"Jeno-ya, kau sedang apa?", tanya Jaemin pelan. Lelaki itu pun menoleh sekilas setelah sebelumnya sempat berjengit karena kemungkinan tidak menyadari kehadiran Jaemin.

"Oh, aku... Aku tidak sengaja menjatuhkan kacamataku. A-aku terlalu ceroboh sampai-sampai lensanya pecah...", jawabnya agak terburu-buru sambil terus melanjutkan kegiatannya.

"Eh? Benarkah?". Jaemin menghampiri Jeno dan ikut berjongkok tepat di samping lelaki tersebut. "Kalau begitu, biar aku bantu".

Jaemin segera membantu untuk memungut pecahan kaca yang berserakan. Sedangkan Jeno tampak terkejut karena dia tidak ingin jika sampai tangan lentik itu terluka.

"Tidak usah, Jaemin-ah! Tanganmu bisa terluka!", serunya dengan nada khawatir dan segera menangkap pergelangan tangan yang lebih muda.

"Tidak apa-apa, Jeno-"

Jaemin terdiam, begitupun dengan Jeno. Waktu seakan-akan berhenti. Jaemin baru saja menolehkan kepalanya menghadap Jeno. Dari jarak sedekat ini, lelaki itu tampak lebih tampan dengan pahatan wajah yang nyaris sempurna. Rambut sehitam arang, alis yang tegas, bola mata sekelam malam yang seakan-akan menyeret Jaemin ke dalam jurang tanpa dasar dan selama ini telah tersembunyi di balik kacamata berlensa tebal miliknya. Jangan lupakan pula tulang hidungnya yang tinggi, rahangnya yang tajam, dan... dan...

Jaemin berusaha mempertahankan kewarasannya. Kenapa... Kenapa Jaemin tidak bisa mengalihkan pandangannya dari bibir yang memiliki sudut seperti mulut kucing namun bertekstur tebal nan seksi itu? Aaargh! Jaemin bisa gila!

"Na Jaemin...", suara yang dalam dan rendah itu berhasil mencabut kewarasan Jaemin entah kemana. Dia hanya mampu terpaku bak patung di hadapan Jeno. Tidak sadar jika kini hidung lelaki tampan di hadapannya sudah bersentuhan dengan hidung Jaemin. Deru napas keduanya pun memburu dan saling bersahut-sahutan.

Jeno berhasil memerangkap ranum indah di hadapannya dengan baik. Membelainya dengan lembut seolah membawa Jaemin ke ladang yang dipenuhi oleh tumpukan kapas, ringan sekaligus menggelitik rongga dadanya. Jeno dengan lihai melumat dan menyesap belahan bibir Jaemin, seakan-akan tak ingin melepaskan sarang madu itu dari jangkauannya. Manis, begitulah menurut Jeno.

"Hahh... Hahh...", Jaemin bernapas tak beraturan saat berhasil melepaskan diri dari Jeno. Dia sudah kehabisan oksigen karena terlalu terbuai oleh perlakuan Jeno tadi. Seketika pipi Jaemin memerah. Ditutupnya bibir yang agak membengkak itu dengan punggung tangannya. Memikirkan bahwa seperti inilah rasanya berciuman, apalagi dengan seseorang yang hampir setiap hari membuatnya serangan jantung, membuat Jaemin ingin menguburkan dirinya karena sangat malu!

'Astaga! I-ini adalah ciuman pertamaku!'

Jaemin masih enggan menatap Jeno dan malah semakin menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya, membuat Jeno gemas setengah mati. Jeno pun berusaha menyingkirkan tangan yang menutupi wajah cantik tersebut.

"Hei... Tatap aku, Jaemin-ah! Aku minta maaf atas perbuatanku tadi...", ucap Jeno pelan setelah manik kelamnya berhasil menangkap manik milik Jaemin. "Aku benar-benar minta maaf... Tapi, sungguh! Aku tidak akan pernah menyesalinya", lanjutnya kemudian. Seketika Jaemin kembali merona saat mendengar kalimat terakhir yang Jeno ucapkan.

"A-aku juga...", cicit Jaemin malu-malu. Jeno pun tersenyum lebar dan mengusak rambut Jaemin.

"Terima kasih, dan bertahanlah sedikit lagi", ucap Jeno yang hanya diangguki oleh Jaemin meskipun sebenarnya lelaki cantik itu tidak terlalu paham dengan apa yang Jeno maksud dalam ucapannya tersebut.

"Terima kasih, dan bertahanlah sedikit lagi", ucap Jeno yang hanya diangguki oleh Jaemin meskipun sebenarnya lelaki cantik itu tidak terlalu paham dengan apa yang Jeno maksud dalam ucapannya tersebut

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Lagi-lagi Mark datang untuk menjenguk Haechan di rumah sakit. Masih tersisa beberapa hari lagi sebelum lelaki gembil itu diperbolehkan pulang. Mark tetap mengunjunginya meskipun berulang kali Haechan sudah memperingatkan bahwa Boss-nya bisa datang kapan saja. Namun, sepertinya Mark tidak takut dengan ancaman tersebut. Haechan hanya mendengus pasrah dengan kehadiran lelaki blasteran Korea-Kanada itu.

Saat ini, Mark tengah menyuapi Haechan yang diterima dengan setengah hati oleh si lelaki manis. Tentu saja karena lengan kanan Haechan patah dan dia kesulitan untuk memegang sendok! Terkadang Haechan malu saat ada suster yang membantunya untuk makan. Hmph, benar-benar seperti anak kecil yang tak berdaya!

Setelah suapan terakhir, Mark kembali mencoba membujuk Haechan secara persuasif. Dia akan terus membujuk lelaki manis tersebut, bagaimana pun caranya dan berapa kali pun itu, Mark akan tetap melakukannya sampai Haechan kembali ke sisinya lagi.

"Haechan-ah, mengapa kau masih berdiri di posisi yang salah jika kau sendiri sudah tau yang mana yang lebih baik bagimu, hm?", tanya Mark lembut. Sedangkan Haechan hanya terdiam. Hening pun melanda selama beberapa saat ketika Haechan masih enggan untuk menanggapi pertanyaan tersebut.

"Mark-ssi, kau tahu apa tentang yang mana yang lebih baik bagiku dan yang mana yang tidak?". Haechan berbalik melontarkan pertanyaan kepada Mark.

"Aku tahu segalanya tentangmu karena kau adalah Haechan-ku. Haechan yang telah berhasil membuatku jatuh cinta. Haechan yang ku yakini masih sama seperti lima tahun yang lalu. Haechan sang mentari kesayangan mendiang paman dan bibi Lee. Dimana mereka tidak pernah mengajarkan putranya untuk berbuat hal yang salah. Karena jika mereka tahu tentang keadaan anak semata wayangnya saat ini, maka mereka pasti akan kecewa-".

PRANG!

Haechan menepis mangkuk yang sudah kosong itu dari tangan Mark menggunakan sebelah tangannya. Dia mulai muak dengan kata-kata yang dilontarkan oleh lelaki beralis camar tersebut.

.
.
.
TBC

PENTING!

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

PENTING!

Maafkan daku ya, reader-nim! Ada sedikit kesalahan teknis di chapter sebelumnya, tepatnya di scene terakhir (sebelum TBC), aku gak nyadar kalo tanda/gambar pemisahnya gak ke-save saat akan di-publish. Alhasil banyak yang bingung. Maaf banget yah, harap dimaklumi. Kan di awal chapter udah ada peringatan tuh "Typo bertebaran~" 😅 Jadi, ya begitulah. Dan kalo kalian memang bingung di scene terakhir itu, tolong dibaca ulang ya...

Oh iya, dalam cerita ini aku memakai dua alur (mayoritasnya alur maju dan minoritasnya alur mundur). Jadi, kalo ada scene yang tiba-tiba mengganjal atau dirasa gak nyambung, berarti itu sudah berubah alur 😊

Aku memang sengaja gak pake kode-kode "flashback" biar gak mudah ditebak. Intinya aku cuma pake gambar/tanda aja sebagai pemisah tiap scene dalam story ini :"D

Oke, mungkin segitu aja dulu. Semoga sampai di sini kalian mulai lebih memahami. Jangan lupa voment ya~

Nay 💚💚
23 Januari, 2020

PSYCHO ||NoMin|| ✔️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora