"Chika, sampai kapan kamu mau menyalahkan itu nak? Itu semua sudah takdir kakak kamu Chika"

"Takdir? Mih karena pria brengsek itu selingkuh kakak jadi mengejar dia dan akhirnya kakak kecelakaan. Dia selingkuh mih, apakah selingkuh itu juga takdir?" Chika hampir meninggikan suaranya

"Pelan-pelan Chika, Indira sedang tidur"

"Hmmm"

"Chika, mami tau kamu sayang banget sama kakak, kamu marah sama bang Vian yang udah bikin kakak kamu gak ada. Tapi memang benar Chik, apapun yang kita alami didunia ini yah itu adalah salah satu dari takdir. Dan kita tidak boleh menyalahkan takdir atas semua yang terjadi pada kita"

Chika menangis, "hiks...kalau aja dia setia sama kakak mungkin sekarang kakak masih sama kita mih, bahkan Indira tidak akan kehilangan ibu kandungnya mih"

Aya tak bisa lagi berkata-kata, ia menarik tubuh anaknya itu ke dalam dekapannya. Memang semenjak kejadian kelam itu Chika sendirilah yang ingin Indira menganggapnya sebagai ibunya. Ia tak ingin Indira besar tanpa sosok figur seorang ibu. Tapi Chika pasti juga akan mengaku setelah usia Indira sudah cukup untuk mengerti semua ini. Ia juga ingin memperkenalkan sosok kakak yang dicintainya pada anak yang ia tinggalkan didunia ini bersamanya.

(Untuk reka kejadiannya, nanti ya di part ....... Nantikan aja hehe✌️)

.......


"Mih sarapan dulu yuk, nih Chika udah beliin sarapan" ucap Chika ketika melihat mami Aya baru saja terbangun dari tidurnya

"Eungghh....tumben kamu udah bangun, biasanya mami yang harus bangunin"

"Gak bisa tidur mih"

"Jadi semalaman kamu gak tidur?"

"Tidur sebentar mih, terus kebangun tadi jam 4" Aya menganggukkan kepalanya dan berlalu menuju kamar mandi.

Cklek....

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam, pih, udah pulang? Terus ini gak kekantor?" Tanya Chika

"Kekantor sayang tapi siang, gimana keadaan cucu papi Chik? Maaf ya papi kemarin ada urusan di luar"

"Ohh, iya gapapa pih, Indira udah gapapa sih tapi ya gitu tulang kakinya sedikit retak jadi untuk sementara ini harus di Gips"

"Ya ampun, kasihan banget sih cucu opa" papi Pucho mengelus lembut rambut sang cucu.

"Eh iya mami kamu kemana ini Chik?"

"Kamar mandi pih, palingan mandi. Nih pih sarapan dulu"

"Wiih tahu aja papi belum sarapan hehe"

"Kamu kalau mau sekolah pulang aja Chik, Dira biar sama papi dan mami, nanti pulang sekolah gantian lagi kita jaganya"

"Aku izin aja pih hari ini"

"Sekolah aja lah kamu sana"

"Dih kenapa emang? Orang Chika mau jagain anak Chika"

"Ck! Gak baik Chika bolos itu"

Tak berapa lama pintu kamar mandi pun terbuka dan menampilkan sang mami yang baru keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang lebih fresh.

"Ada apa sih ribut-ribut, suara kalian sampai kedengaran dari dalam tau" protes mami Aya

"Papi tuh mih, orang mau izin dilarang-larang" adu Chika

"Anak kamu mau bolos ya aku gak izinin dong sayang"

"Chika, kamu sekolah aja ya. Nanti Dira biar mami sama papi yang urus"

"Enggak mau mih, nanti kalau Dira bangun terus nyariin Chika gimana?"

"Makanya kamu tuh kalau disekolah cari pacar deh Chika, biar semangat sekolah gitu" kata papi Pucho yang langsung saja mendapat tatapan tajam dari anak semata wayangnya itu.

"Kenapa larinya jadi pacar sih pih, nyebelin banget. Pokoknya Chika hari ini mau jaga Indira titik" final Chika lalu ia masuk kekamar mandi hendak mandi dan kedua orang tua itu pun hanya bisa menghela nafasnya kasar.

"Anak kamu tuh mih, cariin pacar biar gak marah-marah mulu" bisik papi Pucho

"Gimana mau cariin pih, orang baru mau ngebahas aja tanduknya udah keluar begitu. Serem ah pih, takut mami"

"Udah lah pih, nanti juga dia punya pacar. Sekarang mending kita sarapan dulu aja, mumpung Dira-nya juga masih tidur tuh" lanjut mami Aya

Kedua orang tua itu pun mulai menikmati makan pagi mereka.

SISI LAIN YESSICA (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant