Secret Admirer (TAMAT)

Από aylisap

75.6K 4.6K 230

Aku terus melihatnya tanpa batas. Hingga suatu saat aku dijuluki sebagai seorang 'secret admirer' oleh ketiga... Περισσότερα

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
25-END

24

2K 96 1
Από aylisap

 Sementara di negara Amerika. Dimas tengah sibuk-sibuknya menjalani aktifitas sebagai mahasiswa kedokteran.

Bisa dilihat betapa besar perjuangannya untuk bisa masuk disalah satu universitas bergengsi itu dengan jurusan favorit, mengingat dulu di masa putih abu-abu dia dari jurusan sosial.

Bukan tanpa alasan Dimas masuk kedokteran, tapi keinginannya itu sudah bulat dan keinginan itu dimulai dari tekadnya ingin menemukan obat untuk menyembuhkan Feby. Bukan hanya menidurkan penyakitnya sesaat.

Omong-omong tentang Feby, sebenarnya ada sesal yang mendalam dalam benak Dimas karena tidak memberitahu keberangkatannya untuk mengenyam pendidikan di Amerika.

Dia hanya terlalu takut kalau Feby tidak bisa menerima, karena Dimas pernah berkata kalau sejauh-jauhnya kuliah itu di Thailand dan itu mengambil jurusan bisnis bukan kedokteran.

Dimas yang baru saja menyelesaikan mata kuliah terakhir di hari pertamanya masuk kuliah langsung keluar kelas dan menuju kantin, karna sedari pagi dia belum mengisi perutnya. Dia berjalan sembari membawa setumpuk buku yang baru dibagikan.

Dimas memesan beberapa makanan dan satu gelas air mineral kemudian mendudukkan pantatnya di kursi sebelah kanan kantin.

Dia menghela napas panjang sambil memandangi fotonya dengan Feby yang dia jadikan wallpaper handphone. Otaknya berpikir keras untuk menekan tombol dial.

Dimas sangat ingin menghubungi gadisnya. Bahkan Dimas rela jika Feby marah besar terhadapnya. Tapi niat itu diurungkan oleh Dimas.

Dia berpikir belum saatnya menghubungi Feby. Walau hatinya sudah sangat gelisah karena rindu yang terpendam sejak lama.

Saat Dimas tengah menyantap makanan yang sudah dia pesan, tiba-tiba handphone-nya berdering tanda ada panggilan masuk.

Dilayar handphone tertera nama Brian yang menghubunginya. Dimas sempat menyerngit sebelum mengangkat teleponnya, dia heran karena itu adalah kali pertama Brian menghubunginya disaat mereka sudah lama tidak bertemu.

Ada urusan apa? Batin Dimas.

Dimas segera menjawab telepon dari Brian. Banyak suara diseberang sana, bahkan seperti tangisan. Dimas bingung sendiri apa maksud Brian menelponnya kalau tujuannya dia hanya mendengar suara raungan tidak jelas itu.

"Brian?" Dimas coba memulai percakapannya.

Pasalnya dia tidak mungkin langsung mematikan telepon, sedangkan dia masih harus menyelesaikan tumpukan tugas kuliah.

"BRENGSEK!!!" Suara Brian begitu menggema dan sangat keras terdengar ditelinga Dimas.

Hingga membuatnya langsung tersigap berdiri, mulutnya menganga karena tidak percaya apa yang Brian katakan padanya.

Satu kata yang menurutnya cukup kasar untuk diucapkan oleh seseorang yang notabennya tidak ada masalah apa-apa dengan Dimas.

"Cowok BRENGSEK!" Brian kembali menekankan kata kasar itu pada Dimas.

"Sampai kapan lo mau nyiksa Feby HAH?"

Feby? Jantung Dimas berdegup kencang mendengar nama itu apalagi diiringi amarah Brian yang semakin memuncak. Bibir Dimas begitu keluh. Pikirannya kembali tertuju pada gadisnya itu.

Dimas coba mengatur napas sesaat sebelum dia mulai coba membuka suara kembali.

"Fe-Feby kenapa?" Bahkan cara bicara Dimas menjadi gagap. Dia sangat takut dengan jawaban yang akan diberikan Brian atas pertanyaannya.

"Dia kritis Dim." Kini suara Brian yang semula begitu menggebu-gebu mendadak menjadi melemah dan volumenya begitu kecil.

Bahkan Dimas sempat mencerna beberapa saat dua kata tidak jelas yang Brian ucapkan. Hanya terdengar hembusan napas kasar dari Brian setelah itu.

"APA!! Feby KRITIS?" Setelah Dimas mengetahui dengan jelas apa yang dikatakan Brian, kini gantian dia yang berteriak.

Sampai membuat pengunjung kantin yang lain melihatnya penuh selidik dan Dimas menjadi pusat perhatian setelah dia dengan lemas terduduk dilantai, membiarkan tumpukan-tumpukan bukunya berserakan.

❤❤❤

Dimas segera menaiki pesawat dengan tujuan Singapura setelah Brian memberikan alamat lengkap tentang keberadaan Feby.

Disepanjang perjalanan tak henti-hentinya dia mengusap-usap tangannya dengan gusar.

Air matanya pun tak berhenti mengalir. Membuat beberapa pramugari yang menawarinya camilan bingung dan membuat penumpang lainnya bertanya-tanya tragedi apa yang membuat laki-laki muda begitu tersedu-sedu.

"Lo brengsek. Keadaan Feby kayak gini semua gara-gara lo. Kalo lo masih punya hati cepet dateng sebelum lo gak bisa liat dia selamanya. Abis ini gue kirim alamatnya." Itu kalimat-kalimat terakhir Brian sebelum dia mematikan teleponnya.

Kata-kata yang sukses membuat Dimas meraung-raung seperti orang gila di kantin.

Membuat para lautan manusia yang seang berada satu tempat dengannya berkumpul mengelilinginya sembari bertanya-tanya ada apa sebenarnya.

Yang Dimas rasakan saat ini adalah rasa sesak yang begitu dalam didadanya.

Dimas tidak bisa bernapas secara teratur. Matanya begitu sembab. Pakaiannya compang-camping seperti orang habis berkelahi.

Dia tidak peduli akan tatapan-tatapan disekitarnya. Bahkan dia sangat ingin langsung berada di dekat Feby saat ini juga.

Membayangkan bagaimana ucapan terakhir kali Brian saja itu sangat mengerikan bagi Dimas.

Seolah-olah keadaan Feby mencapai puncak terburuknya. Jika yang dikatakan Brian itu benar, maka seumur hidupnya Dimas tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri. Karena orang yang paling dicintai Feby yang justru mengantarkannya pada kehidupan abadinya.

❤❤❤

Para keluarga beserta sahabat-sahabat Feby sudah berkumpul di ruang ICU rumah sakit tempat Feby berbaring. Hiruk pikuk ruangan begitu mencekam. Semua menunjukkan kesedihan mendalamnya.

Roni, Brian dan Angel duduk berdampingan dengan lemas dilantai depan pintu ruang ICU. Masing-masing dari mereka menatap kosong kearah yang berbeda.

Tatapan sendu mereka menggambarkan bahwa telah banyak air mata yang mereka keluarkan untuk menangisi sahabat yang paling mereka sayang.

Seakan tak pernah surut, air mata mereka kembali mengalir deras setelah beberapa dokter berlarian menuju kamar Feby dengan tergesa-gesa.

Orangtua dan para keluarga Feby pun keluar dari ruang ICU. Tidak ada satupun dari mereka yang berjalan dengan tegap. Semuanya penuh dengan linangan air mata. Batin mereka semua tersayat oleh keadaan Feby.

Sesaat ruang ICU terbuka, para dokter ingin membawanya kembali ke UGD. Menampakkan keadaan Feby yang tak berdaya dan mata yang masih terpejam dengan berbagai alat rumah sakit yang menempel pada tubuhnya. Membuat mamanya tidak kuasa meneriaki nama Feby dan seketika langsung kehilangan kesadarannya.

❤❤❤

Dimas tergopoh-gopoh ketika sudah sampai di depan area rumah sakit tempat Feby dirawat.

Berkali-kali dia menabrak beberapa orang yang sedang berlalu-lalang dan beberapa kali terjatuh tanpa sedikitpun menoleh atau mengucapkan kata maaf membuat mereka bersumpah serapah.

Dimas menyusuri lorong demi lorong rumah sakit yang begitu besar, tanpa bertanya terlebih dahulu kebagian pendaftaran untu mengetahui kamar Feby.

Dimas tidak memperdulikan keadaan kakinya yang sebenarnya sangat ngilu akibat beberapa kali bertabrakan dan jatuh tadi.

Setelah lama Dimas menyusuri lorong demi lorong, akhirnya langkah kaki Dimas berhenti ketika kedua bola matanya menatap suasana yang begitu mencekam dihadapannya.

Ada mama Feby yang tergeletak tak berdaya, kak Ten dan para sahabat Feby yang terus berlinang air mata, sang papa yang berkali-kali menekan dada bidangnya seperti menahan rasa sesak dan para orang-orang yang tidak lain adalah kelaurga Feby saling berpelukan untuk sama-sama menguatkan.

Saat kedua kaki Dimas mulai melangkah mendekati mereka, tiba-tiba saja para dokter yang menangani Feby keluar dari ruang UGD. Membuat langkah kaki Dimas kembali terhenti namun jaraknya kini lebih dekat dan Dimas bisa mendengar apa yang dokter bicarakan.

"Kami tim dokter sudah berusaha semaksimal mungkin..," kalimat dokter itu menggantung.

"Lalu dok? Bagaimana keadaan sahabat saya? Dia sadar kan dok? Iyakan dok?" Angel mendekati tim dokter sembari menuntut untuk mengiyakan pertanyan-pertanyaannya. Angel ingin mendengar kalau Feby sekarang sudah siuman dan bisa dia ajak bercengkrama seperti dulu lagi.

"Maaf. Dia sudah pergi dan tenang dialam sana."

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

43.2K 2.7K 39
(TAMAT) (CERITA INI DIBUAT UNTUK DIBACA, BUKAN UNTUK DIPLAGIAT!) . Cerita seorang gadis yang bernama Lanaria Jingga, pendiam, berkacamata, mungil dan...
ARGALA Από 𝑵𝑨𝑻𝑨✨

Εφηβική Φαντασία

5.6M 241K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
Paradise (Segera Terbit) Από piiiiiiuu

Εφηβική Φαντασία

2.4M 133K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
716K 116K 49
"Aku hamil." "Apa?!" "Anak kita kembar tiga," ucapnya dan membuatku membeku. Otakku tidak berjalan, di mana pikiranku? Kenapa rasanya tidak bisa ber...