berjongkok dan membantu anak kecil itu bangkit. "Maafkan aku, kau baik-baik saja?"

Anak kecil itu memiliki mata abu-abu terang yang jarang ditemukannya ketika Avelyn masih berada di Indonesia, "iya, maaf aku malah menabrak kakak"

Avelyn menggeleng, "Apa kau terluka?"

"Tidak, aku rasa tidak" jawab anak itu ceria dan mendadak Avelyn merasa anak itu menarik rok-nya seakan memintanya untuk mendekat kearahnya.

Ketika Avelyn mengikutinya, anak itu menatapnya dengan tatapan yang tidak dimengerti Avelyn. Dengan gelisah ia menelan saliva-nya dan menahan dirinya agar tidak segera berjalan dari tempat itu. Tidak.. kau bukan pengecut Avelyn.

"Kak..."

"..."

"Kenapa kakak berwajah seperti itu?"

Avelyn mengerutkan keningnya dengan bingung, "aku tidak mengerti. Memangnya aku berwajah seperti apa?" tanyanya dan sebelah tangannya memeriksa sisi wajah dengan cara mengelusnya. Namun sepertinya ia tidak mendapatkan keanehan apapun.

Anak itu menggeleng dan menatap Avelyn dengan tatapan itu lagi.

"Kenapa kakak berwajah seakan-akan seluruh dunia menghukum kakak?"

Ucapan itu membuat Avelyn terjatuh, dan ia menatap anak itu dengan canggung. Avelyn, tersenyum dan katakan kalau kamu tidak mengerti apa yang dimaksud anak ini dan segera pergi dari sini. Namun ia tidak bisa melakukannya.

Ia juga tidak tahu kenapa, tapi Avelyn bahkan tidak bisa memaksakan senyumannya seperti biasa. Seluruh tubuhnya bergetar dan nafasnya menjadi putus-putus. Dan ketika tangan kecil anak itu mengelus lengannya, Avelyn merasa takut, jadi ia mendorong anak itu hingga terjatuh sementara Avelyn bangkit berdiri

"Dasar anak aneh!" desis Avelyn dan segera melangkahkan kakinya dari tempat itu.

Entah bagaimana, Avelyn berhasil berjalan cepat memasuki kembali restaurant jepang tadi dan menabrak seseorang dengan kencang. Ia bahkan mendengar orang yang ditabraknya mengumpat kepadanya.

"Maafkan aku" ucap Avelyn dan menatap pria itu kemudian ia terkejut.

Warren.

Pria itu adalah pria terakhir yang ingin ditemuinya setelah beberapa hari ia berhasil menghindar dari pria itu serta Thalia. Dan sekarang pria itu berada didepannya, mengusap lengannya dan menatapnya dengan dingin.

Avelyn menarik nafas panjang dan sialnya, ia malah menghirup aftershave pria itu yang membuatnya bergetar. Dan lagi otot bidang pria itu tercetak dengan jelas dari balik kemeja yang dikenakannya, yang paling parahnya lagi, Avelyn bisa melihat rahang kokoh pria itu yang terlihat sexy dimatanya. Sialan, lebih baik kau berhenti bernafas, Lyn!

"Aku tidak sengaja menabrakmu" jelas Avelyn, entah kenapa ia merasa harus mengatakan atau menjelaskan sesuatu

"..."

"Maafkan aku" ucap Avelyn lagi

Ia melihat pria itu menegakkan tubuhnya dan menatap kearahnya seperti mencemooh. Avelyn berusaha tidak memperdulikan tatapan itu walaupun sebenarnya ia sangat memperdulikannya. Entah kenapa, ia memperdulikan arti tatapan pria itu.

"Jangan repot-repot meminta maaf padaku, lebih baik kau segera kembali pada kekasih tua-mu itu karena nampaknya pria itu sudah terlalu lapar untuk menelanmu"

"..."

"Aku tidak bermaksud untuk menggurui kehidupan sex-mu, tapi bukankah terlalu sembrono kalau kau berharap mendapatkan kepuasan dari pria tua seperti itu, walaupun tentu saja aku tahu kalau dompetnya sangat tebal"

Tangan Avelyn terkepal tapi ia tidak berniat menjawab apapun

"CEO dari Time, huh? Kau hebat juga memiliki kekasih seperti itu"

"..."

Avelyn menggertakkan giginya, dengan tak acuh ia menyingkirkan rambutnya kebelakang pundak dan menatap Warren dengan tatapan datar seperti biasanya. "Kau peduli? Aku tidak tahu kalau kau sebegitu pedulinya dengan kehidupan seksualku"

"Aku tidak perduli"

"Kau bisa saja mengatakan hal itu, Vasquez, tapi aku tahu kau peduli, kalau kau tidak peduli untuk apa kau repot-rpeot menguliahiku mengenai kehidupan seksual yang baik dan benar"

"Aku tidak perduli dengan kehidupan seks sialan-mu itu, Avelyn. Aku hanya jijik dan kasihan padamu karena nampaknya kau tidak merasa puas dengan kehidupan seksualmu"

"Apa maksud perkataanmu itu?"

Warren mengendikkan bahu tak acuh dan membalas tatapan Avelyn dengan datar seperti yang dilakukan pria itu. "Kita berdua tahu apa yang aku maksudkan. Apa kau mau aku mengatakannya dengan jelas?"

"..."

"Kau terlalu depresi untuk mendapatkan pria yang menginginkanmu. Depresi terhadap pria kaya yang mau menghidupi kehidupan glamour-mu. Dan apa yang kau dapatkan? Kepuasan seksual?"

"..."

"Kau terlalu menyedihkan hingga aku tidak bisa lagi merasa kasihan padamu, Avelyn"

Jangan merasakan apapun, Avelyn, kau tidak mendengar apapun...

Setelah mengatakan kalimat itu sebanyak empat kali pada dirinya sendiri, Avelyn berhasil mempertahankan mimik datarnya dan berkata, "kau bisa berpikir apa yang kau inginkan, Warren Vasquez. Itu hakmu untuk berpikir mengenaiku dan kehidupan seksualku, tapi itu hakku juga untuk menjalani kehidupan seks yang menjijikan di matamu"

"..."

"Maaf kalau ternyata kehidupan seksku malah membuatmu sampai repot-repot mengasihaniku, tapi kau tidak perlu perduli dengan kehidupanku sama seperti aku yang tidak pernah perduli mengenai siapa yang kau tiduri, pelacur mana yang beruntung atau gadis kecil mana yang dengan senang hati membuka kedua kakinya untukmu"

"Kau-"

"Aku tidak perduli. Kita sama. Kau tidak perduli denganku, dan aku juga tidak perduli denganmu. Jadi kita tidak perlu saling merecoki hidup satu sama lain"

Pergi, Avelyn, sekarang!

"Permisi, Vasquez" gumam Avelyn dingin dan membalikkan tubuhnya menjauhi restaurant itu. Ia tidak ingin lagi melanjutkan kencan buta konyol yang sengaja dibuat Bryan hanya untuk membuatnya senang karena pada kenyataannya ia sama sekali tidak merasakan apapun.

Biasanya dengan berbelanja akan membuat hatinya sedikit terobati tapi tidak kali ini. Ini adalah kencan terburuk yang pernah dialaminya.

Dan Warren adalah hari terburuk baginya.

Pria itu hanyalah hari buruknya dan Avelyn berharap tidak ada lagi hari seperti ini. Tidak lagi... Ia tidak ingin berhadapan dengan Warren, ia tidak mau melihat tatapan kebencian pria itu dan ia tidak mau menjadi sosok yang tidak diinginkannya.

Pergi dan lari dari tempat itu bukan berarti membuat Avelyn merasakan ketenangan. Tidak, alih-alih merasakan itu, ia malah merasa sangat terpukul dengan ucapan Warren setengah jam yang lalu.

Sialan, pria itu tidak berhak menggurui kehidupannya.

Avelyn melangkahkan kakinya menjauh, meninggalkan gedung yang dimasukinya tadi. Dan ia menatap seorang wanita cantik yang berumur pertengahan empat puluh tengah membawa barang begitu banyak dan sialnya lagi kantung belanjaannya putus sehingga membuat belanjaannya berserakan.

Jangan pedulikan orang itu, Lyn.

Ia seharusnya tidak perduli, tapi Avelyn malah mendekati wanita itu. Avelyn mulai membungkukkan tubuhnya ketika sudah berada didekat wanita itu, mengambil barang yang jatuh satu persatu dan kemudian menegakkan tubuhnya.

Avelyn selalu membawa kantung kertas yang dibawanya diam-diam di dalam tas untuk keperluan mendadak dan setelah memasukkan barang belanjaan itu kedalam kantung, ia menyodorkannya kepada wanita itu

"Ini, sepertinya semuanya sudah di dalam"

Wanita itu menatap Avelyn dengan tatapan tidak percaya, tapi itu hanya beberapa detik lamanya, karena detik kemudian wanita itu menggenggam tangan Avelyn dengan ringan dan lembut serta mengusapnya beberapa kali.

"Terima kasih, aku tidak tahu kalau tidak ada kau di sini" ucap wanita itu dengan penuh syukur

Avelyn mengangguk pelan, "tidak ada saya pun, akan ada banyak orang yang membantu anda, miss" Setelah melihat tangan wanita itu memegang kantung belanjaan yang disodorkan Avelyn, ia berkata lagi,"kalau begitu saya permisi dulu"

"Wait a minute!"

Avelyn menoleh bingung

"Apa kau sedang sibuk sekarang?" tanya wanita itu dengan lembut

Untuk sesaat Avelyn merasa bingung dengan apa yang harus dijawabnya, namun ia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan wanita itu. Dan wanita itu tersenyum lebar sehingga menampakkan sederetan gigi putih-nya.

"Kalau begitu apa kau tidak keberatan untuk menghabiskan waktu bersama wanita tua sepertiku?"

"..."

"Kalau kau sibuk-"

"Aku tidak sibuk" jawab Avelyn cepat dan ia menggigit kecil bibir bawahnya sebelum memutuskan untuk mengatakan hal yang sebenarnya, "tapi aku tidak mengerti kenapa anda mau menghabiskan waktu dengan orang yang tidak anda kenal"

Wanita itu mengangkat bahunya tak acuh, "karena aku ingin menghabiskan waktu bersamamu. Hanya itu alasannya"

Alasan yang aneh, batin Avelyn.

Tapi ia cukup sopan untuk tidak mengatakan hal itu, Avelyn masih menatap bingung kearah wanita cantik itu dan memasang wajah datarnya. "Aku tidak mengerti alasan anda miss, tapi aku sedang bosan dan nampaknya tidak buruk kalau berjalan bersama anda"

"Nah, kalau begitu bagaimana kalau kita ke Avenue Street? Kita bisa makan bersama dan berbelanja" gumam wanita itu dengan senyum lebar lalu ia menoleh kearah Avelyn dengan semangat. "Apa kau suka dengan makanan jepang?"

Avelyn mengangguk

"Kau suka dengan ramen?"

"Ramen pedas?"

"Kau bisa memilih level pedas yang kau inginkan" jawab wanita itu dengan senyum lebar.

Dengan cepat Avelyn tergelak dan tersenyum kecil. "Aku akan memilih level terpedas dan berharap tidak ada satupun dari kita yang akan masuk rumah sakit karena sakit perut nantinya"

"Tidak mungkin"

Kemudian wanita itu tersenyum dan menggandeng tangan Avelyn dengan santai seakan-akan Avelyn adalah anak perempuannya. "Namaku Ivy, kau bisa memanggilku dengan nama saja"

"Aku Avelyn" jawabnya singkat

Ia merasa jengah karena Ivy wanita yang baru dikenalnya menggandeng tangannya dengan begitu lembut, bahkan wanita itu menariknya ke Avenue Street, memperkenalkan beberapa barang branded yang sering dibeli Ivy serta melihat-lihat perhiasan.

Walaupun sebenarnya Avelyn sudah terbiasa dengan semua itu, tapi berjalan serta berbelanja dengan wanita yang seumuran dengan ibunya bukan merupakan kejadian biasa yang sering dilaluinya. Ini pertama kalinya Avelyn melakukan hal ini.

