Memories in the Making

Da dindaarula

57.1K 5.8K 927

[Cerita Terpilih untuk Reading List @WattpadRomanceID - SPOTLIGHT ROMANCE OF NOVEMBER 2023] Menjadi lebih dek... Altro

โ€ Introduksi
โ€ 01 - Ketika Xenna Ditinggal Menikah
โ€ 02 - Problematika Hati dan Skripsi Xenna
โ€ 04 - Xenna Bukan Anak Kecil (Lagi)
โ€ 05 - Tindakan Langka Janu
โ€ 06 - Layaknya Kakak Ketiga Xenna
โ€ 07 - Xenna, Tumbuh Dewasa, dan Luka
โ€ 08 - Debaran Pertama untuk Janu
โ€ 09 - Dekapan Pertama untuk Xenna
โ€ 10 - Hal-Hal yang Patut Xenna Syukuri
โ€ 11 - Sisa Hari Bersama Janu
โ€ 12 - Hadirnya Teman-Teman Janu
โ€ 13 - Kekesalan dan Kecemburuan Xenna
โ€ 14 - Berlabuhnya Hati pada Janu
โ€ 15 - Xenna dan Sakit yang Tiada Habisnya
โ€ 16 - Janu dan Kucing Hitam
โ€ 17 - Naik Turunnya Perasaan Xenna
โ€ 18 - Ruang Pribadi dan Dunia Janu
โ€ 19 - Xenna dan Hati yang Terporak-poranda
โ€ 20 - Lebih Dekat dengan Janu
โ€ 21 - Harapan Perihal Kebahagiaan Xenna
โ€ 22 - Keinginan Tersembunyi Hati Janu
โ€ 23 - Xenna dan Bentuk Kepeduliannya
โ€ 24 - Janu dan Bentuk Kekhawatirannya
โ€ 25 - Ketika Xenna Menjadi yang Utama
โ€ 26 - Di Saat Janu Cemburu
โ€ 27 - Bimbingan, Obrolan Malam, dan Xenna
โ€ 28 - Perkara Ajakan "Kencan" Janu
โ€ 29 - Satu Lampu Hijau dari Tiga Pelindung Xenna
โ€ 30 - Perihal Pembuktian Perasaan Janu
โ€ 31 - Cukup Hanya dengan Xenna
โ€ 32 - Semua Akan Janu Usahakan
โ€ 33 - Rasa Kecewa yang Tak Xenna Duga
โ€ 34 - Keyakinan yang Menghampiri Janu
โ€ 35 - Sebuah Usaha untuk Membuat Xenna Pergi
โ€ 36 - Berada di Luar Kendali Janu
โ€ 37 - Amarah yang Melingkupi Xenna
โ€ 38 - "Kejahatan" yang Dapat Janu Maklumi
โ€ 39 - Xenna dan Ketenangan yang Enggan Hadir
โ€ 40 - Janu di Ambang Bimbang
โ€ 41 - Hadiah yang (Tak) Xenna Inginkan
โ€ 42 - Tatkala Dunia Janu Meruntuh

โ€ 03 - Tentang Janu dan Pencarian Jodoh

1.6K 189 17
Da dindaarula

SETIBANYA di depan rumah, sejenak Janu turun terlebih dahulu dari mobil untuk membuka pagarnya lebar-lebar. Ketika hendak kembali, pandangan laki-laki berkacamata itu secara tak sengaja terarah tepat ke seberang jalan di mana rumah Om Tanuja--ayah dari tiga bersaudara bernama Vandi, Wira, dan Xenna--berada. Kendati pagar hitam tingginya tertutup rapat, Janu tetap dapat melihat mobil bercat silver terparkir di dalam sana. Yang berarti, sang penghuni sudah pulang setelah dilaksanakannya pernikahan Wira.

Karena hal tersebut, Janu berasumsi bahwa tak lama dari waktu sekarang, anak bungsu dari keluarga mereka pasti akan datang setelah tahu orang yang akan ditemuinya telah sampai di rumah. Itu pun jika si gadis masih mengingat kata-kata yang sudah diucapkannya sendiri.

Janu kemudian mengedikkan bahu acuh tak acuh. Lantas dirinya kembali masuk ke dalam mobil untuk segera ia parkirkan di carport. Usai mengunci mobil dan menutup pagar, Janu lekas beranjak menuju pintu utama. Baru saja ia dorong hingga terbuka sedikit, bunyi kerincing yang kian lama kian terdengar dekat segera menyapa rungu. Sudut-sudut bibir Janu pun otomatis tertarik tipis.

"Tuh, papa pulang! Papa pulang!"

Suara Mami menyambutnya setelah Janu masuk ke dalam rumah bersamaan dengan tiga ekor kucing yang tengah kompak berlarian ke arahnya. Para makhluk berbulu dengan ras berbeda itu langsung saja mendekati Janu dan menggesekkan tubuh mereka di kaki lelaki itu. Perpaduan vokal dengan jenis suara yang berbeda pun turut menyertai.

Setelah melepas sepatu serta kaus kaki dan menaruhnya di rak, Janu lekas berjongkok, memberi perhatian secara merata dengan mengelus masing-masingnya.

"Makanannya udah dibeli, Mas?" Mami yang berdiri di dekat sofa melontarkan tanya dengan kedua tangan berada di pinggang. Tampak sebuah celemek hitam menutupi setengah bagian depan tubuhnya, membuat Janu dapat menebak bahwa Mami tengah menyiapkan pesanan kue.

"Makanan apa, Mi?" Janu balik bertanya sebab Mami tak langsung mengatakannya secara jelas.

"Ya makanan anak-anakmu lho, Mas. Kan tadi Mami udah nitip beli lewat WA."

"Janu kayaknya lagi di jalan pas Mami nge-chat."

Mami pun meloloskan napas lelah. "Hah, kebiasaan kamu Mas, susahnya dihubungi kalau lagi nyetir." Seraya kembali beranjak ke dapur, Mami melanjutkan, "Ya udah, kamu mandi terus makan aja dulu, baru keluar lagi. Untung tadi masih ada sisa jadi bisa Mami kasih makan dulu seadanya. Tapi si Cimol kayaknya cuma kebagian dikit."

"Dia memang nggak rakus dan suka ngalah," balas Janu sambil mengangkat kucing anggora berbulu putih dengan tubuh sedikit gempal. Mami menamainya Cimol sebab warnanya yang cukup mirip. Janu kemudian membawa makhluk berbulu itu menyusul Mami. Dua kucing miliknya yang lain--Mochi dan Bolu--pun segera saja mengekori. "Banyak pesenan, Mi?"

Kondisi dapur saat ini tampak cukup berantakan, terutama di bagian wastafel di mana terdapat berbagai alat yang digunakan untuk membuat kue--yang sudah kotor--menumpuk di sana. Sementara itu terdapat loyang-loyang berisi brownies yang sudah matang di atas meja.

"Sepuluh loyang brownies kukus buat malam ini," kata Mami seraya mengecek brownies-brownies yang masih berada dalam kukusan. "Nanti kamu bisa tolong antar Mami, 'kan? Yang pesen itu temen Mami waktu kuliah dulu, Mas. Dia tinggal di Bandung sekarang, rumahnya di Cibiru." Mami kemudian menoleh pada Janu. Lengkungan di bibirnya terbentuk, tetapi entah mengapa Janu merasakan ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya. Dan, hal itu segera terbukti ketika Mami menambahkan, "Dia punya anak gadis lho, Mas, umurnya satu tahun di bawah kamu. Kalau nggak salah dia kerja di penerbitan sebagai editor naskah. Cantik juga anaknya setelah Mami lihat fotonya."

Oh, here we go again, batin Janu. Mami dengan agenda mencarikan calon istri untuk anak sulung laki-lakinya kembali lagi, setelah Janu terakhir kali menolak dikenalkan dengan perempuan pilihan Mami sekitar satu bulan lalu.

"Janu nggak mau." Tanpa pikir panjang, Janu kembali memberi penolakan tegas seperti yang sudah-sudah--kendati ia belum sempat bertemu secara langsung dengan para perempuan itu.

Mami yang semula tampak antusias pun mendadak merengut usai mendengar itu. "Lagi?" Tatapannya segera menyorot keheranan pada Janu. "Kamu tuh harusnya coba kenalan dulu sekali, Mas, baru bisa mutusin buat nolak atau lanjut. Ini baru Mami kasih tau udah main nolak-nolak aja. Kenapa, sih? Kamu apa udah nggak doyan perempuan, Mas?"

Kedua netra Janu sontak saja melebar. "Astaga, Mi, ya bukan gitu juga ...."

"Ya, syukur kalau nggak. Tapi, kenapa lho, Mas? Kamu selalu aja begini, kan Mami bingung sendiri jadinya."

"Mami sendiri kenapa sibuk banget nyariin calon buat Janu? Padahal Janu nggak pernah minta tolong buat itu."

"Ya biar kamu bisa segera menikah, Mas. Memangnya apa lagi?"

"Janu nggak pernah bilang akan menikah dalam waktu dekat, Mi."

"Sekarang ini kamu udah memasuki usia ideal untuk menikah. Kamu juga udah mampu secara finansial untuk menafkahi keluargamu nanti. Apa lagi yang kamu tunggu, Mas? Si Wira aja nggak pake mikir lama buat langsung melamar pacarnya biar mereka secepatnya sah."

Janu lekas mengembuskan napas berat. Ia sudah menebak bahwa Mami akan membawa-bawa nama Wira dalam percakapan mereka. Seraya menurunkan Cimol yang mendadak berontak, Janu pun membalas, "Nggak usah samain Janu sama Wira, Mi. Wira mungkin merasa di umurnya yang sekarang adalah waktu yang pas buat menikah, dan kebetulan dia memang udah punya calonnya juga."

"Kalau begitu yang Mami lakukan ini benar, 'kan? Mami mencarikan kamu calon istri lantas kalian bisa pacaran dulu kalau merasa cocok, baru setelahnya kamu nikahi dia di waktu yang pas menurut kamu." Mami tetap saja bersikukuh bahwa tidak ada yang salah dengan tindakannya selama ini.

Kali ini Janu tak memberi balasan apa pun. Mami tak mau mengalah, begitu pula dengan dirinya, sehingga jika diteruskan hanya akan menjadi perdebatan tiada akhir. Sebab tak punya pilihan lain, laki-laki itu pun mau tak mau harus sedikit menurunkan ego dengan menyampaikan sesuatu yang dapat membuat Mami merasa lebih tenang. Maka, dengan sorot penuh keyakinan Janu pun berujar, "Mi, Mami percaya sama Janu?" Henti sejenak. "Janu belum bisa menentukan kapan waktunya, tapi Janu pasti akan menikah. Dan Janu sendiri yang akan menemukan calon yang tepat."

Sesaat Mami terdiam, memandang Janu skeptis. Tak ada balasan yang datang, sampai akhirnya Mami mengembuskan napas panjang-panjang dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. "Ya udah, terserah kamu ajalah, Mas. Asal kamu nggak nyesel aja kalau nanti nggak juga nemu jodohnya."

Janu hanya mendengkus pelan lalu tersenyum tipis. Lantas ia pun bersiap beranjak seraya berkata, "Janu mau mandi dulu, Mi."

"Eh, bentar dulu, Mas," Mami buru-buru mencegahnya.

"Kenapa lagi, Mi?" tanya Janu.

Mami kemudian cepat-cepat memindahkan brownies yang sebelumnya sudah di potong-potong ke dalam boks khusus kue. "Ini tolong kamu anterin dulu buat Xenna, ya? Mami sengaja bikin lebih karena Mami ingat kalau anak itu suka sekali brownies buatan Mami."

Janu kontan terdiam selama beberapa sekon ke depan. Sejujurnya, usai mendengar nama sang gadis disebut, ada sebuah pemikiran yang lekas muncul begitu saja dalam benak Janu saat ini, tetapi tak bisa ia utarakan begitu saja kepada Mami. Sehingga pada akhirnya laki-laki itu hanya menganggapnya sebagai angin lalu.

"Nggak perlu diantar. Nanti anaknya juga bakal datang ke sini."

"Tau dari mana kamu, Mas?"

"Dia sendiri yang bilang. Tungguin aja, Mi."

Xenna tidak sadar bahwa ia jatuh tertidur ketika tengah sibuk menggulir layar ponsel, melihat-lihat video yang muncul di FYP TikTok. Getaran-getaran pendek yang berasal dari bendah pipih tersebut pada akhirnya berhasil menyadarkan kembali sang gadis berambut hitam sepinggang. Usai kedua mata bulatnya yang memerah berhasil terbuka sempurna, Xenna lekas melayangkan pandangan ke arah jam dinding. Sepasang netranya sontak melebar. Ternyata sekarang sudah jam sembilan malam.

Xenna semakin yakin bahwa sekarang adalah malam hari setelah mengecek ponsel yang tergeletak di tepi kasur. Hari masih belum berganti. Dan, kalau tidak salah mengira, Xenna sudah terlelap selama enam jam terhitung sejak pukul tiga sore tadi. Sesaat Xenna terheran sendiri mengapa ia bisa tidur selama itu.

Notifikasi yang masuk kembali mengalihkan perhatian Xenna. Seraya mengubah posisi menjadi duduk bersila, ia pun mengecek pesan-pesan yang diterimanya. Ada beberapa dari teman kuliah yang kebetulan satu pembimbing dengannya, sementara sisanya adalah dari grup keluarga inti. Ah, dan juga beberapa panggilan tak terjawab dari kedua kakak laki-lakinya.

Xenna pun memilih untuk lebih dulu membuka grup tersebut.

FAMILY 100
(Bang Wira, Bang Vandi, Papa, You)

Bang Vandi
Pa
Papa kmn sih?
Ga bisa cepet plg buat ngecek xenna?
Masa anaknya ga bangun2 dari tadi?

Papa
Papa lg ada urusan sm tmn papa van
Td wktu papa tinggal xenna mmg lgi tidur kok

Bang Wira
Itu kan tadi pa
Ini udah jam 9
Kalo ternyata xenna bukan lagi tidur gimana??

Papa
Hus!
Kalian ini knp mlah mikir yg tdk2?

Membacanya membuat Xenna menggeleng-geleng pelan. Tak ingin membuat keluarganya lebih khawatir, gadis itu pun lekas mengetikkan balasan.

Xenna Adhika
Xenna baru bangun abang abanggg 🙏🏻

Tanpa perlu menunggu lama, pesan-pesan baru segera bermunculan.

Bang Wira
Astaga xennaaaa!
Kamu tidur apa pingsan sih??
Lama banget kamu gak muncul di grup
Bikin orang khawatir aja tau gak?

Bang Vandi
Syukurlah kalo kamu emg cuma tidur xen
Abang sempet mikir yg engga2 tadi
Kamu kecapekan bgt ya habis kita jalan2 semalam?

Papa
Akhirnya bgn jg anak gadis papa
Xen, papa bru bsa plg sekitar jam 10
Kmu ada mau nitip buat mkn mlm ga xen?

Sudut-sudut bibir Xenna secara otomatis tertarik. Kedua jempolnya kembali menari-nari di atas keyboard untuk mengetikkan balasan.

Namun, tak lama setelah itu, Xenna malah menerima pesan dari Vandi secara personal.

Bang Vandi
Xen
Mulai skrng tolong jgn mikirin yg engga2 lagi ya?
Kamu coba pelan2 buat kembali fokus sm skripsi kamu lagi
Kalo ada apa2 kamu harus langsung hubungi abang atau wira
Makanan yg abang beliin jgn lupa dimakan
Itu kesukaan kamu semua, jd abang harap bisa bikin mood kamu segera membaik

Oh, sial. Sejak dulu Vandi memang selalu seperti ini, tetapi tetap saja Xenna tak bisa menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa.

Xenna Adhika
Bang udah banggg
Xenna capek nangis mulu dari kemaren 😭

Bang Vandi
Hahaha maaf2
Abang cuma bener2 khawatir sm kamu xen
Pokoknya setelah ini abang cuma mau dengar kabar baik dr kamu ya?

Xenna Adhika
Bakal xenna usahakan pastinyaa
Makasih banyak abang, i love uuuuu 💗

Xenna mengusap cairan bening di sudut matanya. Hatinya betul-betul tersentuh karena Vandi hingga ia tak kuasa menahan rasa haru.

Namun, nyatanya itu belum seberapa. Ada satu hal lain yang membuat wajah Xenna berhasil kembali dibanjiri oleh air mata. Semuanya pun bermula ketika Xenna membuka pesan dari sang kawan seperjuangan.

Radian Mahendra
Xen
Tadi siang gue abis bimbingan
Bu Tanti bilang lo blm ada ngehubungi beliau sama sekali setelah revisian proposal?

Seketika perasaan Xenna mulai tak karuan.

Xenna Adhika
Emang blm yann
Hehehe

Radian Mahendra
Anjir
Terus skripsi lo udh sampe mana?

Xenna Adhika
Terakhir gue ngerjain beres di bab 1 sih

Radian Mahendra
Si anying
Beneran mampus lo xen
Bu tanti minta gue buat nyuruh lo nemuin dia bsk
Itu pun klo lo beneran serius ngejar sidang bulan mei

Jantung Xenna seolah berhenti berdetak saat itu juga. Bolehkah ia menyalahkan Arka atas semua yang telah terjadi pada dirinya?

Xenna Adhika
Hah?
Lo serius yan?
Anjir trs gue harus gmn donggg 😭😭😭

Radian Mahendra
Ya lo tanya diri lo sendiri bego
Lo beneran pgn lulus tepat waktu apa ngga?
Kalo iya, ya lo lakuin apa yg lo bisa skrng
Seenggaknya ada sesuatu yg hrs lo "bawa" selain draft skripsi lo yg masih bab 1 itu

Usai membacanya, Xenna mengabaikan pesan tersebut dan lekas berpikir cepat apa yang harus dilakukannya saat ini. Berhubung gadis itu telah memiliki data penelitiannya secara lengkap, ia sudah bisa mulai menulis BAB dua--yang sejatinya dapat ia kerjakan sejak satu bulan lalu. Xenna tak yakin kalau ia akan menyelesaikannya dalam waktu singkat, terlebih lagi pikiriannya masih menyangkut pada hal lain. Namun, setidaknya itu lebih baik daripada ia tidak melakukan apa pun, pikir Xenna.

Lantas Xenna cepat-cepat bangkit dari tempat tidur menuju meja belajar, tempat di mana laptopnya--yang nyaris tak tersentuh selama hampir satu bulan lamanya--berada. Xenna pun menjatuhkan bokong di kursi, membuka laptop, lalu segera menekan tombol aktivasi.

Sesuatu di balik rusuk Xenna mulai berdentum hebat ketika ia dapati laptop tak kunjung menyala. Kepanikan mulai menyerang tanpa ampun, tetapi Xenna berusaha keras untuk tetap tenang. Gadis itu pun meraih charger laptop, pikirnya barangkali baterai memang habis kala ia gunakan terakhir kali. Namun, percobaannya tak juga membuahkan hasil.

Ini benar-benar gawat! Xenna berteriak dalam hati. Nyaris semua dokumen yang berkaitan dengan skripsinya berada dalam laptop tersebut dan belum sempat di-back up, sementara besok Xenna harus menemui dosen pembimbing dan sialnya laptop malah tidak berfungsi. Panik bercampur takut lantas dengan cepat mengalahkan segalanya hingga membuat Xenna tak bisa memikirkan hal lain.

Yang muncul dalam benaknya saat itu hanyalah nama Vandi. Oleh karenanya, tanpa pikir panjang Xenna kembali beranjak ke tempat tidur, mengambil ponsel untuk menghubungi Vandi. Usai laki-laki itu menjawab, langsung saja Xenna menjelaskan apa yang terjadi.

Lalu, balasan yang Vandi berikan adalah, "Xen, kamu tenang dulu, ya? Jangan panik. Abang bingung harus gimana karena nggak bisa cek secara langsung, jadi nggak tau apa masalahnya. Kalau kamu hubungi Wira pun akan lebih lama selesainya. Jadi, sementara kamu coba minta tolong sama Janu aja ya, Xen? Janu kayaknya banyak mengerti soal laptop, jadi dia pasti bisa bantu kamu."

Pada laki-laki menyebalkan itu? Yang benar saja! Pesan yang Xenna kirimkan terakhir kali saja tidak Janu balas sampai sekarang. Bagaimana bisa lelaki itu mau memberi bantuan pada Xenna? Namun, sayangnya Xenna sadar ia tak punya pilihan lain oleh sebab waktu yang terus berjalan. Maka segera saja Xenna ketikkan pesan pada Janu sambil menaruh banyak harap.

Xenna Adhika
Mass
Mas januuuuu
😭😭😭😭😭😭
Tolongin aku 😭😭😭

Emotikon yang Xenna berikan betulan sesuai dengan keadaannya saat ini. Kepanikan yang amat besar membuat gadis itu tak sadar air mata mulai menggenangi pelupuk matanya, hingga tahu-tahu saja kedua pipinya sudah basah. Tangisannya bahkan semakin menjadi sebab Janu tak kunjung membalas setelah lima menit berlalu.

Namun, tidak lama setelah itu, ponselnya justru berdering dengan nama kontak tak terduga yang terpampang pada layarnya.

Mas Janu is calling...

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

bandung, 22 juni 2023

Continua a leggere

Ti piacerร  anche

13.7K 1.4K 19
เซขเผ‹เผ˜เฟHal mengerikan setelah kematianku adalah terbangun di tubuh yang bukan milikku dan hal terburuk lainnya selain aku mati adalah tubuh ini milik da...
392K 29K 46
|END| Evano, remaja delapan belas tahun itu selalu mendapatkan apapun yang ia mau. Marvin sang Daddy tak pernah menolak apapun permintaannya. Tumbuh...
1.9K 169 14
Rachel Helena sudah memasuki titik putih. Setelah titik abu-abu itu kalah mengenaskan di dalam mata Jared Assad suaminya, Rachel Assad memilih untuk...
46.3K 7.8K 48
[SEGERA TERBIT] ACT 1 - BE YOUR ENEMY โSampai kapan permusuhan ini akan berakhir?โž Anora bukan berasal dari golongan atas, ia hanya memiliki keluarga...