Aland Leon O. (Pre ORDER)

By Mhyka62

1M 134K 11.8K

Hanya kisah seorang pemuda yang terlahir sebagai bungsu di keluarganya, malah bertransmigrasi ke raga Putra s... More

Part:1
Part: 2
Part:3
Part:4
Part:5
Part:6
Part:8
Part:9
Part:10
Part:11
Part:12
Part 13
Part:14
Part:15
Info
Part:16
Part:17
Part:18
Part:19
Part:20
Part:21
Part:22
Part:23
Part:24
Part:25
Part:26
Part:27
Part:28
Part:29
Part:30
Part:31
Part:32
Part:33
Part:34
Part:35
Part:36
Part:37
Part:38
Part:39
Part:40
Part:41
Extrapart
Baru
Promosi
Inpoooooo
PO Aland
Novel Aland
Tentang Extra Part

Part:7

27.9K 3.8K 246
By Mhyka62

Vote and comment juseyo...
....

Aland sekarang berada di ruang rapat osis, mengetik sesuatu di laptop miliknya sambil menunggu ketua dan wakil dari extrakulikuler di sekolah itu.

"Udah pada dipanggil semua kan?" Tanya Aland pada Sky, dan diangguki oleh Sky.

"Udah kok, mungkin bentar lagi mereka datang" ucap Sky melihat jam di tangannya

"Ohh ya Land, dari semua undangan yang dikirim, semua sekolah menyetujui untuk berpartisipasi dalam lomba persahabatan ini" ujar Candra.

Aland menatap Candra dan mengangguk.

"Baguslah, kalau gitu kita harus memilih perwakilan yang terbaik bukan" ucap Aland tersenyum tipis dan diangguki oleh Sky dan Candra.

Tak berselang lama, semua ketua dan wakil extrakulikuler sudah berkumpul dan menatap Aland dengan ekspresi bertanya-tanya, kenapa mereka semua pada dikumpulkan pikir mereka.

"Baiklah, karena semua sudah berkumpul"

"Gue langsung to the point aja ya"

"Kita akan melakukan pertandingan persahabatan dengan sekolah lain di sini, sekitar 2 minggu lagi sekaligus perayaan ulang tahun sekolah" ucap Aland membuat orang-orang di sana, menampilkan ekspresi bermacam-macam, dan tentu saja mereka sangat antusias akan hal itu.

"Tapi gue harap dalam pertandingan kali ini, kalian memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk ikut berpartisipasi juga" lanjut Aland.

"Maksudnya gimana kak?" Tanya salah satu siswa

"Maksud Aland, kalian jangan mengandalkan anggota inti ekskul kalian saja dalam pertandingan ini, kalian coba berikan kesempatan kepada murid lainnya" lanjut Sky

"Lah kok gitu kak, bukannya bagus ya kalau anggota inti ekskul yang maju, kita juga pasti lebih ahli dari pada yang nggak ikut ekskul sama sekali, jadi ngapain repot-repot cari yang lain"

"Lebih baik waktunya kita gunain buat latihan" ujar salah satu murid dan disetujui yang lainnya.

Semua murid itu tampak heboh tidak setuju dengan perkataan osis, Sky dan Candra bahkan sudah berusaha menghentikan perdebatan mereka.

Tuk tuk tuk

Aland memukul papan tulis yang ada di sana, sehingga semua perhatian langsung tertuju padanya.

"Udah puas debatnya?" Tanya Aland mengintimidasi membuat mereka langsung meneguk ludahnya tanpa sadar.

"Mungkin kalian benar, tapi tidak ada salahnya untuk memberikan kesempatan untuk yang lainnya"

"Kalian bisa melakukan seleksi pada mereka, dan pilih yang terbaik diantara mereka"

"Kalian nggak akan pernah tau dan bahkan mungkin kalian bisa saja menemukan berlian yang tersembunyi dari banyaknya murid di sekolah ini"

"Jadi gue harap kalian membuka peluang dan kesempatan buat yang lainnya"

"Itu juga terserah sama kalian, gue juga nggak akan maksa"

"Dan kalau kalian setuju dengan usulan gue, kalian bisa datangi gue lagi"

"Anggota osis pasti akan membantu kalian" jelas Aland panjang lebar menatap murid-murid itu tampak diam dan sepertinya sedang memikirkan ucapan Aland.

"Baiklah cuma itu yang mau gue bilang sama kalian, kalian bisa diskusikan dulu sama pembimbing dan anggota kalian"

"Gue tunggu kabar dari kalian sampai sepulang sekolah besok" ujar Aland dan menatap Sky.

"Baiklah, apa ada yang ditanyakan lagi?" Tanya Sky

"Kalian boleh keluar" lanjut Sky melihat semuanya tampak diam.

Mereka satu persatu keluar dari ruangan itu termasuk seorang pemuda yang terus memperhatikan Aland dari tadi.

Sedangkan Aland langsung membenamkan wajahnya di meja itu, ketika merasakan kepalanya yang terasa sedikit pusing

"Lo kenapa Al?" Tanya Candra

"Gapapa pusing aja, nggak sempat sarapan tadi" ujar Aland menghela nafasnya pelan.

"Yaudah lo istirahat aja, kita beliin makanan buat lo di kantin dulu ya" ucap Sky membawa Aland ke dalam ruangan yang ada di ruang osis itu dan membantu Aland berbaring.

"Makasih ya, maaf ngerepotin kalian"

"Gapapa, lo kayak sama siapa aja"

"Lo itu adek kita, jadi santai aja" ucap Candra mengelus rambut Aland, Aland tersenyum dan menikmati elusan itu, sudah lama dia tidak merasakan elusan yang terasa nyaman ini pikirnya.

Setelah merasa Aland sudah Nyaman, Candra dan Sky melangkah keluar ruangan itu dan tidak lupa menutupnya. Dan mereka malah dikagetkan dengan keberadaan seseorang yang ada di sana.

"Vino, ada apa?"

"Ada yang mau lo tanyain?" Tanya Candra melihat wakil ketua ekskul basket masih berada di sana.

"Nggak" jawab Vino dan keluar dari ruangan osis itu.

"Apasih" heran Candra dan dibalas gelengan oleh Sky.

"Nggak tau"

"Lebih baik kita ke kantin, sekalian bilang sama dedek gemes kalau abangnya lagi sakit" ucap Sky dan diangguki setuju oleh Candra.

.

.

.

.

.

.

Aland membuka matanya ketika mendengar suara pintu ruangan tempat dia istirahat itu terbuka.

"Loh dek, kok ada di sini" ucap Aland tersenyum dan duduk

"Gue dengar dari bang Sky kalau abang lagi sakit, makanya gue langsung ke sini" ucap Azka duduk di tepi kasur itu dan menyentuh dahi Aland.

"Nggak kok, gue nggak sakit"

"Cuma sedikit pusing aja" ucap Aland tersenyum mengelus rambut Azka, dan tatapan yang tadi lembut sekarang berubah tajam ketika melihat luka di sudut bibir Azka.

"Siapa?" Tanya Aland dingin mengelus pipi Azka.

"Haa siapa, apa nya bang?" Bingung Azka dengan pertanyaan abangnya itu.

"Siapa yang udah mukul lo?" Tanya Aland, dapat dia lihat perubahaan ekspresi adeknya itu yang tiba-tiba saja menunduk dan meremas jarinya.

"Azka, jawab gue"

"Siapa yang berani mukul lo?" Tanya Aland lagi

"Hmm, bang Vano bang" cicit Azka tapi masih bisa di dengar jelas oleh Aland.

"Jelaskan!"

"Tadi gue lagi ke kantin sama teman gue, terus Bella tiba-tiba saja jatuh di samping gue dan pura-pura kesakitan lagi, dan bilang kalau gue yang udah membuatnya jatuh" jelas Azka dengan ekspresi kesal.

"Terus Vanonjing itu ada di kantin juga, bukannya dengarin penjelasan gue dia malah langsung nonjok gue" lanjut Azka dengan mata berkaca-kaca.

Aland memeluk adeknya itu memberikan ketenangan, pasti Azka sangat turgancang sekarang pikirnya, saudaranya bukannya malah membelanya tapi malah menyakitinya dan lebih percaya dengan omongan orang asing dari pada dirinya.

"Lo nggak perlu sedih, ada gue di sini"

"Mau gue balas mereka hmm" ucap Aland mengelus punggung Azka.

"Iss abang siapa juga yang sedih, gue biasa aja kok, udah terbiasa juga" ucap Azka tersenyum dan melepaskan pelukan mereka.

"Tapi kalau soal membalas mereka, gue setuju bang"

"Mau balas gimana, kita hadang dan tonjok mereka di mana"

"Gue siap" ucap Azka mengepalkan tangannya, membuat Aland terkekeh dan mengacak-acak rambut Azka.

"Kita bermain lebih pintar, kalau sekedar balas fisik, mereka nggak akan nyadar"

"Malah orang kayak Vano itu pasti bakalan lebih emosi, harga diri Vano itu terlalu besar, dia pasti nggak akan terima kalau kita lawan dia dengan fisik"

"Nanti masalahnya nggak akan selesai-selesai" ucap Aland membuat Azka bingung

"Terus gimana dong bang, padahal gue nggak sabar nih nonjok si bodoh itu"

Aland tersenyum smirk "Kita buat dia menyesal"

"Buat dia menyesal karena sudah membela sampah itu" lanjut Aland semakin membuat Azka bingung

"Abang punya rencana ya?" Tanya Azka dan dibalas anggukan oleh Aland.

"Mau mengikuti cara gue hmm" ucap Aland dan akhirnya menjelaskan rencananya pada Azka, dan tentunya disambut antusias oleh Azka.

"Woww kayaknya menarik bang, boleh deh kita coba" ucap Azka dengan seringaiannya.

"Nggak cocok lo nyeringai gitu, nggak ada seram-seramnya" ucap Aland mengacak-acak rambut Azka kemudian berdiri, begitu juga dengan Azka.

"Abang mau kemana, tadi katanya pusing, istirahat aja di sini dulu" ujar Azka

"Hmm udah sembuh gue dengan liat lo aja" ucap Aland merangkul bahu Azka.

"Dikira gue obat apa, mana bisa sembuh cuma liat gue bang"

"Bisa, buktinya gue sembuh nih" ucap Aland kemudian terdengar gemuruh di perutnya Aland.

"Ohh abang lapar ya hehe" kekeh Azka, membuat Aland tersipu malu dan memalingkan wajahnya.

"Hehe kalau abang benaran nggak pusing lagi, kita ke kantin aja bang"

"Gue juga belum makan" ucap Azka dan diangguki oleh Aland.

Mereka berdua keluar dari ruangan itu dan bertemu dengan Candra dan juga Sky dengan makanan yang dibawa mereka, membuat Aland meneguk ludahnya tanpa sadar melihat tatapan tidak bersahabat dari kedua temannya itu.

"Mau kemana hmm?" Tanya Sky

"Masuk!" Tegas Candra

Aland menghela nafasnya pelan dan akhirnya menurut masuk ke ruangan itu lagi. Membuat Azka cengo melihat kejadian ini, apalagi ekspresi abangnya yang terlihat pasrah itu.

"Haa apa sih"...

.

.

.

.

.

Aland bersama kedua temannya sekarang berjalan menuju parkiran. Ahh lebih tepatnya Sky dan Candra yang mengikuti Aland, soalnya Aland sedang kesal sama mereka.

"Hy Land, lo hari ini izin aja kerjanya, gue udah bilang sama bang Diki kok, lo istirahat aja hari ini" ujar Sky tapi tidak ditanggapi oleh Aland.

"Ohh berani mengabaikan gue hmm" ucap Sky membuat Aland memutar matanya malas dan tetap melanjutkan langkahnya.

"Kayaknya dia udah kangen deh hukuman dari kita" timpal Candra, Aland menghentikan langkahnya menatap tajam ke arah parkiran, kemudian langsung saja berlari meninggalkan teman-temannya itu.

Aland memegang kuat tangan Vano yang hendak memukul Azka, kemudian mendorong Vano.

"Ada apa ini?" Tanya Aland dengan aura dingin dan berdiri di samping Azka.

"Lo nggak perlu ikut campur, ini urusan gue dengan Azka"

"Minggir sebelum lo yang gue hajar" ujar Vano, Aland tersenyum tipis dan menatap geng Aodra dengan tangan bersidekap dada.

"Ada apa?" Tanya Aland pada Azka, menghiraukan tatapan mematikan dari geng Aodra itu.

"Tu cewek lagi-lagi nuduh gue bang, kalau gue bulli dia di toilet" jelas Azka masih tampak kesal

"Hiks Bella nggak nuduh hiks, kok kamu ngomong gitu hiks"

"Bella kayak gini kan karena kamu hiks" isak Bella

Aland mendengar itu langsung menatap Bella yang ternyata keadaannya sekarang sangat menyedihkan, baju yang basah, wajah lebam, ada cakaran di tangannya dan juga rambut yang acak-acakkan.

"Kayak gembel" gumam Aland membuat Azka tertawa mendengar perkataan abangnya itu.

"Nggak ada yang lucu njir, lo udah bikin bella kayak gini, laki bukan sih lo beraninya sama perempuan"

"Kalau lo mau menarik perhatian Vano dan Vino nggak kayak gini caranya, pengecut tau nggak"

"Ahh atau lo iri sama Bella, makanya ngelakuin hal rendahan seperti ini" ucap Chiko membuat Azka berhenti tertawa dan menatap tajam Chiko.

"Sialan, yang mau narik perhatian kembar bodoh itu siapa haa, jangan seenaknya ngomong kalau nggak tau apa-apa" ujar Azka mengepalkan tangannya

"Lah kok marah, yang dibilang Chiko itu benar, lo kan selalu narik perhatian kita, dan dengan cara melukai Bella buat cari perhatian kita, lo pikir kita akan senang haa"

"Gue semakin nggak mau mengakui kalo lo itu adek gue" ucap Vano

"Nggak perlu, gue nggak butuh punya abang bajingan seperti kalian" ucap Azka membuat Vano dan Vino tampak kaget dan terdiam.

Aland merangkul bahu Azka dan mengecup singkat puncak kepala Azka membuat Azka tersenyum senang.

"Jadi kapan kejadian Azka bulli lo, Bella?" Tanya Aland, Bella menyeringai kecil kalau seperti ini pasti Aland percaya padanya pikirnya.

"Tadi hiks, setelah istirahat dia ngunci Bella di toilet hiks" ucap Bella terisak membuat Vano sadar dari keterdiamannya dan kembali menatap Azka tajam.

"Setelah istirahat?" Tanya Sky memastikan dan dibalas anggukan oleh Bella.

"Lo bohong" ucap Candra menatap tajam Bella

"Dari istirahat sampai jam pulang sekolah, Azka bersama kita di ruang osis, dan kapan Azka ke toilet buat bulli lo" lanjut Candra membuat Bella kaget apalagi semua pasang mata itu langsung menatap ke arahnya.

"Lo bohongi kita?" Sekarang giliran Vino bersuara

"Egdhhh..."

"Jawab!" Ujar Alex

"M-maaf sebenarnya hiks, kak anjel yang bulli Bella hiks, t-tapi dia ngancam Bella buat nggak kasih tau siapapun hiks"

"Dan bilang kalau jadiin Azka aja kambing hitamnya hiks"

"Maafin Bella, Azka hiks"

Aland menghela nafasnya pelan dan mengelus rambut Azka.

"Land, lebih baik lo pulang sekarang" ucap Sky menatap Aland yang tampak bosan.

"Yang ini biar kita yang urus" lanjut Sky dan dibalas anggukan oleh Aland.

"Yuk dek, kita pulang" ujar Aland membawa Azka menjauhi mereka

"Kok pulang bang, nggak kerja dulu?" Tanya Azka heran

"Aland, ingat ucapan gue tadi" ucap Sky setengah berteriak, membuat Aland yang hendak menjawab perkataan Azka tadi langsung berbalik dan menatap kedua temannya.

"Hmm" ujar Aland dan melanjutkan langkahnya, kemudian memakaikan helm pada Azka dengan senyuman lembut.

Membuat yang memperhatikan mereka langsung terpana melihat senyuman itu, termasuk Vino dan Vano yang merasakan perasaan aneh melihat keakraban Aland dan Azka.

"Apa ini, apa gue cemburu?" batin Vano dan menatap Vino yang juga menatapnya.

"Kita libur dulu hari ini, nanti pawang gue pada ngamuk" Azka mengangguk saja, kemudian terkekeh pelan karena sudah tau siapa pawang yang dimaksud abangnya itu.

"Yuk dek" ucap Aland sudah naik ke motornya

"Lets go bang" ucap Azka memeluk pinggang Aland, dan menatap abang kembarnya dengan jari tengah yang di arahkan kepada mereka.

Wlekkk...














Tebece...

Continue Reading

You'll Also Like

662K 48.2K 43
Fransen De Corlius... Pemuda berdarah Dingin dengan raut wajah yang selalu datar dan dewasa. Seorang ketua mafia dari Hurgronje mafia milik Daddy nya...
323K 30.1K 23
~[ Arseano Narendra Alexander ]~ Siapa yang tidak mengenal nama tersebut ? Nama yang membuat semua yang mendengarnya merasa ketakutan terbesarnya Seo...
821K 89.7K 45
Kisah dua pemuda kembar yang bertransmigrasi ke raga anak kecil kembar yang baru berusia 5 tahun. "Dek, kenapa kita berada di sini?" "Anjir jangan-ja...
846K 80K 30
Albian Putra Nagaswara remaja yang pandai memainkan peran dan mati akibat keracunan makanan. harus menggantikan hidup seorang Alvian theo aldaren seo...