Rumah Untuk Lingga (Completed)

By tazsasza

316K 34.5K 2.1K

Segala sesuatu bentuk plagiat ,adalah hal yang paling tidak dibenarkan❗ Mari, biar ku ajak kamu berkenalan de... More

Prolog
1 || Sepeda dan Salam Lingga
2 || Sepatu Tara
3 || Lingga dan Pagi Harinya
4 || Kacang Milik Genta
5 || Saga, Kebanyakan!
6 || Eskul
7 || Kantin dan Rapat
8 || Rival Bara
9 || France Angelfish
10 || Pohon Lingga
11 || Rumah Saga
12 || Radio Mobil Bara
13 || Bahu Lingga
14 || HokBen (Spesial Chap)
15 || HokBen Putaran Kedua
16 || Utang Budi
18 || Rokok Pele
19 || Minum Air
20 || Petasan Yang Menyala
21 || Rompi Bara
22 || Teman di sisi Saya
23 || Datang Kembali
24 || Lingga dan Lutut
25 || Lampu Kuning
26 || Kebakaran
27 || Serakan Hati dan Beling
28 || Hujan dan Perasaan yang jatuh
29 || Tara dan Sayapnya Yang Rusak
30 || Senyum Manis
31 || Anyelir kuning
32 ||Pesawat Tanpa Pengemudi
33 || Sisi Gelap
34 || Amarah
35 || blood and wounds
36 || Fell In Pain
37 || cold heart
38 || Kebohongan Tara
39 || Rumah Untuk Lingga
Epilog
Root of memories || Bara
Root of Memories || Pele
Info Terbit dan Penghapusan Sebagian

17 || Mantan

5.4K 688 46
By tazsasza

"Sst. Lo tau kasus sekolah ini gak?"

"Kasus apaan?"

"Kasus yang pernah dialami kelas tiga sekarang"

"Loh kok Lo tau?"

"Tau dong kan mantan gue kelas tiga"

"Hehh. Kakak kelas yang botak itu kan mantan Lo?"

"Nah iya itu ,daripada itu. Kasus ini benar-benar aneh"

"Anehnya?"

"Lo inget pas MOS. Bang Bara pernah bilang kalo aula yang kita pake itu masih dalam perbaikan"

"Iya-iya inget gue. Yang katanya lagi bekas kebakaran kan!"

"Iya. Tapi kata mantan gue bilang ,kebakaran itu bukan kasus kebakaran biasa, kebakaran itu tuh dibuat sengaja oleh salah satu murid di sekolah ini"

"Serius Lo!"

"Iyaaa lah. Terus-terus kata mantan gue lagi. Di sekolah ini dibagi jadi dua kelompok besar -

"Dua kelompok besar begimana! Dah- dah keknya Lo kebanyakan dikibul sama mantan Lo tuh, lagian kalo pun ada juga kan hal yang biasa emang dari dulu kan orang-orang suka buat kelompok. Mantan lo terlalu mendramatisir keadaan keknya"

"Sembarangan!. Dengerin dulu makanya. Ini tuh bukan sembarang kelompok kita yang biasa-biasa ajah mana tau Lah. Orang organisasinya rahasia dan private orang-orangnya siapa juga yang masuk ke golongan itu juga dirahasiain identitasnya yang tau itu cuman murid-murid yang punya peran penting"

"Ah makin ngawur ajah Lo .kebanyakan baca wattpad nih gini halu!"

"Gak usah bawa-bawa hobi gue. Terserah Lo mau percaya apa enggak"

"Hih. Ambekkan. ya udah lanjutt"

"Dih ngatain tapi penasaran. Terus ya golongan ini itu disebut barat dan timur. Mantan gue gak ngeceritain lebih rinci lagi cuman dia bilang tugas inti mereka itu sebagai pengawas dan ada kaitan sama kasus kebakaran itu"

"Pengawas apaan?!"

"Pengawas anak-anak sekolah"

"Hih. Jadi kita ngomong ginian juga lagi diawasin gitu?"

"......."

"Mungkin"

Kedua siswi yang sedang mengobrol itu langsung menengok ke belakang.

"Kak Tara" pekik salah satu dari kedua siswi itu. Tara yang sedang berdiri dengan satu tangan yang menyentuh pohon di belakang kedua siswi itu duduk, langsung pura-pura ikut terkejut juga, kemudian dia memasang tampang jahilnya.

"Yo. Hayoh ketawan lagi pada ngegosip!" Kedua siswi itu serempak menunduk malu. Sedangkan Tara kini malah senyam-senyum melihat keduanya seperti itu. "Enggak gitu juga kak, temen saya ini dia lagi nyeritain kasus sekolah. Tapi saya gak percaya kok ,kak"

Mendengar ungkapan temannya siswi satu lagi langsung mencubit gemas. Membuat Tara tertawa geli "Haha. Gak papa kalo mau percaya juga".

Keduanya langsung menatap Tara "Emang beneran itu kak?". Tara langsung memasang pose berpikir. "Hmmm gimana ya...Ehh kalian ada pelajaran Bu Rini kan?" Kedua siswi itu saling berpandangan ,kemudian langsung mengangguk. "Noh Bu Rini lagi jalan. Waktu istirahat hampir abis bentar lagi ,kalian tau kan Bu Rini itu kalo telat dikit hukumannya gak main-main apalagi gak toleran. Mau itu cewe kek apa cowo" ujar Tara sambil menujuk Ibu guru yang sedang berjalan di lorong dengan dagunya, yang terlihat dari jendela luar halaman. Kedua siswi itu langsung panik dan bergegas meninggalkan Tara,pergi kembali ke kelasnya.

Sepeninggalan kedua adik kelasnya, Tara langsung mengubah raut wajahnya. Tidak ada raut geli lagi disana melainkan wajah datar Tara.

"Pel, Lo denger kan. Anak botak kelas tiga". Mendengar itu Pele langsung keluar dari tempat persembunyiannya. Sedari tadi selain Tara Pele juga ada disana di balik pohon, mendengarkan dengan diam. Pele berdiri di samping Tara yang kini sudah berjongkok.

"Berani-beraninya tuh anak main-main saat si Iky gak ada" ungkap Tara kesal sambil meninju angin, tidak seperti Tara. Pele malah terlihat tenang.

"Ngomong-ngomong soal Iky, Lo udah tau dimana dia sekarang, ya kan?" Tanya Tara sambil mendongak menatap Pele. Pele tidak menjawab malahan ia berbalik dan berjalan .

"Gue anggap Lo udah tau. Inget Pel soal yang tadi Lo jangan sampe buat tuh anak sekarat. Bisa tambah runyam" Peringat Tara yang kini ikut mensejajarkan langkahnya dengan langkah lebar Pele.

Begitu di tikungan, Pele yang tetap berada pada jalan lurus berhenti begitu pun Tara yang hendak mengambil belokkan, seolah keduanya memiliki koneks yang sama. "Gue gak janji bakal bikin tuh anak gak sekarat. Tapi gue pastiin kedepannya gak ada lagi yang ember" Kata Pele tiba-tiba.

Tara yang sudah menebak hanya bisa terkekeh. "Ya gue tau" jawabnya.

Pele pun mengangguk. Lalu Pele menunduk menatap sepatu lusuhnya . "Soal Iky gue gak bisa bilang dan gak bisa mastiin keadaannya. Tapi yang pasti, gue harap Lo bisa jaga posisi itu sampai Iky kembali bahkan untuk yang terburuknya sekalipun, Lo tetep bisa jaga dan ngawasin anak-anak"

Mendengar kalimat itu Tara tertawa geli "Lo pikir kenapa Iky nyerahin ke gue, selain karena tuh anak percaya ke gue"

Kali ini Pele yang tertawa, dia lupa selain hal tentang Lingga. Tara itu bisa dipercaya dan diandalkan "Oke. Kalo gitu hati-hati"

Tara mendengus "Harusnya gue yang bilang gitu!"

Pele hanya tertawa sebagai jawaban dan pergi begitupun Tara yang memilih jalan berbeda.

*****

Erlang menatap nyalang bangunan rumah didepannya. Rumah ini adalah rumah yang biasa Erlang antar dan jemput Iky. Tapi sudah sebulan ini, rumah yang Erlang tau punya Iky. Ternyata bukan miliknya.

