"Apa?! Aku tidak setuju, atas dasar apa kau mau membawanya pulang? Kau sudah bercerai dengannya!"

"Tentu saja untuk mengobatinya!" tukas Singto.

"Tempat terbaik untuk merawat orang sakit adalah rumah sakit! Untuk apa kau membawanya pulang? Apa tujuanmu?"

"Jadi kau mau meninggalkannya di rumah sakit seorang diri?"

"Aku akan kemari setiap hari untuk menemaninya, lagipula di sini banyak dokter dan perawat yang akan menjaga dan merawatnya, ia akan lebih mudah menjalankan kemoterapi!"

"Rumah sakit hanya untuk orang-orang sekarat! Krist masih sehat, dan kemoterapi bisa dilakukan dengan rawat jalan! Tempat ini hanya akan memperburuk keadaannya!"

"Sudah cukup!!!" Pring kehilangan kesabarannya, ia lalu menoleh pada Kang.

"Jika kau ingin bayinya lahir dengan selamat, sebaiknya kau menyetujui ide ini, karena kemungkinan janin Krist sulit dipertahankan jika kondisi depresinya tidak segera diatasi." ujar Pring.

"Dan hanya Singto satu-satunya orang yang bisa melakukan itu, dan alasan bagi Krist agar dia setuju untuk menjalankan pengobatan, aku bertaruh dia lebih baik mati daripada diobati." tambah gadis itu.

Ucapan Pring beralasan, memang hanya Singto yang bisa mengobati patah hati Krist, ia sadar bahwa Krist belum bisa meninggalkan pria itu. Hatinya terasa terbakar oleh api cemburu, mau tak mau ia mengakuinya.

Saat ini yang paling penting adalah mengobati depresi Krist, agar tidak berpengaruh buruk pada kondisi bayinya, dan menyembuhkan penyakitnya, ia tidak ingin kehilangan Krist sampai sejauh ini.

Pring lalu berpaling pada Singto. "Dan kau, apa yang akan kau lakukan pada Pree dan janinnya, apa rencanamu?"

Kang menatap tajam pada Singto, menunggu keputusan pria itu, ia khawatir Singto akan berubah pikiran dan merebut Krist kembali dari sisinya.

"Aku akan menikahinya, setelah Krist sembuh." jawab Singto.

"Kau masih ingin menikah?" Pring melotot padanya. "Lalu Krist bagaimana?"

"Aku akan memberinya kebebasan untuk memutuskan sendiri pilihannya begitu ia sembuh..."

"Kau tidak akan merebutnya kembali dariku?" tanya Kang tidak percaya.

"Aku ingin melakukannya, tetapi..." ia berhenti sejenak. "Hubungan kami tidak mungkin kembali seperti dulu lagi..."

Pring kaget mendengar jawaban Singto, kali ini ia benar-benar kehilangan clue tentang apa yang ada dipikiran pria itu. Apakah seperti yang Krist katakan, perasaan Singto telah berubah, ia tidak mencintai Krist seperti dulu lagi.

"Dokter Pring, kuharap kau bisa membantuku mengurus ijin keluar rumah sakit Krist, begitu dia siuman, dan prosedur pengobatan rawat jalannya, aku akan segera menjemputnya."

Pring tertegun sejenak memikirkan perubahan sikap Singto, karena ia juga pernah merasakannya dulu. Dimana tadinya Singto begitu ramah, terbuka dan perhatian padanya, namun tiba-tiba berubah begitu ia mencoba menjebaknya.

"Dokter Pring!" panggilnya lagi.

"Hah?! Oke!" Pring terenyak. "Aku mengerti!"

"Dan satu hal lagi, tolong rahasiakan semua ini dari Krist dan jangan mengatakan apapun padanya, atau tentang penyakitnya!" pintanya pada Kang dan Pring. Ia pun meninggalkan tempat itu untuk menemui Pree dan membuat kesepakatan baru dengan wanita itu.

--------------------------------------------------------------------

Seperti yang sudah direncanakan, Singto menjemput Krist kembali ke rumah. Rung segera berlari turun untuk menyambut mamanya setelah sekian lama tidak bertemu. Namun Singto segera menangkapnya sebelum ia melompat untuk memeluk Krist, dikarenakan bayinya. Singto menggendong Rung dan menyerahkan gadis kecil itu pada Krist dengan hati-hati, keduanya saling berpelukan erat, tidak lupa ia juga mendaratkan ciuman paling mesranya di bibir putri kecilnya itu untuk melepas kangen.

(Bahasa Indonesia) Dark Story of The Dreams (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang