***

"Argh, seluruh tubuh gue rasanya sangat sakit. Tapi, untung ada tuh kuntilanak. Kalau gak, remuk sudah seluruh tubuh gue dibuat oleh kaum hawa itu," ucap Andi ketika mereka sudah kembali dari sekolah. Ia menghempaskan bokongnya ke sofa villa tersebut.

"Itu lah, makanya jangan sok-sokan." Escy tertawa pecah.

"Eh, kalian berdua kok ada di sini?" tanya Andi saat ia melihat Escy dan Evril berada di kediaman villa khusus kaum adam tersebut.

"Emang kenapa kalau kita ada di sini? Salah?"

"Ya, enggak juga sih."

Flashback On

Wajah Lenny merah padam. Bagaimana tidak? Ketika Lenny beserta beberapa teman perempuannya itu sedang asik melirik Nandra dan Aliando yang sedang bermain bola Basket di lapangan, Andi dengan pikiran yang merasa dirinya sok keren itu pun langsung menghampiri kaum cewek tersebut.

"Hai cantik, lagi pada istirahat, ya," ucap buaya Andi.

Andi  menyapa kelima cewek tersebut sambil melontarkan senyum sekeren mungkin. Kelima perempuan itu membungkam, pun mereka saling menatap satu sama lain. Bingung akan kehadiran cowok baru yang tak mereka kenal.

"Perkenalkan, gue Putra Andi. Kalian para gadis cantik boleh memanggil pemuda tampan ini dengan sebutan Andi. Kalau mau panggil sayang juga gak apa-apa, kok," ucap Andi. Ia tidak sadar dengan dirinya sendiri. Jika menurutnya ia begitu tampan, apakah pendapat itu sejalur dengan para kaum hawa yang ia datangi?

"Hai, Andi. Senang bisa berkenalan dengan lo," balas salah satu gadis dari kelima gadis tersebut. Raut wajahnya menampilkan rasa tak nyaman dan senyuman paksa.

"Apakah gue boleh ikut duduk di sini?" tanya Andi lagi dan dijawab oleh anggukan kelima gadis tersebut, meski awalnya mereka merasa tak yakin.

Senyap. Tiada suara terlontar di antara mereka.

"Kalian ini lagi ngapain?" tanya Andi memecah kembungkaman.

"Kami lagi enggak ngapa-ngapain, kok," jawab seorang gadis berambut panjang sepinggang itu.

Seusai itu, kelima gadis tersebut saling pandang sembari memberikan kode-kode tuk segera pergi dari tempat tersebut. Rasanya, mereka tak kuasa lagi berada bersama cowok aneh yang baru mereka kenal itu. Lantas, salah satu dari mereka pun beringsut berdiri.

"Lah, kalian mau ke mana? Di sini aja duduk sama gue," ucap Andi ketika melihat gadis tersebut bangkit dari duduk mereka.

"Kami-kami mau ... ke kantin dulu," ucap salah seorang dari mereka. Ucapannya terbata-bata. Tampak sedang mencari alasan tuk pergi dari tempat tersebut.

"Iya-iya. Kami sudah lapar. Jadi, kami pergi dulu, ya," timpal seorang gadis berambut yang bergelombang.

"Ooo ... mau ditemani?" tanya Andi.

"Gak perlu!" ucap gadis berambut bergelombang itu setengah berteriak. Ia juga tak lupa tersenyum paksa. Berharap cowok tersebut tak mengikuti mereka lagi.

"Baiklah." Andi tersenyum. Lantas, memalingkan pandangan ke depan.

Kelima gadis tersebut menghela napas lega. Akhirnya, mereka dapat pergi dan menjauh dari Andi.

"Ayo, sebaiknya kita cepat pergi sebelum cowok aneh itu berubah pikiran," ajak seorang cewek yang bernama Lenny, dan temannya yang lain pun mengangguk.

Selangkah melangkah, kelima gadis tersebut terkejut mendengar seruan Andi. Andi beringsut berdiri cekatan, mencoba menyelamatkan salah seorang gadis tersebut dari hantaman bola yang sebentar lagi akan mendarat ke arah Lenny.

Andi memeluk Lenny hingga mereka terjatuh dan berguling ke rerumputan yang basah.  Andi merasa senang karena ia dapat menyelamatkan gadis itu dari serangan bola. Namun, Lenny merasa murka terhadap Andi. Ia merasa direndahkan. Sontak, Lenny pun menampar Andi.

Andi bingung bukan kepalang. Ia menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal itu. Seperdetik kemudian, sosok makhluk astral berdiri di belakang Lenny. Andi mengenal sosok tersebut. Sosok itu adalah seorang kuntilanak yang belakangan ini selalu mengganggunya. Andi pun tersentak halus.

"Kenapa mata lo menatap gue seperti sedang melihat hantu saja?!" jerit Lenny. Ia beringsut berdiri sembari membersihkan seragamnya yang kotor itu.

"Eng-enggak," jawab Andi terbata-bata.

Lalu, Lenny pun melangkah pergi dan diekori oleh kuntilanak tersebut. Suara tawa Kuntilanak itu membuat Lenny menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Andi. Ia merasa bahwa cowok tersebut yang baru saja tertawa. Lantas, Lenny pun kembali memandang ke depan dan kembali berjalan. Ia terlihat kesal.

Kuntilanak itu kembali tertawa ketika Andi berjalan tepat di belakang Lenny. Jarak Lenny dengan Andi sekitar tiga meter. Andi berbisik pelan agar kuntilanak tersebut tak menggangu Lenny. Namun, kuntilanak tersebut mengacuhkannya.

"Aaaa!" Lenny mengekang kesakitan. Rambutnya dijambak oleh seseorang di belakangnya.

"Hey, kuntilanak rese! Jangan ganggu dia!" seru Andi sembari berlari mendekati Lenny.

"Jadi, lo yang menjambak rambut gue?" tanya Lenny kesal saat mendapati Andi sedang berdiri dekat di belakangnya. Ia berkacak pinggang melihat Andi.

"Enggak. Itu-itu, si kuntilanak rese itu yang menjambak lo," ungkap Andi sambil menunjukkan jemarinya ke arah kuntilanak tersebut.

Lenny memusatkan pandangan ke arah yang ditujukan oleh Andi. Ia tak melihat apapun kecuali udara kosong.

"Dasar. Di situ gak ada siapa-siapa Tolol!" Lenny semakin murka.

"Eh, benar. Kuntilanak itu yang menjam--" Ucapan Andi terhenti tatkala kuntilanak tersebut mendorong Andi dari belakangnya hingga ia menopangkan tubuhnya ke Lenny.

"Dasar!" Kemurkaan Lenny semakin memuncak. Wajahnya merah padam.

"Ups, mati gue," gumam Andi. Sontak, ia pun langsung berlari.

"Sini kau!" jerit Lenny. Ia berlari mengejar Andi sambil melemparkan beberapa batu hias yang terhias di tempat tersebut secara bergilir.

Andi terus berlari hingga ia terpojok. Ia tak dapat berlari lagi karena di hadapannya adalah sebuah tembok. Jalan buntu. Sementara Lenny sudah berdiri di belakang Andi bersama dengan teman-temannya yang lain.

Lenny semakin mendekap hingga Andi bersandar di dinding bercatkan putih itu. Hatinya gundah. Ia berpikir bahwa sebentar lagi siksaan ala girls akan mewarnai wajahnya. Andi pun mulai merasa pasrah. Ia menutup kedua matanya.

"Aaaa! Lari!" jerit kaum hawa tersebut. Lalu, kelima gadis tersebut berlari terbirit-birit menjauh dari Andi.

"Ada apa?" Andi membuka matanya dan menyadari bahwa kuntilanak tersebut telah menakuti kelima gadis tersebut.

Andi pun menghela napas lega. Ia mengucap kata 'terima kasih' kepada kuntilanak tersebut meski ia juga yang menyebabkan terjadinya perkara itu.

Flashback Off

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora