II

130 13 0
                                    

"Siapa dirimu? "

Pria itu bangun dari tidur singkatnya,  menatap sisi ranjang besar itu,  kosong. 

"Dimana dia? " tanyanya. 

"Ada apa yang mulia? " seorang, ksatria masuk,  satu-satunya pengawal yang di perbolehkan untuk terus ada di sisinya,  bahkan jika ketika pria itu sedang terlelap. 

"Ada sesuatu disini!" cicit nya,  ngelantur. 

Ucapannya membingungkan sang pengawal nya,  ia mencoba mengerti maksud rajanya.  Namun nihil.

"Seseorang harusnya disini" tangan kekar pria yang kesadarannya belum terkumpul penuh itu, menepuk-nepuk sisi ranjangnya, tak sabaran. 

Merasa ketakutan sekaligus kebingungan,  sang pelayan segera berhamburan pergi. 

Tak lama kemudian kembali dengan sembilan orang wanita penghibur,  yang tampil begitu elok,  di balut kain sutra tipis.

"Kalau begitu saya akan undur diri,  dan menjaga pintu masuk" pamit sang pengawal. 

Crackkk... 

Tiang ranjang besar itu hancur,  remuk oleh tangan dan sihir di tangannya.  Tatapanya tajam menusuk,  hingga tulang sum-sum. 

"Lelucon macam apa ini" tanyanya dingin. 

Wanita penghibur itu mundur serentak,  keringat dingin ketakutan bercucuran deras di pelipis mereka, mata-mata itu tak lagi berani menatap sang raja.

Pria itu,  memijit pelipis nya pening. Ada sesuatu yang meronta keluar dari kelopak matanya. 

"Pergi kalian semua!" titahnya.

Tubuhnya bergetar,  keringatnya tak mau berhenti.  Apa sang raja baru saja bermimpi buruk? Lantas mengapa penglihatan itu terlihat begitu nyata. 

Pria itu menatap telapak tangannya,  menggerakkannya perlahan.  Harusnya ia menggenggam seseorang begitu erat kali ini, seharusnya orang itu berada disisinya, menemaninya bak janji yang ia ucapkan di hari itu.  Tapi mengapa? 

"Kenapa aku tidak bisa mengingat siapapun? " jeritnya marah. 

End

Kalopsia.  Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum