01.00

ameysiaa รกltal

8.1M 1M 387K

"๐™ท๐šž๐š“๐šŠ๐š— ๐š“๐šž๐š๐šŠ ๐š–๐šŽ๐š—๐š๐šŽ๐š›๐š๐š’ ๐š”๐šŽ๐š—๐šŠ๐š™๐šŠ ๐š‘๐šŠ๐š›๐šž๐šœ ๐š๐šž๐š›๐šž๐š—." -๐“๐“ถ๐“ฎ๐”‚๐“ผ๐“ฒ๐“ช๐“ช, 01.00 โ€ขโ€ขโ€ข "Kema... Tรถbb

Prolog-00.00
00.30
01.00
01.30
02.00
02.30
03.00
03.30
04.00
04.30
05.00
05.30
06.00
06.30
07.00
07.30
08.00
08.30
09.00
09.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
Rekaman suara Masnaka
13.30
14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
17.30
18.00
18.30
19.00
19.30
20.00
21.00
21.30
22.00
22.30
23.00 (EPILOG)

20.30

86.8K 13.1K 3.1K
ameysiaa รกltal

Hai, Vren!

Absen jam berapa kamu baca part ini!!

Masih kuat gak puasanya hari ini?

Spam '01.00' dulu sebelum baca!

Jangan lupa Votenya! 5 K vote untuk next!

Geo merangkul pundak Deo, mencoba untuk memberi kekuatan untuk kakaknya itu walau sebenarnya ia juga hancur di dalam sana.

Tak ada yang tahu, bahwa sebenarnya tiap bulan Geo selalu datang berkunjung sendirian ke makam sahabatnya itu. Entah hanya untuk membersihkan makam laki-laki itu atau hanya sekedar berbagi sedikit cerita kepadanya.

Geo selalu berbicara sendirian di depan makam Masnaka, mengajak laki-laki itu berbicara seolah-olah lelaki itu memang sedang berada di sana.

Mulai dari menceritakan tentang Lengkara, menceritakan tentang pelajaran sekolah, bahkan menceritakan tentang anak-anak panti yang sampai saat ini masih menanyakan keberadaan Masnaka yang sudah tidak muncul selama satu tahun lamanya. Geo menceritakan semuanya tanpa terkecuali.

Sebelah tangan Geo tiba-tiba naik menghapus air mata yang dengan nakalnya mengalir begitu saja di wajahnya. Ia telah menahan perasaannya ini selama satu tahun lamanya, mungkin ini saatnya ia melepaskan semuanya. Tepat dihari kelulusan mereka.

Geo terlihat mengatur napasnya yang mulai sesak. Lelaki itu menghapus semua air mata yang entah sejak kapan sudah kembali berlinang di wajahnya.

"Makasih karena lo udah mau bertahan sejauh ini," ucap Geo lirih. Lelaki itu yang paling tau bagaimana perjuangan Masnaka selama ini.

"Lo beneran pergi setelah nyelesaiin semua masalah lo di sini." Geo ingat bagaimana Masnaka bersikeras menyuruhnya untuk melupakan penyakit kanker yang diidap Masnaka.

Bagaimana Masnaka memaksanya untuk tutup mulut dan tidak memberitahu siapapun bahkan ke saudara kembarnya sendiri.

Bahkan sampai detik ini, semua orang mengira kalau Geo sama seperti Deo. Orang yang sama sekali tak tahu tentang penyakit Masnaka dan ditinggal pergi begitu saja.

"Terima kasih buat semua pelajaran berharga yang udah lo kasih, Ka." Geo memberi jeda panjang pada kalimatnya. "Tentang cinta tanpa pamrih, tentang kebaikan tanpa imbalan, dan tentang pelajaran hidup lainnya."

Kali ini gantian Deo yang menepuk pundak adik kembarnya itu. Kedua saudara itu kini tengah saling menguatkan satu sama lain.

"Terima kasih banyak, Ka. Semua yang sudah lo lakuin gak akan pernah kita lupakan."

"Sepeluh menit lagi ya?" izin Lengkara pelan. Gadis itu menatap memohon ke ketiga lelaki di hadapannya itu.

Ketiganya terlihat diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan, lalu beranjak pergi meninggalkan Lengkara sendirian.

"Masnaka...," panggil Lengkara pelan setelah tak melihat keberadaan ketiga lelaki itu di hadapannya lagi.

Tangan gadis itu mengambil ponsel dari dalam saku seragamnya. Diujung ponsel itu sudah tersemat earphone yang sedari dulu Lengkara gunakan sewaktu Masnaka hidup.

"Aku kangen denger lagu bareng kamu," ucap gadis itu diakhiri kekehan di akhir kalimatnya. Embusan angin menerbangkan helaian rambut panjang gadis itu.

Jari jemari Lengkara bergerak pelan membuka aplikasi spotify di dalam ponselnya.

Gadis itu kemudian memutar playlist yang dulu Masnaka buatkan diam-diam untuknya. Satu earphone tersemat di telinganya, sementara earphone yang lain ia biarkan berada di atas makam Masnaka.

Lengkara perlahan menutup matanya, berusaha mengingat kembali momen yang dulu ia dan Masnaka lalui saat lelaki itu masih hidup.

"Kamu suka danau ya?"

"Suka kamu."

"Kenapa bisa suka aku?"

"Karena tidak ada alasan untuk tidak suka kamu, Kara."

Tetesan demi tetesan air mata telah membasahi wajah Lengkara. Gadis itu perlahan kembali membuka matanya.

Lengkara terlihat tersenyum di antara linangan air matanya. "Sekarang Dela udah bisa jalan dan bisa manggil nama aku, Ka."

Lengkara terkekeh, meski perasaannya kini sangat pilu. "Kalau kamu ada, Dela pasti bisa manggil nama kamu juga."

'Kar, jangan cepat-cepat lupain aku ya.'

Lengkara menggelengkan kepalanya pelan. Sedari dulu Masnaka sangat takut dilupakan.

"Kamu jangan takut Naka, aku bisa pastiin Dela tau kalau Masnaka itu ada." Tangan Lengkara mengusap batu nisan di hadapannya.

"Suatu hari nanti, aku bakalan ceritain ke Dela tentang seorang lelaki hebat, lelaki yang tak takut sakit walau ia hancur."

Lengkara menghirup napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya yang terasa sangat kosong. "Sayang," lirih gadis itu pelan.

"Aku akan pergi jauh."

Lengkara terdiam lama, gadis itu menatap sendu makam Masnaka di hadapannya. "Aku lulus SNMPTN. Jurusan Kedokteran, tapi bukan di pulau ini."

"Aku akan pergi jauh dari tempat ini Naka.... Tempat di mana semua kenangan kita tersimpan. Kenangan Uta—Ara, dan kenangan Masnaka—Lengkara." Gerimis datang tanpa diundang. Angin bertiup lebih kencang dibanding sebelumnya.

Lengkara perlahan mendongakkan kepalanya merasakan tiap rintik hujan yang turun mengenai wajahnya. Earphone yang tersemat di sebelah telinga gadis itu masih setia memutar lagunya.

Mata Lengkara terpejam erat, tangan gadis itu terkepal kuat di kedua sisi tubuhnya. "Kamu tidak akan marah, kan, Ka?"

Tidak ada jawaban.

"Walau raga kamu kini sudah menyatu dengan bumi, kamu akan tetap abadi di hati aku, Ka," lirih gadis itu.

Pandangan gadis itu kembali turun menatap nisan yang bertuliskan nama Masnaka. "Kamu takut hilang?" tanyanya lirih. Gadis itu menggeleng pelan.

"Kamu gak akan menghilang, Ka." Suara Lengkara terdengar semakin parau. Lengkara terus menumpahkan rasa sedihnya lewat air mata yang mengalir di wajahnya. Hanya itu yang bisa membuat perasaan sesak di dalam dirinya sedikit menghilang.

"Kar," panggil Sekala. Laki-laki itu datang memayungi tubuh Lengkara.

Lengkara perlahan mendongakkan kepalanya, membiarkan Sekala melihat wajah penuh air matanya itu. "Kal...."

"Pulang, ya? Nanti kamu sakit," ajak lelaki itu, satu tangannya terulur menggapai jari-jemari Lengkara dan membantu gadis itu untuk berdiri.

Lengkara perlahan berdiri lalu termenung sejenak. Gadis itu menatap kosong rumput hijau yang tumbuh di atas makam Masnaka. Ia tak pernah menyangka kisahnya akan berakhir setragis ini.

Gadis itu menundukkan, ia kembali mencium sayang nisan kekasih hatinya itu, sebelum akhirnya berbisik dengan sangat pelan di sana.

"Aku sangat cinta kamu, Naka. Sangat cinta walau Tuhan memisahkan kita dengan cara yang paling menyakitkan."

tbc.

Spam 'next'

Spam 'Masnaka Lengkara'

Spoiler :

"Lo gak ada niatan buat nyari Prima, De?"

"Gue harap, gue gak ketemu dia lagi, Kar."

Tanda tangan novel 01.00

Ig :
-Ameysiaa
-Aameyliafalensia

Olvasรกs folytatรกsa

You'll Also Like

2.4M 216K 52
TERSEDIA DI GRAMEDIA๐Ÿ“ "Aku terlalu lelah untuk terus berkelana di bawah hujan." Legenda Negeri Angkasa. Sosok laki-laki yang rasa sabarnya tidak per...
5.7M 381K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACAโš ๏ธ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
928K 33.8K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
7.9M 1.2M 45
Sudah Terbit + Part Masih Lengkap! Marvel Algara dan Marvin Algara, kembar identik yang memiliki takdir berbeda. Jika sang ayah, Galvin, membebaskan...