Ini seperti seakan-akan Avelyn sedang berbelanja bersama ibunya-sesuatu yang tidak pernah dilakukannya sebelumnya.

Ketika Ivy sudah merasa lelah, ia membawa Avelyn duduk di satu house kafe yang menyajikan kopi yang sangat terkenal. "Seharusnya kita membeli satu pasang kalung berwarna biru tadi, bukankah kalung itu sangat cantik?" tanya Ivy sambil meminum vanilla latte-nya.

Avelyn tersenyum kecil dan mengangguk.

Disela-sela obrolan mereka, tatapan Avelyn tertuju pada satu keluarga lengkap yang terdiri atas ayah, ibu serta anak yang masih kecil tengah duduk di seberang mereka sambil meminum kopi yang sepertinya dipesan berbeda oleh mereka.

Keluarga itu terlihat harmonis sehingga membuat tatapan Avelyn terpaku begitu saja. Ia bahkan tidak mengingat kalau ia sedang bersama Ivy.

Keluarga kecil yang sangat diinginkan Avelyn. Jangan bodoh, Lyn, itu semua tidak akan terjadi.

Ivy bisa melihat tatapan Avelyn, ia ikut menoleh kearah yang dilihat gadis itu dan tersenyum. "Kau sangat menyukai keluarga seperti itu ya?"

Avelyn tidak menjawab.

"Bagaimana dengan keluargamu sendiri? Apakah sama seperti keluarga di sana?" tanya Ivy dengan senyum lebar yang tidak ditutup-tutupinya.

Tidak, keluargaku tidak sama seperti keluarga bahagia itu.

Pernyataan serta pertanyaan itu mampu membuat Avelyn kembali pada kenyataan. Keluarga seperti itu tidak akan pernah menjadi miliknya. Jangan bermimpi, Lyn, kamu hanya akan menyakiti dirimu sendiri. "Keluargaku tidak seharmonis itu"

Ketika Ivy ingin mengatakan hal lain, mendadak Avelyn mengubah topik pembicaraan dengan sengaja berkata, "bagaimana dengan keluargamu sendiri, Ivy?"

"Kau tidak ingin membicarakannya dengan aku ya?"

"Membicarakan keluargaku dengan orang yang baru saja aku kenal? Maaf, sepertinya itu tidak mungkin, karena aku jarang membicarakan diriku kepada orang lain" jawab Avelyn dingin namun dengan senyum yang sengaja diperlihatkannya

"Apa kau terbiasa melakukan hal ini, Lyn?"

"Melakukan apa?"

Ivy menggenggam tangan Avelyn yang bebas dan berkata, "berbohong pada dirimu sendiri dan menyakinkan dirimu sendiri serta bersikap tidak perduli"

Mendadak satu pertanyaan terlintas begitu saja di benak Avelyn setelah wanita di depannya mengucapkan satu kalimat itu. Kenapa dalam satu hari ini ia bisa bertemu dengan orang yang bisa melihat kedalam hatinya? Membacanya dengan mudah seakan-akan ia adalah kertas?

Seharusnya...

Seharusnya tidak ada yang mengetahui hal tersebut kecuali dirinya sendiri. Well, nampaknya kau sudah gagal memakai topengmu, Lyn, karena aku bahkan bisa mendengar suara retak dari dinding yang kau bangun selama ini.

TBC | 25 September 2016 republish

Fortsätt läs

Du kommer också att gilla

Streaming Av Dy

Fanfiction

601K 113K 46
Bermula dari BJ mukbang yang memakai topeng Iron Man ketika siaran, rasa penasaran Jeon Jungkook tergugah. Ia bertekad akan menemui gadis itu suatu h...
511K 55.9K 25
(PART TIDAK DIHAPUS) Glacie : Aku pernah mencintainya. Sekarang, mungkin aku masih mencintainya. Aku menikahinya bukan karena kesepian. Dia laki-laki...
1.2M 10.2K 22
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
1.2M 56.2K 67
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...