KITA YANG TAK SAMA

De marthaleoch

34.4K 3.2K 1.1K

"Kamu sadar ga sih? Kita tuh ga sama! Dan ga akan berada di posisi yang sama lagi untuk melangkah ke masa dep... Mais

INTRODUCE
O N E
T W O
T H R E E
F O U R
F I V E
OH HI!
S I X
S E V E N
E I G H T
N I N E
T E N
E L E V E N
T W E L V E
T H I R T E E N
F O U R T E E N
F I F T E E N
S I X T E E N
S E V E N T E E N
E I G H T E E N
T W E N T Y
T W E N T Y O N E
T W E N T Y T W O

N I N E T E E N

593 43 58
De marthaleoch

"Ryo" panggil Brian sambil berjalan ke arah anaknya yang sedang duduk di sofa ruang keluarga ditemani dengan Bu Vina

Ryo yang melihat Brian berjalan ke arahnya pun seakan penuh rasa ketakutan dan segera mendekatkan diri dan memeluk omanya untuk bersembunyi dari hadapan ayahnya itu.

Ada rasa sakit dan sesak di hatinya ketika melihat Ryo menjadi takut seperti ini saat melihat dirinya, apalagi ini bukan kali pertama Ryo seperti ini akibat ulahnya.

"Kita ke makam mama yuk" ajak Brian

"Ga mau sama papa!" seru Ryo

"Papa malah-malah telus sama Lyo" sambung bocah itu dengan polos dan mampu membuat mata Brian panas akibat matanya yang kembali berkaca-kaca

"Iya nanti sama oma juga perginya" bujuk Brian

"Kamu ga kerja Brian?" tanya Bu Vina acuh tak acuh pada putranya

"Engga ma"

"Sarapan dulu, mama udah buatin cream soup tadi"

"Ryo temenin papa sarapan yuk" pinta Brian sambil mengulurkan tangannya, berharap Ryo menyambut uluran tangan itu dengan hangat

Ryo kembali menggelengkan kepalanya sebagai penolakan terhadap ajakan Brian. Bu Vina yang melihat sikap Ryo yang menjaga jarak dari Brian pun hanya bisa menarik nafasnya panjang dan mencoba membujuk cucunya agar "berdamai" dengan ayahnya.

"Sama oma yuk, kita temanin papa sarapan" bujuknya

Tapi Ryo kembali menggelengkan kepalanya dan lebih memilih berlari ke arah kamar suster Nova. Brian yang melihat Ryo kembali menolak ajakan omanya, kembali merasakan kegetiran di hatinya.

Ryo benar-benar gamau dekat sama aku Vas. Maafin aku, udah buat Ryo seperti ini. Gumamnya dalam hati sambil menatap Ryo dari meja makan.

"Lihat Ryo" ucap Vina yang sudah duduk di samping Brian

"Kamu ga kasihan sama Ryo?"

"Dia ketakutan setiap lihat kamu"

"Semua karena sikap kamu yang suka marah-marah belakangan ini" sambung Bu Vina

"Maafin aku" ucap Brian pelan

"Jangan minta maaf sama mama, minta maaf sama anak kamu" saran Bu Vina

Brian yang mendengar kata-kata yang terlontar dari bibir ibunya pun terhentak seakan tersadar dengan keegoisan yang dilakukannya belakangan ini, melalukan kesalahan tanpa pernah meminta maaf kepada Ryo.

Brian pun berdiri dan beranjak dari meja makan ke kamar suster Nova dan memanggil nama Ryo untuk keluar.

"Habis dari makam mama, kita ke tempat tante Shane ya" bujuk Brian di depan pintu kamar

Nama Shane memang seolah mempunyai magnet tersendiri bagi Ryo, hingga akhirnya Ryo pun keluar dari kamar dan menghampiri ayahnya.

"Pelginya sama oma ya" pintanya dengan wajah yang menggemaskan

Brian pun menengokan kepalanya sesaat ke arah Bu Vina yang berdiri tepat di belakangnya seolah untuk menanyakan kesiapan ibunya untuk ikut bersama dia dan Ryo.

"Kalian berdua aja" kata Bu Vina sambil tersenyum

"Gamau! Lyo mau nya sama oma!" protes anak kecil itu

"Ikut ya ma. Demi Ryo" pintanya

"Iya. Oma ikut. Tapi Ryo janji baikan sama papa ya" seloroh Bu Vina

Ryo pun menganggukan kepalanya sebagai tanda setuju dengan apa yang diucapkan omanya.

"Ryo ganti baju aja ya, tadi pagi sudah mandi soalnya"

Ryo kembali menganggukan kepalanya dan berjalan menapaki anak tangga menuju lantai dua rumahnya dan masuk ke dalam kamar untuk mengganti baju yang dibantu oleh suster Nova.

"Brian. Kamu yakin mau ajak Ryo ketemu Shane?"

"Iya. Biar Ryo ga ngambek lagi sama aku ma"

"Mama ga siap buat ketemu Shane lagi"

"Iya....Aku tau" ucap Brian sambil menganggukan kepalanya pelan

"Mama merasa sangat bersalah. Mama juga ga tega sama Shane. Karena kita juga secara ga langsung Shane harus kehilangan kedua orang tuanya" sambung Bu Vina yang disambut dengan tatapan sendu dari Brian.

"Ganti baju sekarang ma" pinta Brian dan berlalu naik ke kamarnya yang disusul dengan Bu Vina yang juga naik menuju kamarnya

Hampir lima belas menit berlalu, mereka pun segera bersiap berangkat ke tujuan pertama yaitu makam Vas.

"Holeeee, ketemu mama sama tante Sen!" riang Ryo yang duduk di belakang bersama suster Nova

Ini Ryo habis ngambek sama papa Brian 😌

"Nanti kita beli ice cleam dulu ya pa buat tante Sen" pinta Ryo

"Papa"

"Papa! Lyo mau beli ice cleam buat tante Sen!"

"Iya, iya Ryo" jawabnya dengan nada yang cukup keras

Mendengar jawaban ayahnya, bukan rasa senang yang dirasakan oleh Ryo tapi kembali rasa takut yang menghampiri.

"Brian" tegur Bu Vina sambil menatap tajam mata anaknya

"Iya nanti kita beli ice cream ya buat tante Shane" janji Brian pada anaknya dengan nada yang melembut dan disambut dengan wajah sumringah Ryo

"Ryo mau beliin bunga buat mama Vas ga?" tanya Bu Vina

"Mau oma! Walnanya yang cantik ya, bial mama senang!" jawabnya penuh semangat

"Kita beli bunga warna merah ya, karena mama Vas suka sekali dengan warna merah" usul Bu Vina yang kembali disambut dengan perasaan riang gembira dari cucu kesayangannya

"Nanti malam Lyo mau beldoa lagi sama Tuhan ya oma, bial mama bisa ketemu Lyo"

Ucapan Ryo barusan membuat hati Brian kembali mencelos dan kalut. Sisi lemahnya kembali mencuat dari dalam diri. Dia sadar bahwa anaknya sangat merindukan Vas, ibunya. Tapi selama ini tidak ada yang bisa dia lakukan selain membawa Ryo ke makam Vas atau bahkan memohon agar Vas bisa datang sejenak ke dalam mimpi saat mereka rindu dengan bidadari yang hingga saat ini menjadi pengisi hati mereka.

"Iya nanti kita berdoa sama sama ya buat mama Vas" balas Bu Vina atas ucapan cucunya

"Brian, jangan lupa nanti mampir ke toko bunga dulu ya" pesan Bu Vina yang dibalas dengan anggukan kepala Brian

"Pak, itu ada toko bunga" tunjuk suster Nova ke arah sebelah kiri jalan

"Oh iya benar, mampir disitu aja Brian" pinta Bu Vina dan Brian pun segera menghentikan mobilnya di depan toko bunga

"Lyo ikut oma!"

"Iya ayo" kata Bu Vina sambil menggandeng tangan Ryo

Mereka berempat pun turun dan masuk ke dalam toko bunga.

"Wahh!! Cantik! Walnanya bagus oma" pekik Ryo saat melihat bunga mawar berwarna putih

"Tapi ini bukan melah oma" lanjutnya

"Mau beli yang mana buat istri kamu, Brian?"

Brian yang mendengar pertanyaan ibunya seketika menjadi bingung untuk memilih bunga, hingga akhirnya jemarinya menelisik menggerakan layar handphone miliknya.

"Yang kaya gini aja ma" kata Brian sambil menunjukkan sebuah foto

"Bunga mawar ya?" tanya Bu Vina balik

"Aku gatau namanya apa, coba tanya aja ke yang jual"

"Mas, ini bunga apa ya?" tanya Brian pada penjaga tokonya

"Oh, ini mawar merah pak"

"Saya mau ini, ada ga?"

"Ada pak. Mau dibikinin kaya gitu juga?" tanya penjual bunga itu sambil menunjuk foto yang diberikan Brian

"Iya boleh"

"Tapi kita ga cukup pak persediaan bunganya kalau sebanyak itu, kalau untuk ukuran kecilnya bisa"

"Iya boleh, atur aja bagaimana bagusnya" pesan Brian

"Pakai sekitar empat puluh lima tangkai mawar ya pak" info penjual bunga itu yang di balas dengan anggukan kepala Brian

"Papa" panggil Ryo sambil berlari kecil

"Sini" ajak Ryo sambil menarik tangan Brian

"Lyo mau beli ini buat tante Sen, boleh ya pa?" ucapnya sambil menunjuk sebuah bunga berwarna putih dan cantik

"Buat tante Shane?" kejut Brian

"Iya, beliin ya pa buat tante Sen" pinta Ryo lagi dengan nada memohon

"Tante Shane beliin ice cream aja ya" tolak Brian dengan halus

"Tapi Lyo mau ini buat tante Sen!" rengek Ryo sambil menarik-narik baju Brian

"Ryo bisa nurut sama papa sekali?!" tanya Brian dengan nada yang kembali meninggi

"Ada apa lagi sih?" tanya Bu Vina gregetan saat melihat Ryo dan Brian

"Brian bisa ga sih kamu kalau bicara sama Ryo ga pakai emosi?!"

"Ga enak kalau dilihat orang sekitar!"

"Bukannya gitu ma, Ryo tuh akhir-akhir ini selalu aja sikapnya gini. Apa yang dia mau harus diturutin" jelas Brian

"Dia masih kecil Brian!"

"Iya aku tau" sela Brian tidak mau kalah

"Tapi ga semua yang dia mau harus aku turuti! Ini semua juga demi kebaikan Ryo"

"Ryo kan cuma mau beli bunga buat Shane. Apa susahnya?"

"Iya oke. Aku ngalah" ujar Brian mengalah sambil berlalu mengambil bunga yang ditunjuk oleh Ryo dengan gerak tubuh yang mengartikan rasa kesal

"Ryo, bilang apa sama papa?" tanya Bu Vina pada cucunya

"Telimakasih pa" ucap Ryo sambil menatap wajah ayahnya dengan seksama dan dibalas dengan wajah datar dari Brian

"Pak ini sudah jadi" kata penjual bunga itu sambil memberikan boquet bunga mawar merah

"Jadi berapa? Sama ini ya" tanya Brian sambil menunjukkan bunga yang ada di tangannya

"Jadi tiga ratus dua puluh ribu pak"

"Oke. Ini, terimakasih ya" ucap Brian seraya memberikan uang

Mereka berempat pun kembali masuk ke dalam mobil dan kembali meluncur menuju ke makam Vasheena.

Tak terasa, mereka pun telah sampai di makam Vas. Ryo pun segera turun dan melangkah dengan girang ke arah makam wanita yang sangat dia sayangi, walaupun belum pernah bertemu di sepanjang hidupnya.

"Mama" sapa Ryo pada makam Vas

"Lyo datang"

"Sama papa, sama oma, sama encus" lanjutnya

"Papa beli bunga besal loh buat mama"

Brian hanya bisa menatap anaknya dari belakang dengan tatapan nanar dan air mata yang tertahan. Ada perasaan bersalah yang kembali menjalar di hatinya.

"Mungkin gua harus lebih bisa memahami perasaan Ryo" batinnya

"Vas" sapa Brian juga pada makam istrinya

"Here's your favorite flower" ucapnya seraya meletakkan boquet bunga yang tadi dia beli di atas makam Vas dengan senyum yang penuh kepedihan

"Lyo juga beli bunga loh ma buat tante Sen. Bial cantik kaya mama" seru Ryo dengan polosnya

Brian yang mendengar Ryo berbicara seperti itu hanya bisa terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata pun, begitu juga dengan Bu Vina dan suster Nova.

Kamu akan tetap jadi pemenang di hati aku dan Ryo sampai kapan pun itu, Vas.

🍒🍒


Diketik dengan 1.561 kata 📝

Bagaimana dengan chapter ke 19 ini?

Ramein vote & comment yuk 🥰

See you in next chapter 💚

Continue lendo

Você também vai gostar

Found You De Kupukupukecil

Literatura Feminina

2.5M 240K 65
Bagaimana jika seorang yang terbiasa dengan menyentuh bertemu dengan seseorang yang tak bisa disentuh sama sekali? Keduanya harus bisa bekerjasama de...