"Jangan maju mundur cantik kayak orang mau menyebrang jalan begitu dong, Bu. Awas ntar ketabrak truk gandeng, lho!" Tria mencandai ibunya yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Atau sebenarnya selama ini diam-diam kamu juga berselingkuh di belakang Rapha ya, dengan ini si anak mentri?" Gerakan maju mundur ibunya terhenti mendadak. Nyaris menabrak tubuhnya yang berdiri di sampingnya.

"Apa? Tria selingkuh?" Tria memasang ekspresi wajah seperti wanita yang terzholimi. Selingkuh apaan? Lha wong punya pacar sebatang aja ribet banget urusannya, apalagi mau nambah satu lagi dari hasil selingkuh? Hah, yang benar saja. Eh tapi, bentar... bentar... ibunya ngomong apa tadi? Anak mentri? Jangan... jangan...? Tria berlari keluar kamar untuk menegaskan dugaannya. Ia lupa kalau saat ini ia hanya mengenakan "kaus tempurnya". Ia memang suka memakai kaus gombrong tanpa bawahan dan no bra saat tidur. Lega dan lapang rasanya.

"Astaghfirullahaladzim! Tria... Tri... ganti dulu pakaianmu, Nak!" Camelia berlari menyusul putrinya setelah terlebih dahulu menyambar bathrope dari kamar mandi. Camelia tidak bisa membayangkan bagaimana suasana ruang tamunya sebentar lagi akibat penampakkan spektakuler putrinya.

Tria berlari kencang menuruni dua anak tangga sekaligus. Ia tidak sabar melihat penampakan orang yang sudah berani melamarnya tanpa konfirmasi terlebih dahulu. Bayangan seseorang singgah di kepalanya? Jangan... jangan...

Dan benar saja! Si anak mentri Bratasena Pangestu lah yang sedang duduk manis di ruang tamunya pada pukul 07.30 pagi. Di samping kanan dan kirinya, duduk sang mentri Bratayudha Pangestu dan istrinya Sri Sinta Pangestu. Mereka bertiga terlihat berbincang-bincang dengan ayah dan kakaknya.

Kemunculan tiba-tibanya sambil berlari-lari membuat perbincangan mereka seketika terhenti. Ia bahkan nyaris menabrak lemari pajangan kalau saja laju tubuhnya tidak ditahan oleh Sena. Sena memang refleks berlari ke arah tangga saat melihat tubuh Tria meluncur tidak terkendali dari lantai dua.

Pandangan Sena terpaku pada satu titik saat memandang tubuh yang ada dalam rangkulannya. Penampakan dada sekal Tria yang hanya dilapisi kaos putih tipis sepaha, membuat darah kelelakiannya berdesir. Suara tarikan nafasnya menyadarkan Tria akan keadaannya. Ia segera menyilangkan kedua tangannya dengan cepat ke dadanya. Untung saja ibunya kemudian muncul dan memakaikan bathrope sembarang ke tubuhnya. Detik berikutnya ia telah didorong ibunya ke dapur.

"Kamu bikin malu saja!" Camelia menjewer telinga putrinya.

"Sekarang mandi dan berpakaian yang rapi sebelum kamu menemui keluarga Pangestu. Apapun jawaban kamu, Ayah dan Ibu akan menyetujui karena kamu lah yang akan menjalani. Inget! Jangan memakai jeans sobek-sobek apalagi jaket stud-mu. Berpakaianlah yang normal. Kami semua menunggu kamu di depan. Satu lagi, nggak pakai lama!"

==================================

"Apa Lia? Tria dilamar orang pagi-pagi begini? Masyaallah, jodoh memang nggak bisa diprediksi ya? Baru aja lo semalem sesengukan bilang kalo anak-anak lo diselingkuhin sama calon mantu-mantu lo. Eh sekarang tiba-tiba anak perawan lo udah dilamar orang. Selamet ya Lia, bisa besanan sama mentri. Hehehe."

Akbar yang baru saja selesai mandi menghentikan langkahnya saat mencuri dengar pembicaraan mamanya di telepon. Si preman pasar dilamar anak mentri? Jangan-jangan si bajingan Sena. Anak mentri yang doyan balap liar di arena sekitaran sini kan memang cuma dia. Kalau Om Aksa dan Tante Lia sampai menerima lamaran itu si penikmat selangkangan, maka nasib Tria tidak akan jauh berbeda walau pun seandainya Tria menikah dengan Raphael Danutirta. Bukannya ia menyamaratakan semua anak-anak racing. Hanya saja 90 % anak-anak racing itu mirip dengan anak band. Kehidupan mereka tidak akan jauh-jauh dari yang namanya make, main dan minum. Memang tidak semuanya seperti itu. Tetapi sebagian besar begitulah keadaannya.

Cinta Sepanjang Masa (Tamat)Where stories live. Discover now