"Soal nembak, gak usah buru-buru deh Sep. Awalnya sekarang, lo harus kenalan dulu sama tuh cowo. Setelah itu...lo PDKT sama dia, dan lo harus jadian sama tuh cowo dalam waktu satu bulan, oke?" Dara menimpali ucapan Riana sambil mencomot brownis coklat lalu mengunyahnya dengan senyuman licik menahan tawa untukku.

"Apa?? Se...sebulan?? Gue harus PDKT sama tuh cowo sebulan?? Gak ada hukuman yang lain??" aku mencoba tawar-menawar kepada kedua temanku, mungkin saja ada pilihan yang lebih baik dari ini?

"Ada" jawab Riana, tanpa menoleh melihatku. Asyik dengan handphonenya.

"Apa?" tanyaku sedikit penasaran.

"Lo harus bayarin makan kita-kita selama 1bulan, dan itupun harus di cafe-cafe. Bagaimana?"

'Ya Tuhan...apakah tidak ada pilihan lain, selain kedua pilihan yang mereka berikan?'

Diam-diam aku melirik kedalam tas kecilku, melihat isi dompetku yang hanya tersisa uang beberapa lembar sepuluh ribuan. Sisa uang itu hanya cukup untuk makan beberapa hari saja, sementara mamaku mengirimkan uang 2minggu lagi. Bagaimana bisa aku memberi mereka makan dengan uangku selama 1bulan?? Kalau aku tidak memberi mereka makan...tu artinya aku harus...kenalan dengan cowo yang tidak aku kenal?

"Bagaimana Sepiah? Kamu pilih yang mana?" tanya Dara sambil menjilat beberapa jarinya, merasakan sisa-sisa cokelat yang masih menempel dijari-jarinya.

"Gue pilih...kenalan sama cowo aja deh.." putusku akhirnya.

"Pilihan yang tepat sepiah" ujar Dara dan Riana serempak sambil mengacungakan jari jempol kepadaku.

"Terus apa yang harus gue lakukan sekarang?" tanyaku.

"Lo cukup berdiri didepan pintu, terus lo gebet cowo yang masuk ke cafe ini. Ngerti sepiah?" aku mengangguk lemah sebagai jawaban yang aku berikan atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Riana. Tidak perlu menunggu lama, aku berjalan menuju pintu cafe dan berdiri layaknya seorang satpam cafe yang sedang menjaga keamanan cafe lemon.

'Oh My God!! Astaga!!' aku berseru kaget dalam hati. Melihat satu sosok pria yang datang menghampiri cafe, dia berjalan mendekatiku. Seorang pria, om-om hidung belang berkisar 70tahun. Om-om?? Apa umur segitu layak disebut om-om?? Bukankah seharusnya kakek-kakek?

Ya Tuhan...apa aku harus PDKT dengan om-om?? eh, bukan...bukan om-om. Tapi, kakek-kakek, apa aku harus PDKT dengan kakek-kakek itu?? Aku membalikkan badan, menyatukan kedua tanganku. Memohon kepada kedua temanku dari balik kaca.

'Please....jangan kakek-kakek itu ya??' ujarku dengan amat sangat pelan tanpa suara sambil menggelengkan kepalaku. Namun, kedua sahabatku hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dan memaksaku untuk menjalankan hukuman yang amat sangat berat menurutku.

Haaaaahhhh...

Aku mendesah pasrah...

"Om!! Mau jadi pacar aku gak??!!" Teriakku kesal sambil membalikkan badanku dan menutup kedua mataku. Tanpa melihatnya, aku berteriak memintanya menjadi pacarku. Ya Tuhan...mau taruh dimana mukaku ini?? Pasti saat ini aku sedang dijadikan tontonan seluruh orang yang berlalu lalang disekitar kami, maka dari itu aku tidak berani membuka kedua mataku.

"Apa?? Kamu bilang apa tadi??"

Tunggu...tunggu sebentar, bukankah aku meminta om-om menjadi pacarku??eh, kakek-kakek. Tapi...kenapa suaranya...terdengar seperti suara anak muda??

Sepiah Cinta Boyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن