A: CH
AKHIRNYA YANG DITUNGGU-TUNGGU YYYY!!!
YANG MAU NUMPANG MAKAN GRATIS DIPERSILAHKAN!!
•
•
•
•
•
[20] D-Day!
[ H A P P Y R E A D I N G ]
***
Hari ini hari pernikahan Argara dan Anara. Akan dilaksanakan di rumah Anara yang sudah dihias secantik mungkin.
Hanya akad, tidak ada resepsi, resepsi nya tunggu Argara dan Anara mau kapan saja.
"Ra! Buruan sini gue maskerin dulu muka lo, biar bersinar nanti," Freya menarik tangan Anara paksa.
Ayna, Freya, dan Rayana menginap dirumah Anara tadi malam.
"Lo mau yang varian apa?" tanya Freya.
Anara melihat-melihat. "Terserah deh," ucap Anara.
"Oke yang varian milk aja,"
Freya mulai membuat adonan masker nya dan mengoleskan di area wajah Anara.
Btw, mereka ber-empat tadi malam tidur di kamar tamu, karena kamar Anara sudah dihias secantik mungkin.
"Tunggu 15 menit dulu Ra, baru deh bisa lo bilas."
Anara mengangguk patuh.
"Rayana sama Ayna kemana?" tanya Anara.
"Bantu-bantu dibawah, bosen mereka kalo diem diri aja, jadinya kebawah deh."
"Oohh, lo kenapa gak bantu-bantu?" tanya Anara.
"Kan ini gue lagi bantuin lo, hehe," cengir Freya.
"Alasan."
***
Tok! Tok! Tok!
"Arga! Buruan dong kamu, acaranya satu jam-an lagi loh ini, kita harus cepet-cepet sampai disana!" seru Clarissa didepan pitu kamar Argara.
"Iya sabar Bun, ini udah siap!" seru balik Argara.
Ceklek!
"Lama banget kamu, kayak cewek aja," sahut Clarissa.
"Tapi ini kan udah siap, udah lah ayok Bun, gausah marah-marah dulu deh hari ini, ntar make up-nya luntur loh."
Argara dan Clarissa pun turun dengan Argara yang menuntun Bunda-nya.
Dibawah, Argara melihat Ayah-nya dan Naresha yang sedang duduk di sofa.
"Ayok Yah, udah siap si Arga," ucap Clarissa sambil merapikan jas suaminya.
"Peci-nya Bang jangan lupa," peringat Bagas.
Argara mengangguk. "Udah kok."
"Buru-buru, Nares udah gak sabar mau liat Kak Nara," ucap Naresha dengan semangat.
Keluarga itu pun berangkat, dan diikuti beberapa mobil saudara-saudara dibelakang.
***
Dikamar tamu yang ditempati ke-empat perempuan itu pun tidak kalah sibuk nya, bahkan kamar itu sudah berantakan.
"Nara lo make up diluan, kan elo yang mau nikah, bukannya gue," kesal Rayana.
Pasalnya Anara memaksa Rayana luan untuk di make up, tetapi Rayana menolak.
"Ntah nih, udah buruan, tinggal beberapa menit lagi acara lo udah mau dimulai," timpal Ayna yang sedang sibuk kesana-kemari.
"Yaudah deh."
Akhirnya Anara di make up luan oleh bidan pengantin.
"Gilak! Gilak!" heboh Freya yang sedang nangkring dijendela.
"Kenapa sih?" tanya Ayna kepo.
"Itu tuh, rombongan Argara udah dateng, kok jadi gue yang deg-degan ya? Padahal yang mau nikah itu sih Anara," Freya memegang dadanya yang berdegup lumayan kencang.
"Aneh lo," ucap Ayna.
"Demi apa! Argara ganteng banget Ra, gak salah milih suami sih orang tua lo!" ucap Rayana yang melihat Argara keluar dari mobil.
"MasyaAllah, cakep bener calon suami orang," sahut Ayna sambil menggeleng-geleng kan kepalanya.
Anara yang mendengar suara sahabat-sahabatnya itu jadi merasa deg-degan juga.
"Ra, kalo gue tikung lo marah gak?" tanya Freya dengan nada bodoh.
Tak!
"Bego kok dipelihara! Mana mau Argara sama modelan bekatan kayak lo!" semprot Rayana.
"Shh! Sakit kali ini pala gue!" Freya mengelus kepalanya.
"Raisain!"
"Pengantin wanita nya sudah siap, ayok sini teman nya siapa duluan yang mau di make up?" tanya sang bidan pengantin.
Mereka ber-tiga yang nangkring dijendela sontak menoleh ke belakang.
"Gila gila! Bidadari darimana nih?" kagum Ayna saat melihat penampilan Anara.
"Bisa aja lo Na!" Anara mengibaskan tangannya tepat didepan wajah Ayna.
"Udah itu buruan woy, lo luan deh yang make up," Freya mendorong tubuh Ayna untuk duduk dibangku rias.
"Mbak yang cantik ya, kalo bisa ngalahin pengantin wanita nya," canda Ayna yang disambut senyuman bidan pengantin.
Satu persatu mereka sudah selesai didandan dan rambut juga sudah rias secantik mungkin.
Tok! Tok! Tok!
Rayana membuka pintu kamar dan terdapat Aliya didepan pintu.
"Nara nya sudah siap?" tanya Aliya.
Rayana mengangguk. "Sudah Tante."
"Ayo kita turun, udah mau dimukai acaranya," kata Aliya sambil memasuki kamar dan berjalan mendekati Anara.
"Nara deg-degan, Ma," ucap Anara ke Mama-nya.
"Wajar itu kok, Mama juga dulu gitu, udah ayo kita semua turun, dibawah udah rame soalnya, penghulunya juga udah datang."
Aliya menggandeng tangan Anara untuk turun kebawah, diikuti ke-tiga sahabatnya dari belakang.
Sesampainya di tempat acara ijab kabul, Anara dituntun Mama-nya untuk duduk disamping Argara.
Anara melihat kearah Papa-nya yang duduk didepan Argara.
Raka mengacungkan jempolnya ke Anara. "Cantik," kata Raka tanpa suara.
Anara tersenyum melihat pergerakan bibir Papa-nya itu. Anara menoleh kesamping tepat Argara berada, bisa dilihat muka Argara kali ini terlihat lebih kaku dari biasanya.
"Bisa kita mulai?" tanya sang penghulu.
Argara dan para wali mengangguk.
"Ehm! Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Argara Delvin Wijaya bin Bagas Wijaya, dengan anak saya yang bernama Anara Gazbiyya Bellova dengan maskawinnya berupa mahar senilai Rp 367.000.000,-00 dan seperangkat alat solat, tunai!" ucap Raka lantang.
Argara menarik nafas dan menghembuskan perlahan.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Anara Gazbiyya Bellova binti Rakana Bellova dengan maskawin berupa mahar senilai Rp 367.000.000,-00 dan seperangkat alat solat, tunai!"
Suara Argara begitu lantang saat mengucapkan ijab kabul tadi, sampai-sampai Clarissa terharus melihat anaknya yang sangat badung itu.
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"SAHH!!"
"Alhamdulilah," penghulu mulai memimpin doa.
Clarissa, Aliya sudah menangis, sedangkan Raka masih menahan tangis, Bagas yang tersenyum bangga melihat putranya saat mengucapkan ijab kabul tadi.
Ayna, Rayana dan Freya juga ikutan menangis, ditambah suasana yang memang haru.
"Silahkan mempelai wanita mencium tangan suami," ucap sang penghulu.
Dengan pelan Anara mencium tangan Argara. "Semoga ini memang jalan yang terbaik," ucap Anara dalam hati.
Jepret! Jepret!
Banyak lensa kamera yang menyorot mereka ber-dua.
"Sekarang pengantin pria mencium kening istri."
Dengan gerakan kaku Argara menarik kepala Anara mendekat, setalah mendekat Argara mendarat kan bibirnya tepat dikening Anara yang sekarang sudah resmi menjadi istrinya dimata hukum dan agama.
Jepret! Jepret!
"Semoga semuanya berjalan dengan lancar sampai maut memisahkan," doa Argara dalam hati.
Argara segara menarik dirinya seperti semula.
Selanjutnya sepasang pasutri baru itu pun mengucapkan janji pernikahan dan menandatangani buku pernikahan.
"Selamat ya, semoga Allah merestui kalian sampai kakek-nenek," ucap penghulu itu.
"Aamiin," ucap semua orang yang berada disana.
"Mbak, Mas, foto dulu sama buku nikah," ucap sang fotografer.
Argara menarik Anara supaya mendekat. "Deketan sini."
Foto pertama Argara dan Anara yang memegang buku nikah, lanjut foto kedua dengan menunjukkan cincin mereka, dan ketiga foto dengan Argara yang mengapit pinggang ramping Anara.
Perlakuan Argara itu membuat Anara menjadi kaku, memang perlakuan kecil, tapi dampaknya sangat besar bagi Anara.
"Sip, mantap!" sang fotografer mengangkat jempolnya.
To be continued.....
•
•
•
•
•
YOWWW UDAH HALALLLLL!!!
Kira-kira pada ngasih kado apaan ya??
Bakal ada yang ngasih amplop isi 2000 gak ya???
___________________________________
Jangan lupa tinggalin jejak vote dan komen sesudah bacaa ℘
Komen 'next' disini ➛
See you in the next chapter ᥫ᭡
Jangan lupa untuk follow akun instagram aku ya @gitaaam_wp untuk melihat sekilas tentang Argara & Anara sekawan, yang mau follback-an bisa dm