Iky hanya sekedar menumpang menunggu. Dan rumah itu sudah lama kosong, pantas saja saat Erlang ledek Iky itu pemalas karena melihat pekarangan rumah yang kotor dan ditumbuhi banyak rumput anak itu hanya bisa tertawa.

Erlang tersenyum kecut dibalik kemudi mobilnya. "Dua tahun lebih kita temenan. Ternyata masih gak cukup buat Lo terbuka ke gue. Lo anggap gue temen gak sih?"

*****

Sama halnya dengan Erlang. Genta, Saga dan Lingga. Ketiganya sama-sama mencari informasi tentang Iky. Bahkan sampai membagi tugas dan berpencar. Tapi tidak ada satupun yang tau begitu pun dengan Informasi Iky yang ada di sekolah.

Ternyata selain tentang data kelahiran, agama dan nama wali, semuanya dipalsukan. Bahkan pihak sekolah pun sampai kaget. Wali Iky pun tidak ada yang kenal dan tau wajahnya seperti apa. Karena setiap ke sekolah wali Iky akan selalu memakai masker untuk menutupinya.

Hendak mengadukan ke pihak polisi pun dan mengkasuskannya sebagai orang hilang pun tidak bisa. Karena bukan hanya Iky tapi keluarga dan latar belakangnya saja tidak ada yang tau.

Iky seperti ditelan bumi.

Lingga menatap kosong jalanan, kali ini ia kebagian mencari Informasi di sekitar depan sekolah dengan berbekal selembar photo Lingga bertanya kepada setiap yang melewat.

Tidak-tidak. Lingga tidak membolos, kebetulan pelajarannya kosong dan dia pun memanfaatkannya untuk mencari informasi tentang Iky. Lingga pun sudah izin terlebih dahulu.

Bahkan ketika perutnya sudah berbunyi Lingga masih bersikukuh untuk tetap mencari. Tapi saat ini Lingga sedang duduk sebentar , capek sedari tadi berdiri.

Pele yang baru keluar dari gerbang dengan motor trailnya, langsung menghampiri begitu matanya menangkap tubuh kecil Lingga yang duduk di pinggir jalan.

"Masih nyari?" Tanya Pele dari balik helm. Lingga mendongak dan menatap bingung melihat itu Pele pun membuka helmnya,lantas Lingga pun mengangguk. Pele mendengus begitu melihat jelas penampilan Lingga sekarang. Di penglihatannya Lingga benar-benar seperti seorang gembel.

Seragamnya sudah basah dengan keringat ditambah rambut Lingga sudah lepek dan wajah Lingga yang tampak melas itu.

Pele jadi kasihan "Lo kayak yang minta sumbangan tau. Dah buruan naik,belum makan kan Lo?" Lingga mengiyakan saja dan tanpa banyak bertanya langsung saja naik.

*****

"Pak, basonya satu campur ya". Saga yang dari tadi mencari di bagian lingkungan belakang sekolah akhirnya memutuskan untuk istirahat sebentar di warung baso.

"Iya siappp, ditunggu ya mas" Saga mengangguk lalu duduk. "Loh Genta??"

"Lah Saga!"

"Lo dari tadi disini?" Tanya Saga begitu mendapati dua mangkok kosong di depan Genta. Genta tersenyum kikuk.

"Gak dari tadi juga, baru sejam-man doang"

"......"










Nemu ini di Twitter, tapi ku gak izin asal Comot tolong maapin        (╥﹏╥)

(Saga yang capek sama kelakuan Genta)

Continue Reading

You'll Also Like

28.1K 2.7K 51
[[For the first please follow my account,tq💙]] Start 06/03/21 ⚠️Keep commenting and voting even though it's finished Tahap Revisi Dim light artiny...
139K 10.9K 34
Gery hidup dalam kesepian dan selalu diperlakukan berbeda oleh kedua orang tuanya. Namun, hidupnya semakin rumit ketika ia mengalami kecelakaan yang...
1.8M 129K 49
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
97.1K 4.9K 31
[Follow Sebelum Baca!] [New Version!] ************************* Fathir Atmajaya. Cowok yang memiliki hidup yang sempurna bagi sebagian orang, harta y...