02. Going Crazy

1K 128 25
                                    


Author POV

Pertama kalinya dalam sejarah perkuliahan selama 6 tahun, Saktia tiba di kampus sebelum pukul tujuh pagi. Tangannya penuh dengan tumpukan folder-folder yang berisikan kertas-kertas proposal sementara mulutnya penuh dengan gerutuan. Saktia kira, semalam setelah meeting dadakan itu dia bisa bersantai-santai dulu dan rencananya baru keesokan hari dia mulai mencari sponsor. Tapi ternyata, malam itu juga Shania menelpon dia untuk menanyakan progress pencarian sponsor.

Saktia tentu saja memprotes. Dia sama sekali belum menyiapkan apa-apa dan berdalih pengumpulan laporan baru lusa. Namun Shania berkata lain, dia bilang pendataan sponsor setidaknya harus sudah ada saat itu juga dikarenakan prosesnya yang tidak mudah. Lagipula budgeting baru bisa dilakukan Setelah perdebatan via whatsapp yang singkat, akhirnya Shania setuju kalau Saktia boleh mengumpulkan keesokan harinya.

Bruk!

Saktia meletakkan tumpukan folder tersebut di meja makan, membuat Della dan Diani yang tengah menyantap bubur ayam mereka langsung menoleh ke arahnya. Kebetulan kedua mahasiswi itu juga ada kuliah pagi dan terlepas dari bully terselebung yang sering dilakukan oleh Saktia dan Della, tiga mahasiswi itu selalu berkumpul bersama di sela-sela waktu istirahat.

"Bener-bener ya si Juni," ujar Saktia sambil menarik kursi dari meja sebelah untuk bergabung dengan kedua temannya. "Kemarin malem bilang besok, tadi pagi bilang pagi ini minimal harus udah ada nama-namanya."

"Hah?" Della dan Diani sama-sama melongo.

"Mana kosan gue gak ada wifi lagi kan. Repot kalau mau searching-searching." Saktia mengambil laptopnya dari dalam tas lalu segera menyalakannya.

"Maksudnya gimana, Sak?" tanya Della yang memang masih kebingungan karena tingkah laku Saktia yang tergesa-gesa.

"Si Juni noh."

"Juni?"

"Si Shaniaaarghh... duh mumet gue denger namanya juga," ucap Saktia lagi.

"Kok jadi 'Juni' ?" tanya Della lagi, namun sebelum sempat Saktia menjawab, dia sudah menyadari lebih dulu alasannya. "Ooohh ya ya, kalau manggil 'Shan' nanti ketuker ya sama Shani Indira?"

"Iye, atau salah-salah ketuker juga sama Shania Gracia," tambah Saktia.

"Atau...atau..." Diani nimbrung. "Salah-salah ketuker juga sama Sania Julia ya, Kak?"

"Enggak dong!" bantah Saktia dan Della kompak, membuat Diani melongo.

"Kasi tau, Del."

Della mengangguk lalu mengangkat satu jari telunjuknya sebelum mulai berbicara. "Sania Julia itu S-A-N bukan S-H-A-N. Gak bisa itu, Dayeni, itu melanggar peraturan."

"Loh, tapi kan, Kak. Disebutnya sama-sama 'San' , gak ngefek kalau..."

"Dah lo jangan banyak protes, Di. Mending lo beliin gw seporsi bubur juga buat gue sarapan."

"Ih, Kak! Aku kan ini lagi makan," seperti biasa Diani memprotes kalau disuruh oleh Saktia. Namun, seperti biasa juga, protesannya tidak berfaedah apa-apa. Dia tetap bangkit berdiri dan melakukan apa yang Saktia suruh setelah ditatap tajam oleh Saktia.

"Lo juga sih, Del!" ucap Saktia tepat setelah Diani meninggalkan meja.

"Apa ai lagi tiba-tiba?"

"Lo ngebujuk gue masuk lubang buaya!"

"Haah...?"

"Perasaan gue udah ga enak waktu pertama kali si Pak Jon ngasih tawaran ini ke gue. Elo lagi malah ngomporin masuk."

The Girl Who Can't Cry and The Girl Who Can't SmileOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz