Bagian 23 [Happy or sad?]

283 18 2
                                    

•¶•


Danial baru saja mendapat telepon dari Sang Mama. Mendengar cerita dari Mamanya membuat Danial khawatir dan cemas sehingga ia buru-buru masuk ke dalam Apartemennya.

Di lihat ruang tengah Danial tak menemukan sosok Mamanya. Sampai akhirnya ia berlari ke kamar dan melihat wanita yang ia cari sedang berbincang dengan seorang gadis.

"Mama!" panggil Danial.

Mamanya dan gadis itu sontak menoleh ke arah Danial yang berada di ambang pintu. Betapa terkejutnya Danial saat melihat muridnya bersama Sang Mama.

"Serin?"

"Pak Danial?

Mama Danial yang tadinya senang bertemu putranya kini kebingungan melihat gadis yang ia tolong dan putranya saling mengenal satu sama lain.

"Loh? kalian udah saling kenal?" tanya Mama Danial.

Danial berjalan menghampiri Serin dan Mamanya. "Mama nggak papa 'kan? Mama nggak luka 'kan?" tanya Danial cemas.

"Engga kok. 'Kan yang pingsan dia," Mama Danial menoleh ke arah Serin, "Bukan Mama."

"Danial tau, Ma. Tapi murid Danial ini gigit. Takutnya Mama malah di gigit sama dia. 'Kan berabe urusannya." Percayalah ucapannya barusan mendapat cubitan kecil dari Sang Mama.

"Nggak boleh gitu loh, Danial."

"Nggak papa Kok, Buk. Saya udah biasa di bilang kaya gitu sama Pak Danial," ucap Serin penuh kejujuran.

"Apaan? jangan sembarangan kalau ngomong. Kamu mau jelek-jelek in saya di depan Mama saya?" sebal Danial.

"Udah-udah. Danial kamu nggak boleh kaya gitu sama orang." Mama Danial memperingati anaknya, "Nak, maafin anak Ibu ya."

Serin mengangguk tersenyum, namun saat matanya menatap Danial wajahnya berubah menjadi kecut.

"Danial, tolong jaga Serin dulu, ya. Mama mau buatin teh."

Danial mengangguk. Selanjutnya Mama Danial keluar dari kamar. Di sinilah tinggal Serin dan Danial berada.

"Abis dari mana kamu malem-malem keluyuran?hujan-hujan an sampai pingsan kaya gitu," tanya Danial seolah tengah menyidang seseorang.

"Bukan urusan, Bapak."

"Urusan saya dong. Masalahnya kamu di tolongin sama Mama saya. Nanti kalau keluarga kamu tau yang ada saya dan Mama saya yang di salahin."

Mendendengar kata 'keluarga' membuat hati Serin seolah mencelos ke bawah. Sakit sekali rasanya...

"Kenapa diem?"

Serin bangkit dari kasur, merapihkannya seprei yang berantakan, setelah itu menatap Danial. "Jangan kasih tau siapapun tentang keberadaan saya disini. Makasih atas tolongan Bapak dan Ibu Bapak. Saya permisi...."

Ucapan muridnya itu membuat Danial bertanya-tanya. Kenapa? sejak siang tadi sikapnya menjadi berubah seperti ini. Entah kenapa melihat Serin berbeda seperti ini membuat Danial merasa sedikit....

"Buk, saya permisi dulu ya. Terimakasih atas pertolongan Ibu dan juga tumpangannya," ucap Serin pada Mama Danial.

"Loh? kamu mau kemana? Ibu baru aja selesai buatin kamu teh."

"Saya lupa kalau saya lagi buru-buru."

"Tapi 'kan kondisi kamu masih belum stabil. Ibu takut kamu pingsan lagi nanti."

AMBYAR TEACHERUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum