"Jam dua belas." gumam Fara.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan itu terdengar kembali. Aku memberanikan diri untuk menghampiri pintu kamar kami. Siapa tahu di depan sana ada yang membutuhkan pertolongan kami.

Tok! Tok!

Cklek!

Pintu terbuka.

Tidak ada siapa-siapa di depan sini. Aku keluar dari kamar, kemudian pandanganku menyapu koridor vila yang tampak sangat sepi dan mencekam.

Tidak ada orang.

Lalu siapa yang tadi mengetuk?

Aku membalikkan badan, kemudian berjalan masuk ke dalam kamar seraya mengunci pintu, "Orang iseng." kataku berbohong kepada teman-temanku agar mereka tidak ketakutan.

Mereka semua bernafas lega setelah sebelumnya mungkin nafas mereka tercekat. "Palingan Si Raymond yang iseng. Udah ah gue ngantuk mau bocan." kata Aileen.

Tidak perlu menunggu lama untuk mereka tertidur pulas.

Beberapa detik kemudian, Muchtar terbang dari atas lemari ke hadapanku, "Tadi siapa ya, Tar?" tanyaku mendudukkan tubuhku di pinggir tempat tidur.

Muchtar mengangkat kedua bahunya, "Entahlah sya, seorang wanita. Sepertinya ia yang tadi masuk ke kamar kalian." jawabnya.

"Masuk ke kamar ini?" Muchtar mengangguk.

"Apa tujuan dia masuk ke kamar ini? Aku ngga ngerti, Tar."

"Seperti yang tadi sudah ku katakan, Sya. ia mencari sesuatu yang dibutuhkan. Bukan sebuah barang. Tapi sebuah informasi." Keningku mengernyit.

Aku semakin bingung dengan semua ini. Memang ada informasi apa diantara aku dan keempat sahabatku?

"Sudahlah Tar, aku mengantuk. Kau jaga kamar ini ya? Kalau dia mencoba masuk kembali ke kamar ini, kamu jahili saja dia! Oke oke?"

"Iya siap, selamat tidur Nesya, semoga mimpi indah." kata Muchtar.

Aku tersenyum, kemudian kutarik selimut dan memejamkan kedua mataku,

Selamat tidur Rayap. Semoga mimpiin Nesya ya hihihi

🎭🎭🎭

Drrt..drrrt..

Getaran dari ponsel membangunkanku. Dengan kedua mata yang masih sulit kubuka, aku mengambil ponsel yang berada di atas nakas.

"Halo." ucapku malas.

"Bangun kebo!" teriak seseorang di ujung telfon membuatku langsung menjauhkan ponselku dari telinga kananku.

"Hoaam iya ini udah bangun, kenapa?"

"Keluar dah."

"Mager ah."

"Cepetan Nesya."

"Iya iya tunggu."

Aku berjalan ke arah pintu dengan kedua mataku yang masih sangat malas untuk kubuka lebar-lebar, "Kenapa?" tanyaku saat melihat Rayap berdiri di depan pintu kamarku.

"Hahaha!" Keningku mengernyit mendengar tawanya, "Ih kenapa si?" tanyaku bingung.

"Lo cuci muka dulu gih, ada belek tuh." jawabnya membuatku cemberut kesal seraya membersihkan mataku.

Geandert [Completed]Where stories live. Discover now