Bad The Geng

By chihamusen

286K 3.4K 340

Meera kira the geng cowok yang pernah menolongnya akan mau berteman tulus dengan dirinya, akan tetapi salah s... More

Sentuhan terlarang?!
Getaran Candu?!
Dada yang menantang?!
Cumbuan panas?!
Tempat Gelap Bercinta?!
Terima Hadiah?!
Seseorang yang datang!?
Permen Manis dimulutnya?!
Pengen Ngenwe?!
Telan sayang?!
Mencuri sesuatu?!
Sebuah Apartemen!?
Kaos dan Bercak noda?!
Penguntit!?
Ketergantungan nafsu?!
Olahraga Bersama?!
Menjadi lebih baik
Menggigit manis.
Gadis kesayangan?!
Janji Susu?!
Hubungan sesuatu?!
Sebuah Rencana?!
Siasat buruknya?!
Maaf Terlambat?!
Kaden VS Yurra
Mengambil kesuciannya?! ⚠️
Shit! Brother Love?!
Mafia Family!?
Usapan Bibirnya?!

Jalang incaran?!

2.3K 38 7
By chihamusen

Happy reading!! Semoga suka dan terhibur...

Harap maklum typos bertebaran!!

.
.
.


"Gar kerjain punya gue!!" kata Gastra tiba-tiba saja pada Enggar yang tengah asik main game bersama Kaden.

"Cih! Anjing bangsat! Udah tau gue goblok soal pelajaran Bu Susy! Ngapain Lo minta jawabannya sama gue mana maksa lagi! Gak! Plis lah gue gak bisa, tolol banget lo sumpah!!" sengit Enggar kemudian merasa sangat terganggu oleh Kebodohan Gaztra yang tiba-tiba saja melemparkan sebuah buku catatannya untuk tugas sekolah mereka yang baru datang menghampirinya.

"Gue gak mau tau! Pokoknya Lo yang harus kerjain semuanya!!" balas Gaztra menatap datar namun tetap bersikeras memaksa temannya itu yang sudah mulai seakan memelas padanya sebentar.

"Vanca Lo yang kerjain nih! Gue gak mau tau ah!!" Enggar tak peduli dan tetap lanjut begitu menyodorkan buku milik Gaztra ke arah Vanca yang sedang bersama Meera disampingnya.

"Lo gila hah?!" delik Rivanca tak terima ketika Enggar malah menyuruhnya balik. Enggar sempat terkejut namun ia langsung mengalihkan pandangannya untuk lebih fokus bermain turnamen game daripada harus membalas tatapan tajam Vanca yang siap hendak memukulnya saat itu juga.

Gaztra sedikit melotot tajam pada Enggar yang seenaknya menyuruh ketua alias Rivanca mereka hanya untuk kepentingan pribadinya sendiri. Padahal Gaztra hendak meminta Enggar saja tanpa ingin melibatkan orang lain.

"Udah-udah biar aku aja yang mengerjakan. Aku pengen belajar lebih lama lagi,," kata Meera menahan Vanca sambil tersenyum simpul sebelum cowok itu sempat bertindak. Sekilas ia juga melihat ke arah Gaztra dalam jarak kecanggungan yang diam meliriknya kecil lalu cowok itu pun melengos pergi begitu saja dengan wajah cueknya.

Biasanya kalau dulu Meera yang selalu mencatat semua tugas Gaztra jika cowok itu sedang malas. Namun sejak Gaztra bersikap aneh cowok itu tak lagi mau meminta hal sesuatu apapun padanya mulai sekarang.

Meera tak ingin terlalu memikirkannya jadi ia berusaha untuk mencoba kembali berbaikan dengan Gaztra meski sikap dingin Gaztra cukup membingungkan setidaknya kali ini Meera tak akan membuat masalah baru selain membantunya dalam hal tugas sekolah yang nyatanya sangat mudah sekali bagi Gaztra tanpa bantuan siapapun.

Tapi sepertinya Gaztra hanya terdiam cukup lama seakan membiarkan gadis itu untuk melakukan sesuatu padanya meski hal itu tak cukup berguna menurut Gaztra.

"Serah Lo Gar! Kalau sampai nilai gue jelek, nyawa Lo gue gantung dari jendela lantai atas kelas kita." ancam Gaztra sinis sebelum benar-benar menghilang dibalik pintu. Meera hanya meneguk pelan ludahnya. Sedangkan Enggar terlihat tak sengaja membanting ponselnya saat betrainya low di detik-detik dia hampir mencapai kemenangannya.

"Anjing sialan! Saking tegangnya, gue sampai khilaf banting kesayangan gue!!" umpat Enggar cukup frustasi mengingat ponselnya juga terlalu berharga begitu banyak menyimpan semua galeri indah.

"Berisik Lo mampus ah!!" Sevan menyahut sedikit kesal. Ia memilih ikut menyalin contekan dari Meera.

"Yank kenapa lo sih yang harus ngerjain punya dia?!" kesal Vanca sambil dia menendang kursi Enggar yang tengah duduk membuat cowok tengil itu ikut terlonjak hampir terjungkal ke belakang.

"Bajingan! Dia mau bunuh gue cok!!" bisik Enggar sedikit mengadu pada Kaden. "Lo sih kena sial mulu." balas Kaden terkekeh pelan.

"Apa sih? Jangan ganggu aku lagi belajar!!" dengus Meera.

"Sini biar gue aja yang ngerjain." ucap Vanca.

"Jangan! Biar Meera aja! Gue yakin entar bukannya beres sama si Vanca malah nyawa gue lagi taruhannya." decak Enggar langsung teringat kembali ancaman sadis Gaztra sebelumnya.

"Tau Lo! Sana ah! Jangan ganggu baby girl gue!!" Sevan ikut membelanya seakan ingin mengusir Vanca agar tak mengacaukan konsentrasi gadis itu. Sembari menjauhkan tangan Vanca saat ingin menyentuh Meera didepan mereka.

"Sialan!!" umpat Vanca kesal ketika Sevan menepisnya lebih dulu.

Meera seketika langsung menatapnya dan membuat Vanca terdiam ditempatnya agar tidak lagi berisik didepannya.

Adhery diam-diam mengamatinya pada gadis itu. Ia tahu hanya Meera yang bisa menyeimbangi kesusahan mereka yang cukup merepotkan. Termasuk Gaztra, kalau bukan Meera yang bisa melakukannya mungkin saja akan berimbas ke anak-anak lainnya. Gaztra sering suka memaksa anak bodoh untuk melakukan sesuatu yang aneh jika tidak sesuai keinginannya. Untungnya saat itu Meera cukup bisa diandalkan.

****

Akhir-akhir ini Adhery jarang berkumpul dengan mereka, para teman-temannya di kelas maupun diluar sana. Lelaki berkacamata itu lebih disudutkan dalam sebuah ruangan auditorium khusus anggota OSIS, hampir sebulan mereka tak berbincang banyak bersama anak-anak geng. Kecuali ketika Meera sendiri harus mengantarkan buku-buku paket saat ingin melewati ruangan OSIS maka dia akan bertemu dengan Adhery. Bahkan sehabis mengantarkanya, gadis itu pun sempat-sempatnya ingin membantu Adhery yang juga harus memindahkan beberapa tumpukan kertas penting yang sering dia bawa akan ke kantor kepala sekolah.

"Meer boleh temanin gue?" kata Adhery saat gadis itu sudah kembali ke dalam ruangan OSIS dari lab sebelah. Meera berniat ingin mengambil sesuatu lagi yang masih ketinggalan di tempat Adhery.

"Emangnya kamu masih butuh bantuan apa?" bingung Meera sebentar.

"Gue mau ngomong sesuatu hal penting sih sama Lo..." ujar Adhery agak ragu yang cukup lama dia pendam.

"Kenapa?"

"Gue mau nembak Lo sih,," ujar Adhery sedikit salah tingkah mengatakannya.

"HAH!!?" kaget Meera tak percaya sesaat dan merasa shock ditempatnya begitu gadis itu malah memikirkan hal lain bagaimana kemungkinan nasib buruk malangnya yang malah disalah pahami oleh pikirannya dari maksud utaran Adhery barusan tadi.

Adhery yang gugup tak mau ambil pusing segera sudah berdiri tepat dihadapan gadis itu yang masih bingung hingga tanpa sadar kalau cowok itu mulai bersimpuh tepat dibawahnya sambil mengeluarkan sebuket bunga indah dari punggungnya yang menarik cukup besar membuat Meera terpukau sejenak dengan harumnya yang lembut.

"Lo mau nggak terima cinta...."

"NGGAK!!" suara yang cukup lantang langsung menginterupsi kedua sejoli itu ketika seseorang baru saja tiba-tiba datang membuka pintu sedikit kasar.

"Vanca! Kamu ngapain sih ke sini?!" decak Meera sontakteralihkan oleh cowok itu.

"Meera Lo harus belajar yang benar gak boleh pacaran sama si kutu majalah jorok itu!!" tunjuk Vanca melototkan matanya.

"Gue belum selesai ngomong sama dia bangsat ah!!" maki Adhery dan diakhir kalimatnya ia pun langsung menutup mulutnya sendiri saat Meera sedikit tersentak.

"Makasih bunga dari Lo cukup biar gue saja yang terima! Meera gak boleh pacaran sama siapa pun selama masih bersekolah!!" ucap Vanca masa bodoh langsung menarik tangan Meera.

Ia pikir sebelumnya gadis itu akan dijebak lagi oleh orang lain saat diruang lain ketika ia mencarinya namun nyatanya ada Adhery yang baru saja menembaknya. Sampai Vanca berusaha harus menahan amarahnya. "ayo sayangnya Vanca! Kita harus balik yaa!!" kata Vanca mengubah sedikit nada bicaranya pada gadis itu selembut mungkin. Sedangkan Adhery sempat melotot tajam tak terima diganggu begitu saja saat moment sangat penting baginya.

"Maaf Adhery... Aku belum siap mau mati dulu...." kata Meera bergumam pelan sebelum ditarik paksa oleh Vanca yang membawa keluar dari ruangan dimana Adhery menahan rasa malunya dan terkejut secara bersamaan dengan jawaban dari gadis itu diluar nalar entah dirinya yang salah dengar atau Meera yang tidak nyambung.

Bahkan bunga yang sempat dirampas oleh Vanca pun dengan sengaja dibuang ke tong sampah disekitarnya tanpa sepengetahuan Meera ketika Vanca meliriknya sinis ke belakang saat berjalan sambil membawa bunga itu begitu masih terlihat didepan mata Adhery. Semakin membuatnya melotot tajam begitu Rivanca sempat mengacung jari tengahnya untuknya.

"Sial! Sialan! Bunga cantik yang berharga dari gue kenapa harus dibuang huh? Setidaknya masih bisa Lo simpan dulu cinta gue sebelum akhirnya Lo memilih terima perasaan milik dari gue..." lirih Adhery sembari memungut bunga yang ingin dia kasih namun berakhir gagal.

Sejak saat itulah Adhery harus merasakan putus cinta yang teramat besar saat merasakan kecewa bahwa cintanya harus kandas duluan sebelum dimulai. Andai saja sahabat kecilnya itu tidak ikut campur urusan mereka berdua tadi mungkin saja masih ada peluang kecil untuk bisa Adhery dapatkan namun sekarang itu mustahil. Meera terasa semakin sulit didekati saat Rivanca mulai memonopoli gadis itu seenaknya sendiri.

"Gimana lancar hubungan terlarang lo?" tanya Gaztra pada Adhery sambil tersenyum aneh ketika oa menepuk pundak cowok itu membuat Adhery mengalihkan pandangannya dari bunga tadi sesaat ke arah orang itu dengan raut keruh.

"Bangsat! Ngapain Lo ngintipin gue lagi galau?!" umpat Adhery mengusap pelan dadanya sebentar agar kembali tenang dari rasa kagetnya melihat Gaztra yang juga muncul begitu saja didepannya tanpa terlihat sejak kapan berada disini.

"Mau gue bantu biar mereka berdua putusan?" ujar Gaztra menyeringai tajam berbicara hal yang membuat Adhery bingung seketika.

"H-hah? Maksud Lo, sejak kapan mereka berdua pacaran? Kok gue baru tahu ya?" kaget Adhery semakin terkejut begitu ia baru mengetahuinya tentang kedekatan Meera dan Vanca.

"Biar gue yang akan mengurusnya! Lo... tenang aja,," timpal Gaztra dalam menjeda perkataannya sejenak kemudin terkekeh kecil. Lalu cowok itu pun berlalu santai dengan tangan disaku celananya dan sempat kembali menepuk pundak Adhery seolah memberikan dukunganya tadi barusan, sambil dia memikirkan sesuatu yang disukainya dalam menyusun rencana yang akan dia mainkan nanti untuk dua orang yang dia incar selama ini. Terlihat Adhery hanya bisa menatap bingung cukup lama akan tingkah aneh Gaztra namun entahlah ia pun seakan menyerahkan semuanya pada lelaki itu.

"Tunggu pembalasan gue jalang! Gue harap kalian berdua cepat mati!!"

TBC...

Spam "next" komentar disini!!

Vote klo bisa harus tembus ya min 50!!

Note; Akhirnya aku bisa update lagi huaa maapin aing yang telah lama tydak muncul beberapa lama eh gitu deh. Soalnya kesibukan terlalu padat menyita waktu aku untuk bersantai. Padahal ini pun juga masih aku paksakan karena aku juga kangen bgt bgtt bgtt sama kalian semua myReadersku tersayang.... Kasih aku semangat selalu yaa biar aku sedikit terobati untuk terus bangkit dari gencarnya gempuran keras!!!

Salam dong!!

Kalau boleh Review doang gimana chapter kali ini aku penasaran sm kalian......!!!!

Continue Reading

You'll Also Like

75.7K 3.3K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
56.9K 4.1K 27
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
196K 9.6K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
78.8K 7.6K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG