Another Way to Destroy The Wo...

De aulizas

50.8K 6.5K 1K

[15+] Jauh di masa depan, musim dingin panjang telah berakhir dan keadaan bumi sudah hampir kembali ke sedia... Mais

Prolog
1. Iova dan Kotanya
2. Akai dan Koleganya
3. Iova dan Penyelinapannya
4. Iova dan Misinya
5. Iova dan Pria Botak
6. Dae dan Sumpahnya
8. Dae dan Fobianya
9. Eunah dan Sebuah Kisah
10. Iova dan Teman Barunya
11. Akai dan Perasaannya
12. Dae dan Dugaan Langit
13. Eunah dan Pelariannya
14. Iova dan Pantulannya
15. Akai dan Masa Lalunya
16. Eunah dan Gua Ali Baba
17. Dae dan Sang Doa
18. Akai dan Penampungan
19. Iova dan Si Kacamata
20. Eunah dan Perjalanannya
21. Dae dan Tiga Pilihan
22. Iova dan Permintaan Bangsawan
23. Iova dan Mata Super
24. Akai dan Tawaran Riri
25. Eunah dan Tetangga Baru
26. Akai dan Para Monster
27. Akai dan Pengalaman Mereka
28. Iova dan Pertemuan Bangsawan
29. Akai dan Pelayan Xanx
30. Iova dan Salam Perpisahan
31. Eunah dan Sebuah Rahasia
32. Eunah dan Pelariannya (Lagi)
33. Eunah dan Ayahnya yang Super
34. Dae dan Masa Depan
35. Dae dan Cameron serta Tuan Kincaid

7. Eunah dan Pertemuannya

1.3K 209 16
De aulizas

Eunah terdiam. Dia hanya menatap punggung Dae yang terus menjauh darinya. Lantas, dia menoleh ke arah tanah kosong, menatap pohon kekuningan di sana. Ujung sepatunya mengetuk-ngetuk tanah. Pikirannya tengah penuh pertimbangan.

Eunah mungkin bisa kembali besok, tetapi itu berarti dia telah melewatkan satu malam yang berharga dan hari menuju pertandingan akan semakin dekat. Bukan berarti Eunah ragu akan keahlian Dae dalam taekwondo. Dae adalah salah satu pemuda berbakat di Kota Yuza. Eunah hanya ingin Dae tidak mengutarakan pikiran negatif terus menerus tentang dia mungkin akan kalah atau sikapnya yang gampang malu karena sesuatu. Sebab Eunah tahu kalau perkataan adalah doa.

Apakah cara Eunah salah? Dia menghela napas, kemudian menggaruk kepalanya yang tak gatal. Apa salahnya bertemu dengan salah seorang Kaum Bawah? Dae begitu bodoh karena melewatkan kesempatan seperti ini.

Eunah melangkah memasuki lahan kosong tanpa pembatas itu. Rerumputan tebal sangat empuk di kakinya. Dia mendekat ke arah pohon berdaun kekuningan dan meraba-raba akar banir di sana. Setelah menemukan tuas, Eunah menunggu hingga matahari benar-benar terbenam--rasanya lebih dramatis bila melakukannya seperti itu, kemudian memutar tuas tersebut. Sebuah lubang kecil berukuran manusia muncul pada akarnya. Eunah dengan cepat memasukinya.

Eunah menemukan lubang ini sekitar dua minggu yang lalu, ketika dia berusaha kabur dari kejaran orang-orang berpakaian hitam. Sebenarnya, setelah Eunah pikir-pikir, dia heran kenapa lari dari orang-orang yang bahkan belum tentu benar-benar mengincarnya. Kebetulan saja mereka terlihat seperti pasukan intelijen suatu kelompok. Lagi pula, Kota Yuza merupakan kota yang tenang serta aman atau seperti itulah predikatnya selama pemerintahan raja terakhir.

Yuza berasal dari salah satu bahasa kuno yang berarti permukaan, kota pertama yang didirikan oleh Kaum Atas setelah kembali dari bawah tanah. Setelah itu, Kaum Atas mulai menyebar dan membangun kota-kota baru. Setidaknya ada sekitar empat kota besar di benua ini, yaitu Kota Yuza, Kota Ust, Kota Dan, dan Kota Lumah. Setiap kota dipimpin oleh presiden, kecuali Yuza yang masih mempertahankan sistem pemerintahan monarki.

Sewaktu manusia mengungsi ke bawah tanah, mereka hanya membawa sekitar 3% dari budaya yang ada. Contohnya bahasa, hingga saat ini hanya ada lima bahasa yang berhasil selamat dari bencana besar. Atau ilmu bela diri, taekwondo merupakan salah satu dari empat ilmu bela diri yang selamat. Kebanyakan seni seperti tari-tarian, lagu daerah atau upacara khusus menghilang. Namun, para arkeolog, ahli mesin, dan ilmuwan-ilmuwan dari berbagai cabang ilmu masih mencari data-data kuno untuk menyelamatkan budaya-budaya lain.

Sesungguhnya, Eunah terlalu malas untuk mencari tahu akan kehidupan manusia sebelum musim dingin panjang andai ibunya bukanlah seorang penggila sejarah--Nyonya Kincaid adalah dosen sejarah di sebuah universitas Kota Yuza. Eunah menjadi tertarik dengan Kaum Bawah sekitar sebulan yang lalu, ketika sang ibu mengajaknya ke satu situs sejarah, Lubang Perubahan namanya.

Tempat itu berjarak sekitar 78 kilometer dari Yuza, sekitar arah barat daya dekat pegunungan Andes. Lubang Perubahan dapat terlihat jelas dari pintu masuk situs. Jadi, bahkan tanpa masuk ke daerah situs pun kita sudah bisa menyaksikan salah satu tempat awal mula sejarah permukaan. Eunah tak membutuhkan pemandu wisata, karena sang ibu sudah menjadi pemandu wisata baginya. Bahkan jauh lebih asyik karena dia bisa tertawa karena tingkah aneh ibunya ketimbang pemandu wisata yang kebanyakan berbicara dengan nada monoton.

"Manusia pertama yang menginjakkan kaki di permukaan bernama Abdu Irwan," kata ibu Eunah saat itu. "Orangnya penuh semangat, sangat percaya diri, dan berani, tetapi saat tak sengaja menginjak ekor sigung dia berteriak setengah mati." Wanita berambut hitam itu tertawa terbahak-bahak, begitu pun Eunah yang melihat raut ibunya menirukan wajah ketakutan.

Mendengar tawa kakak dan ibunya, Dae malah menghela napas. "Aku tidak mengerti pikiran wanita. Coba bayangkan bagaimana kalau Tuan Irwan tidak selamat setelah menginjak ekor sigung. Dia bisa saja salah langkah, kemudian terjatuh dari tebing itu dan tewas seketika. Setelah itu sigung dinobatkan sebagai hewan paling berbahaya sedunia karena berhasil membunuh orang penting. Kemudian, hewan kecil itu malah dimusnahkan selamanya dan--"

"Cukup, Dae," potong Eunah. "Katakan saja intinya agar Eunah langsung mengerti." Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Maksudku, seharusnya kita bersyukur karena dia dapat turun dengan selamat dari tebing itu."

Eunah memutar mata tak peduli. "Lalu, apa yang terjadi, Bu?"

Sang ibu tersenyum lebar. "Coba tebak? Untuk mempertahankan diri, sigung itu mengeluarkan senjata khasnya dan Abdu serta teman-temannya terbatuk-batuk, lalu berlari menuruni tebing untuk mencari udara segar." Wanita itu menghela napas. "Nah, Ibu juga belum pernah mencium bau sigung, tetapi berkat Abdu dan orang-orang pertama lainnya, kita tahu kalau sigung adalah hewan yang patut diperhitungkan."

Dae mengangguk-angguk setuju. "Ya, itu benar. Bau sigung juga dapat menyebabkan kebutaan. Bukankah Tuan Irwan beruntung karena dia masih dapat melihat hingga umurnya 76 tahun tanpa iritasi berarti pada kedua matanya? Bayangkan saja jika Tuan Irwan terkena semprotan itu secara langsung, dapat dipastikan orang yang berjasa besar atas Kaum Atas adalah seseorang yang cacat karena menentang petinggi Kaum Bawah terdahulu. Orang-orang primitif itu akan semakin memperketat larangan untuk ke permukaan. Akhirnya, Kota Yuza tak pernah terbentuk." Dia melirik pada Eunah. "Dan kau, atau bahkan ibu tak pernah terlahir ke dunia."

"Eunah tidak bertanya pada Dae," ucap Eunah dengan kedua alis bertaut. "Lagi pula, Dae harus berhenti mengucapkan hal-hal yang tidak penting."

"Aku hanya mengeluarkan pendapat. Maksudku, sekalipun Yuza menerapkan sistem kerajaan, tidak ada larangan bagi rakyatnya untuk mengeluarkan suara mereka."

Pembicaraan itu mungkin akan berubah menjadi perdebatan panjang andai sang ibu tidak berhasil melerai mereka, lalu mengajak kedua anaknya untuk pulang ke rumah. Walau begitu, Eunah merasa semakin penasaran dengan Kaum Bawah. Ingin sekali ia berkunjung ke Kota Bawah Tanah dan melihat sebuah kota yang tak pernah diterangi sinar matahari.

Dan, jika Eunah tidak pernah menemukan lubang ini ... Eunah meneguk liurnya sendiri. Dia tidak ingin memikirkan kemungkinan itu. Eunah bukan Dae.

Gadis itu segera menuruni tangga berkarat di balik pintu yang ujungnya mengarah ke sesuatu yang cukup licin. Eunah duduk, mengambil posisi paling nyaman dengan meluruskan kaki. Setelah menarik napas dan menghembuskannya perlahan, dia mendorong tubuhnya. Eunah mulai meluncur ke bawah dengan kecepatan konstan. Untung saja dia bukan Dae yang kemungkinan besar akan berteriak setengah mati hingga memekakkan telinga.

Lima meter, sepuluh meter, dua puluh meter, Eunah terus ke bawah. Pantatnya mulai terasa panas, tetapi dia tidak bisa berhenti. Sekali meluncur di sini, Eunah tak dapat kembali karena pintu keluar hanya berada di ujung perosotan.

Ketika luncuran itu mulai mendatar dan mata Eunah menemukan pendaran hijau di ujung, senyum Eunah merekah. Akhirnya, dia tiba. Setelah seminggu berlalu, Eunah kembali ke tempat ini.

"Tuan Wicked!" panggil Eunah ketika kedua kakinya telah berpijak. Tangan kanannya menemukan gagang pintu yang terasa sangat kasar di tangannya. Perasaannya mengatakan bahwa ini akan menjadi hal hebat. Pintu setinggi dua setengah meter itu pun terbuka, Eunah melangkah masuk ke dalam.

Ruangan itu berupa gua dengan lampion-lampion hijau buram yang melayang pada langit-langitnya. Kumpulan buku-buku tua bersusun di atas rak-rak dari kayu berwarna gelap pada sepanjang dinding.

Sekitar tujuh meter dari Eunah, seorang pria bertubuh gempal sedang berusaha berdiri dibantu oleh seorang anak perempuan. Dari tinggi dan perawakannya, umur anak itu mungkin tidak beda jauh dengan Eunah, sekitar lima belas atau empat belas tahun. Bedanya, anak itu berambut hitam legam dan kulitnya sepucat mayat, sementara Eunah berambut amber terang dan kulit secerah jeruk matang. Mata violet anak perempuan itu pun sepertinya tak lazim. Eunah merasa ada sesuatu yang aneh padanya. Namun, dia memilih untuk tidak memedulikannya.

"Ya, ampun, Eunah juga?" kata pria itu panik. "Ada apa dengan malam ini?" Pria itu menggaruk-garuk kepalanya yang gundul.

Anak perempuan di hadapan pria itu mengerjap-ngerjap. "Siapa dia, Tuan Wicked?"

"Ah," Tuan Wicked mengambil cangkirnya dari lantai dan meletakkannya di atas meja kayu yang tak jauh darinya, "perkenalkan dia Eunah Kincaid," kata Tuan Wicked pada anak perempuan itu. Dia menoleh pada Eunah, "Dan Eunah, perkenalkan ini Iova Surahan."

Mereka berdua saling mendekat dengan penuh keraguan. Namun, saat keduanya berjabat tangan, senyum ramah menghiasi bibir masing-masing. Sekalipun kulit Iova terasa lebih dingin dari tangan dan tubuh Tuan Wicked, Eunah tahu kalau anak ini mungkin anak yang asyik baginya untuk berteman. "Eunah berasal dari Kota Yuza di permukaan, dan Iova berasal dari Kota Bawah Tanah."

Mendengar itu, mereka berdua saling tatap tak percaya. Eunah bahkan menarik tangannya untuk menutup mulut.

"Eunah bertemu dengan alien lain?" katanya setengah berbisik.

Iova mengernyitkan dahi. "Alien itu apa?"

Gadis berambut amber itu menelengkan kepala. "Surahan tidak tahu alien?"

Yang ditanya hanya menggeleng.

Tuan Wicked tertawa di belakang Iova, perut gempalnya naik turun. "Kemarilah, anak-anak," panggil Tuan Wicked. Eunah dan Iova menoleh bersamaan pada pria itu. "Mari berbicara sambil memakan biskuit."

Mereka bertiga berjalan ke sisi lain gua, sebuah ruangan di balik tirai berwarna gelap. Lantunan musik klasik mulai terdengar ke seluruh penjuru dan Eunah merasa berbunga-bunga dalam hatinya. Dia punya firasat bahwa seribu satu pertanyaan tentang Kota Bawah Tanah yang telah mengendap lama dalam kepalanya karena enggan dijawab Tuan Wicked mungkin akan terjawab oleh gadis ini. Eunah harus berteman dengan dia.

Walau, sekali lagi, hati kecilnya berkata Iova adalah gadis aneh. []

Continue lendo

Você também vai gostar

3.5M 342K 93
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
944K 69.9K 33
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
396K 25.3K 57
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
276K 16.9K 24
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...