"Bule iso nesu juga to," Rene membatin.
(Bule bisa marah juga gitu?)

Hari-hari selanjutnya Sean nggak pernah lagi merepotkan Rene dengan permintaan ini itu untuk menemaninya pergi memotret. Dia lebih memilih Kairul untuk mendampinginya, jadi translator waktu mengunjungi Candi Prambanan. Dan itu cukup membuat hati Rene lega, dia juga sibuk kuliah dan nggak mau urusan sama kepentingan Sean. Walaupun sebenarnya Rene mulai merasa bersalah. Setiap kali dia mencoba untuk tersenyum ke Sean di meja makan sebelum pergi ke kampus, pandangan mata Sean selalu sibuk ke arah lain. Kalau ditanya apa juga responnya singkat.

Rene mulai nyinyir aja, lagi pula dicuekin Sean begitu, dia nggak merasa rugi, bersyukur malah. Coba aja kalau Sean bisa bahasa jawa, pasti udah Rene maki abis-abisan biar bule itu secepatnya balik ke kampung halaman.

Yang bikin Rene tambah jengkel itu waktu Susi tiba-tiba nongol di teras rumah dan bilang ke Mama kalau sore ini dia mau diajak Sean foto-foto bareng Kairul. Itu cewe hits dandanannya menor, pake bajunya minim dan bikin orang yang liat rasanya pengen banget jambak rambutnya.

"Ealah ada Mbak Rene to," Susi senyum-senyum begitu Rene muncul di depan pintu. "Hai Mbak Ren, lagi santai ya?"

"Iyo Sus, santai ndelok kowe, tumben banget mrene."
(Iya Sus, lagi santai liatin kamu, tumben banget kesini)

Belum sempat Susi menjawab, Sean keluar membawa kamera di tangannya. Setelah itu nggak lama Kairul datang dan mereka bertiga asyik ngobrol sebelum pergi ke lokasi pemotretan untuk model majalah sobek.

"Tenan ora melu kowe Mbak?" ajak Kairul. "Sean mau nraktir makan - makan nek wes rampungan, "
(Beneran kamu nggak mau ikut Mbak? Sean mau traktir makan - makan kalau udah selesai pemotretan)

"Mangan nang omah yo iso, gaaah," jawab Rene males.
(Makan di rumah juga bisa, nggak deh.

Anehnya justru setelah mereka pergi, Rene jadi berubah bete. Apa si hebatnya Susi sampai dibela-bela mau difotoin dan kenapa Sean keliatan akrab sama si Susi si mirikiti weleh - weleh itu. Emang Susi bisa bahasa Inggrisan? SMP aja nggak lulus, Rene mulai nyinyir dalam hati. Tambah kesel waktu dia chat ke Kairul kalau nanti pulangnya dia nitip dibeliin bakpia yang ada di ujung jalan sana, tapi chat nya nggak di bales, di telepon juga nggak diangkat. Apa keberadaan Susi udah bener-bener mengalihkan dunia cowo-cowo kupret itu?

-----

3 hari setelah kejadian pemotretan antara Kairul, Sean dan Susi yang ternyata dilakukan di sekitar Gembira Loka, membuat Rene males untuk sekedar menyapa Sean. Papasan di ruang tamu, di dapur atau dimanapun, Rene pura-pura nggak melihat. Sebaliknya, Sean yang berniat untuk sekedar melempar senyum jadi mengurungkan niatnya dan ikutan cuek.

Tapi hari ini— dimana Rene baru pulang hang out bareng Maria— tiba-tiba dikejutkan dengan sosok Sean yang sudah berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Aku sedikit belajar bahasa Indonesia," katanya memberitahu meski ucapannya sedikit tersendat dan aneh.

"Terus?" Rene sebenarnya nggak sudi merespon, tapi mau menghindar pun nggak bisa karena Sean menghalangi jalannya.

"Aku...," Sean berpikir keras mengingat-ingat apa saja kalimat yang sudah dia pelajari dari Kairul. "...tidak tahu....aku buat kamu marah. I'm sorry."

"Siapa juga yang marah?" satu sudut bibir Rene naik ke atas, terkesan songong.

Sean memandangi wajah Rene cukup lama hingga akhirnya dia mengeluarkan sesuatu dan menaruhnya di telapak tangan Rene.

"I have to comeback to Korea tonight. I really sorry for making you feel uncomfortable because of me. But thank you...
(Aku harus kembali ke Korea malam ini. Aku benar-benar minta maaf udah membuat kamu nggak nyaman karena keberadaanku disini)

Rene menatap pada flashdisc berbentuk kepala ayam yang baru saja Sean beri untuknya. Dia juga tak merespon apapun ketika Sean berlalu untuk bersiap-siap menuju bandara. Cuma Papa dan Mama Rene yang sepertinya ikut sibuk memberi Sean berbagai macam handicraft untuk kenang-kenangan  di Korea.

Jadi Rene yang lelah masuk ke dalam kamar lalu duduk menghadap komputer untuk sekedar menjelajah internet. Sebenarnya banyak tugas kuliah yang harus segera dia selesaikan tapi entah kenapa dia penasaran dengan benda kecil pemberian dari Sean. Rene mulai menancapkan flashdisc lalu membuka satu file yang ada disana. Sebuah video yang menampilkan foto-foto dirinya dengan berbagai pose yang entah kapan diambil oleh Sean. Sejauh yang Rene ingat, Sean hampir nggak pernah memintanya untuk berpose di depan kamera, terkecuali sama si Susi itu.


Dan di akhir video itu, Sean menulis kata-kata dalam bahasa Indonesia mengenai permintaan maaf atas keberadaanya selama di Yogyakarta yang membuat Rene kurang berkenan. Dia juga menjelaskan bahwa dirinya hanya seorang fotografer alam yang mungkin kurang bagus saat mengambil foto-foto wajah Rene. Dia menyukai desa Bringharjo, menyukai makanannya, menyukai orang-orangnya dan seluruh apa yang ada di Yogyakarta. Dia pun berharap suatu saat nanti dia dapat kembali dengan suasana yang lebih baik lagi, dengan Rene yang menyambut hangat kedatangannya.

Detik itu juga Rene beranjak dari tempat duduk, berjalan cepat ke arah kamar Sean yang ternyata sudah kosong melompong. Rene kemudian berbalik dengan panik dan hanya mendapati Mamanya yang sedang duduk sendirian di teras rumah.

"Sean dimana Ma?"

"Baru aja diantar Papa ke bandara. Dia ndak pamitan sama kamu?"

Yang dapat Rene lakukan hanya menggelengkan kepala lemah. Bahkan dia belum sempat meminta maaf atas sikapnya yang dingin terhadap lelaki itu dan entah kenapa sepojok hatinya mendadak terasa berdenyut sakit.

Penyesalan tidak selalu datang di akhir. Terkadang hal itu datang disaat kita baru menyadari apa saja kesalahan yang sudah diperbuat.

to be continue

*Bulepotan*

||

Sorry atas kegajeannya...yg nulis lg error.

😥

Chicken Nugget [ HUNRENE ]Where stories live. Discover now