Agnes pov
"berteman denganku dan rubahlah sikap dinginmu kepadaku. Lalu aku akan memberi tahumu, Niece" ucapku
"beritahu siapa kau sebenarnya, Agnes"
'aku werewolf, Felice' batinku
"bertemanlah denganku dulu" ucapku sekali lagi padanya.
"di dunia ini tidak ada yang namanya teman. Yang ada hanyalah manusia yang bermuka dua"
'tapi aku bukan manusia'
"kalau begitu kau tidak akan pernah tahu siapa aku, Niece"
"sudah cukup! Aku muak dengan panggilan itu! Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?" tanya Felice kepadaku.
"berteman. Hanya itu" jawabku
"teman tidak akan mengancam temannya sendiri"
"tapi kita belum berteman, dan jika aku tidak mengancammu, kau tidak mungkin mengeluarkan sebuah kalimat bukan, melainkan hanya sebuah kata" ucapku sambil memperlihatnya senyum terbaikku.
Felice pov
Kalimat! Bagaimana bisa aku mengeluarkan emosiku di depannya.
Aku seperti ini karena dia mengeluarkan nama panggilan itu. Dari mana dia tau bahwa paman Frans biasa memanggilku Niece, bahkan dia tidak tahu kalau aku memiliki seorang paman.
Tidak ada cara lain, aku harus mengiyakan permintaannya agar dia mau memberi tahu siapa dia sebenarnya.
"baiklah" ucapku
"kita berteman?" tanyanya dengan senyuman.
"iya"
"terima kasih" ucapnya seraya memelukku.
Kenapa dia memelukku, kenapa dia senang sekali berteman denganku, apakah dia merencanakan sesuatu.
"beritahu aku" ucapku tegas kepadanya ketika ia masih belum melepaskan pelukannya.
Agnes melepaskan pelukannya dan menatapku dengan bingung "apa?"
"jangan pura-pura bodoh"
"tapi aku tidak tahu maksudmu... "
"siapa dirimu sebenarny-"
Tet... Tet... Tet...
Bel sialan. Kenapa kau berbunyi sekarang.
"ups... Sudah waktunya istirahat, Felice" ucap nya dengan senyum.
Senyuman itu lagi, lama lama aku muak dengan senyuman itu.
Dia pun berjalan menuju luar pintu uks.
Aku mencegahnya dengan memegang tangannya "katakan siapa dirimu terlebih dahulu"
"wow Felice, tenanglah aku tidak akan kabur. Tapi pertama-tama kau harus mematuhi syarat yang kuberikan padamu. Bagaimana??"
"syarat apa?"
"syarat dalam pertemanan Felice, hanya itu"
Syarat pertemanan?? Dia pasti gila, aku saja tidak percaya adanya teman, apalagi syarat pertemanan. Hal konyol apa itu. Tapi untuk saat ini aku hanya bisa mengiyakannya bukan?!
"baiklah" jawabku
"bagus, syaratku mudah hanya ada dua"
"apa itu?"
"pertama, kau harus percaya padaku dan tidak akan mengkhianatiku, dan... " dia menggangtungkan ucapannya.
"dan apa??"
"ubahlah itu" ucapnya dengan mengacungkan salah satu jarinya ke arah wajahku.
"ubah apa?"
"hufft... Sikap dinginmu itu Felice, ubahlah sikap dinginmu" sambungnya seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
"akan kucoba" jawabku.
Sikap dinginku? Bahkan aku lupa bagaimana rasanya berbicara pada orang lain. Tanpa kusadari sikapku sudah berubah menjadi dingin dengan sendirinya.
"bagus, mungkin kau bisa mulai dengan mengucapkan sebuah kalimat. Atau mengucapkan setidaknya lebih dari satu kata.... Tapi jangan hanya dua kata juga, itu sangat pelit kau tahu" ucapnya dengan mengerucutkan bibirnya.
Lucu sekali ketika ia mengerucutkan bibirnya, tak terasa bibirku membentuk sebuah sudut.
Agnes pov
"hei hei kau tersenyum. Benarkah itu??" ucapku tak percaya.
Dia manis ketika tersenyum, senyumnya walaupun tipis tapi seperti mengeluarkan kehangatan. Ahhh... Cepat hilangkan sikap dinginmu itu Felice.
"tidak, hanya perasaanmu saja" ucapnya
"tidak mungkin aku salah lihat Felice"
"terserah" ucapnya dengan cuek
Sikap itu lagi, bisa-bisa aku membeku karena sikapnya itu.
"aku sudah mensetujui persyaratanmu, sekarang beri tahu aku siapa dirimu sebenarnya" ucapnya
Dia benar-benar tidak sabaran ya. Apakah aku harus bilang kalau aku ini werewolf dan hal itu adalah hal yang biasa bagi packku. Tapi pasti dia akan langsung menganggapku gila. Aku memerlukan waktu untuk membuat alasan.
"emm... Ini sangat panjang Felice. Bagaimana kalau aku menjelaskannya di rumahmu" ucapku membuat alasan.
"kenapa harus dirumahku?" tanyanya.
"rumahku jauh, rumahmu dekat bukan?" jawabku.
'tidak mungkin aku membawamu ke sarang werewolf sekarang bukan'
"darimana kau tau rumahku dekat"
"Felice Peter. Kau bahkan tidak mengendarai apa apa untuk datang ke sekolah, semua orang pasti tahu kalau rumahmu dekat" ucapku.
Ya dia tidak pernah menaiki apa-apa, tanpa di baca pun atau di mata-matai semua orang pasti sudah tau kalau rumahmu dekat, Felice.
"oh, oke"
"bagus, sekarang ayo ikut aku ke kantin" ajakku
"ngapain?"
"ngerampok! Ya makanlah. Aku sudah lapar" ucapku 'dan terlambat berkumpul dengan kakakku'
Aku benar-benar sudah kelaparan, dan sudah seperti biasa, aku harus berkumpul dengan Alex dan Zoe. Untuk membicarakan apa saja, biasanya kami membicarakan permasalahan pack. Tapi, untuk saat ini aku ingin mengajaknya, siapa tau mereka bisa membantuku merubah si gadis dingin ini.
"tidak kau saja, aku tidak ikut"
"entah kenapa walaupun kau tidak mengatakan satu kata saja tapi seakan kalimatmu tetaplah dingin, Felice"
"lalu?"
"lalu, kau mau apa kalau tidak ke kantin, membiarkan waktu berlalu dengan mendengar musik saja"
"ya"
"kau gila?"
"tidak"
"kau tidak lapar?"
"tidak"
"arghhh...." aku frustasi dengan gadis yang satu ini "tidak ada alasan, kau harus ikut denganku ke kantin" aku pun menarik salah satu tangannya dan menggeretnya ke kantin.
"mengapa aku harus ikut ke kantin denganmu?"
"karena kita teman, dan kau harus menemaniku ke sana" ucapku dengan senyum.
Kulihat dia hanya diam dan mengikuti langkahku, bagus karena aku bingung harus berkata apalagi padanya.
***
Alex pov
Kemana adik sialan ini, kenapa dia tidak muncul juga di kantin. Apakah dia berbuat ulah, arghhh...
Aku mengacak rambutku
"hei tenanglah, lex. Dia pasti da-" ucap Zoe terpotong.
"hai kakakku" ucap gadis yang membuatku khawatir. Adik sialan.
"itu dia datang" kata Zoe menenangkanku.
Aku mendongakkan kepalaku "kenapa kau lama sekali adik sialan. Kau tidak berbuat ulah lagi kan. Kalau kau berbuat ulah ayah akan me-" ucapanku terpotong ketika aku melihat sosok seorang gadis di sebelahnya.
Gadis itu Felice. Wow, adikku hebat, cepat sekali dia berteman dengannya.
"hei kak, jangan bengong kau membuatku malu, aku hebatkan" bisiknya seraya mengedipkan sebelah matanya kepadaku.
Aku hanya menutar bola mataku, dan kudengar Zoe tertawa kecil.
"ah perkenalkan, dia Felice, Felice Peter. Temanku" ucap Agnes dengan senyuman penuh bangga.
Kuakui dia hebat, hampir tidak percaya dia bisa menjadikan gadis dingin ini sebagai temannya.
Tunggu, aku tahu kebiasaan Agnes jika dia menginginkan sesuatu. Ahaha, sekarang aku tahu.
"Agnes..." aku memberinya kode untuk mendekat
"kau mengancamnya ya" bisikku dengan menaikkan sebelah alisku.
"hehehe... Sedikit" jawabnya sambil menggaruk kepalanya, yang ku yakin tidak sedang gatal. "tapi yang penting misiku telah selesai" sambungnya sambil mengedipkan matanya, sekali lagi.
"ah iya, Felice perkenalkan yang di sebelak kanan adalah kak Zoe, Zoe Lamberg. Dan di sebelah kirinya.... "dia menggantungkan kalimatnya.
"aku menyesal mengatakan ini. Dia Alex Neardy, ka- kakakku" sambungnya.
Tbc...
Author baru sadar kalo di chapter sebelumnya banyak typonya ╯﹏╰
Maaf ya, tapi tenang aja nanti bakal author benerin (kalo sempet) ヾ(≧▽≦*)o
Jangan lupa buat ninggalin jejak ya ^ω^