Hello, AGAM

Von Impatiencex

3.9K 743 402

* * * Sepuluh tahun telah berlalu. Pada titik terendah di dalam hidupnya, Agam Maverick Smith menemukan dirin... Mehr

• Hello, AGAM •
AGAM • Bab - 1
Ebook Bye, AGATHA
AGAM • Bab - 3
AGAM • Bab - 4
AGAM • Bab - 5
AGAM • Bab - 6

AGAM • Bab - 2

515 107 42
Von Impatiencex

UPDATED!

Jangan lupa emot 😃 ketika berkomentar  Annacondaners 😭😍

SPAM NEXT DISINI!

***

Playlist
The Walters - I Love You So

***

"Sometimes, abusive can feel like love too."

* * * *

Lavana menahan napas sejenak, lautan manusia yang bercampur dan larut dalam kesenangan duniawi itu tidak serta-merta membuat langkahnya gentar. Bahkan, ia menerobos orang-orang itu dengan penampilan yang begitu kontras, hanya kemeja putih terbalut jaket dan rok span hitam sebatas paha. Dengan genggaman yang mengerat pada ponsel dan wajah sembab, Lavana akhirnya mencapai meja pojok dengan sofa melingkar yang berada tak jauh dari dance floor.

"Gilang!" serunya langsung pada pria yang duduk terapit beberapa teman lelakinya. Sekaligus manusia yang menjadi alasannya  menginjakkan kaki ke tempat malam tersebut.

Pria dengan kemeja kotak-kotak merah itu menoleh. Kernyitan halus seketika muncul di keningnya. Seolah mendapati kehadiran Lavana terasa begitu salah saat ini. "Ngapain lo kesini?"

Lavana tidak sempat mengucapkan sesuatu saat Gilang sudah lebih dulu meraih pergelangan tangannya untuk diseret menjauhi area sofa dimana teman-teman pria itu yang sudah teler sibuk menyoraki mereka.

"Aku di datangin debt collector di tempat kerja tadi. Kamu ngutang lagi?" desis Lavana saat Gilang melepaskan tautan tangan mereka. Sejenak, kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, sekalipun Gilang membawanya ke depan toilet, dimana kondisinya jelas berbanding terbalik dengan area dance floor.

"Iya, kenapa sih? Is not a big deal, right?"

"50 juta kamu bilang bukan hal yang besar?! Aku, Gilang! Aku yang harus lunasin semua itu!" serbu Lavana dalam satu tarikan napas. "Bahkan semua hutang-hutang kamu sebelumnya juga aku yang harus lunasin itu!"

"Gitu, ya? Kok kamu jadi perhitungan sekarang? Ungkit aja semua, teriak aja sekalian! Harus banget di bahas disini?"

"Aku nggak maksud kayak gitu. Tapi 50 juta itu bukan nominal yang kecil," seru wanita berusia 24 tahun itu tak habis pikir. "Mereka nuntut buat balikin duitnya akhir minggu ini juga. Gimana aku bisa punya uang sebany-----"

"Yaudah, sih. Kamu tinggal jual diri aja, gampang 'kan?"

Suara keras bunyi tamparan berikutnya menjadi satu-satunya alasan kenapa hening melingkupi mereka. Dalam pencahayaan yang minim, karena pojok dimana toilet berada sengaja dibuat seperti itu, Lavana berdiri dengan napas memburu dan tangan menggantung di udara. Airmatanya yang jatuh segera ia hapus dengan kasar.

Cekalan pada lengan atasnya, berikut tangan yang melingkar secara paksa dipinggangnya menghentikan kaki Lavana yang hendak terayun pergi. Pemberontakan yang ia lakukan juga berakhir sia-sia, karena Gilang mendesaknya. Memaksa memeluknya rapat sekalipun Lavana menggeliat menghindar.

"Sayang----"

"Lepasin!"

"Ana, aku nggak serius ngomong kayak gitu. Aku cuman bercanda."

"Itu nggak pantas di jadikan candaan, Lang! Aku bukan perempuan kayak gitu!"

"I know. You only give your body to me. Kenapa kamu masukin ke hati, sih? Lagi dapet, ya?" kekehnya sambil melonggarkan pelukannya untuk bisa melihat jelas wajah Lavana. "Udahlah, nggak usah nangis. Kan aku udah bilang cuman bercanda."

"Hutang kamu 50 juta, dan itu banyak, Lang. Aku nggak pun----"

"Aku lagi punya proyek sama Rico, kaget 'kan? Aku emang sengaja nggak mau kasih tahu kamu dulu. Tapi karena udah kayak gini, kamu nggak usah khawatir."

"Rico?" Lavana mengerjap, atas informasi yang diberikan Gilang dengan mengebu-ngebu setelah memotong kalimatnya. "Rico yang itu? Rico Hartono? Proyek apa? Kamu percaya sama d----"

Gilang berdecak keras. "Maksud kamu? Nggak usah sok tahu dan bawel lagi, deh."

"Bukan gitu, tapi Rico pernah---"

"Hoax terus aja yang kamu percaya. Aku ngapa-ngapain selalu kamu protes. Heran, kok kamu kayak nggak suka gitu lihat aku berhasil?!" selanya tajam. Ia juga mendorong Lavana menjauh dari tubuhnya dengan kasar.

"Bisa nggak, sekali aja dukung tanpa harus bawel?! Lo itu masih pacar gue anjing, nggak usah ngatur!"

"Maaf, Lang." Lavana meringis, meremas bahunya yang terbentur kasar dinding.

"Nangis. Nangis aja terus yang lo bisa dan bikin gue jadi yang jahat disini."

"Lang, maaf."

Lavana meraih tangan pria itu, ia harus menghela napas syukur saat Gilang tidak kunjung menepisnya seperti biasa. Sekalipun pria itu menjadi tidak meliriknya kemudian.

"Lo pulang sana. Ngelihat lo malah makin bikin mood gue hancur."

* * * * *

"Nggak usah sok akrab," seru Jane Silalahi langsung begitu orang yang sengaja memberikan jarak dua kursi agar tetap kosong disebelahnya adalah Leonard Arion.

"You don't look okay."

Jane Silalahi memainkan gelas sloki yang terapit di antara jari telunjuk dan jempolnya. Mencibir dalam hati lontaran kalimat Leon yang, tanpa perlu pria itu katakan, ia juga sudah tahu. Dan mungkin semua orang juga tahu, duduk menyendiri di bar dengan wajah sembab bekas air mata cukup membuatnya terlihat begitu sangat menyedihkan, di antara kontrasnya hinggar binggar kelab malam tersebut.

Mungkin itu juga yang membuat Leon berani menghampirinya. Karena ia sangat menyedihkan.

"... Temuin fakta kalau cowok lo, lebih tertarik sama sejenisnya memang bisa bikin lo baik-baik aja?" Namun, entah mengapa, Jane malah menanggapinya. Mungkin karena efek Long Island yang ia minum. Tidak hanya mengikis kesadarannya, minuman sialan itu juga turut serta mengikis kebenciannya.

"Wow, not bad too."

"Yeah, dan itu malah sama asisten gue sendiri."

Jane menoleh. Mini dress dengan tali spageti yang memamerkan tidak hanya bahu dan lengannya itu membuatnya jadi berkali-kali lipat lebih mempesona dibawah timpaan lampu di area bar yang tidak seremang-remang dance floor. Leon menyayangkan Jane jatuh pada pria yang salah.

"Lo kelihatan agak normal dikit setelah keluar dari penjara." Jane berkomentar singkat, tidak memuji atau apa, tapi memang, Leon yang brutal dan kasar itu tidak pernah ia dengar lagi. Mungkin pria itu sudah menemukan tobat saat di penjara, atau ada faktor lain yang membuatnya jadi kalem. "Lo ciptain keributan besar waktu itu, sampai cukup sulit buat keluar."

"Sebenarnya gampang, tapi dia membuatnya jadi sangat sulit."

Jane melebarkan matanya dramatis. "Oh, dia yang disana itu?" serunya main-main.

Mendengar nada mengejek itu, Leon jadi memutar kepalanya untuk menemukan sosok Agam Maverick Smith di sudut ruang lain. Ruang yang lebih tenang, area yang meski menyatu dengan lantai satu, tetap memberikan kesan VIP, dan sosok direktur Prawara Group sedang duduk disana.

"Siapa yang kira dia bakalan balas lo berkali-kali lipat?"

Jane mungkin hanya tahu, bagian Agam yang menyulitkannya untuk bisa keluar dari penjara. Pria itu memang menyulitkannya. Tidak hanya saat dia di dalam, tapi juga di luar. Seperti saat ini,  Agam sering berseliweran di kelab malam miliknya saat hubungan mereka jelas tidak bisa dikatakan baik. Meski yang pria itu lakukan tidak jauh-jauh dari hanya meneguk empat sampai lima gelas alkohol, merokok dan pulang dengan supir atau mantan Jane, Kasaka Oswasa.

Leon tahu, pria itu sedang mencari celah untuk semakin menghancurkannya hingga tak bersisa.  Atau mungkin dia sudah menemukannya, dan sedang menunggu momen yang pas untuk meledakan bomnya. Apapun itu, Leon tahu dia tidak bisa agresif dan gegabah seperti dulu. Salah langkah, Agam mungkin bisa membuatnya kembali dalam kurungan penjara untuk waktu yang lama.

Siapa yang kira, kematian Agatha bisa membawa kemurkaan Agam padanya sampai sepuluh tahun ini?

Agam ingin dia menderita, padahal Leon juga sudah cukup menderita.

* * * *

AGAM MAVERICK SMITH

LAVANA MAGARENDRA

LEONARD ARION

JANE SILALAHI

A banyak dpt respon yg gk ckp baik ato excited ya, dgn Hello Agam ini, wkwkwk.

Tapi A gk akn unpubl kok. Udah nanggung juga. Kalo unpub, takutny ntar A biarin BA benrn endng kyk gtu 😭

A udh dri awal ngasih wanti²

Salam hangat
___________________

Impatience

T.B.C

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

16.6M 691K 40
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
17.3K 2.8K 22
"What if you have a neighbor who acts really out of your mind?" Dia adalah tetangga baruku. Awal kucoba menyapa, tampaknya dia tipikal yang enggan se...
125K 8.2K 51
Apakah yang paling aku cintai? "Lautan". Ia mampu menyejukkan, mampu membuatku terapi dalam kebahagiaan, bahkan mampu membuatku hangat dalam kedingin...
1.3M 3.2K 1
Dilsya Andromeda Putri, gadis dengan cepolan satu setiap harinya. Merupakan anak pertama dari pemilik sah 'R Group'. Menjadi anak dari orang penting...