Aku puas mendengar Jelita dan kedua orang itu menggerutu bahkan aku bisa melihat ekspresi kesal dari mereka.

Hal tadi sangat menghibur tetapi sangat membuat energiku habis, aku segera ke kamar dan mandi setelah itu melakukan kegiatan rutin yaitu memakai skincare. Tetapi setelah itu aku tidak bisa tidur, hingga aku berdiam diri di balkon kamar.

Suasana nya amat sangat menenangkan bahkan aku bisa melihat bulan dan bintang malam ini, sungguh langka di langit Jakarta! Aku duduk lesehan, kedua tanganku memeluk lutut karena udara yang dingin.

Aku tiba-tiba menangis.

Sungguh itu bukan aku!

Hingga seseorang menyampirkan selimut di pundak, apakah itu madam Chi? Tapi sungguh diluar dugaan.

"Apa yang kamu lakukan di balkon tanpa selimut?"

Pertanyaan Raiden tidak aku jawab, karena air mataku masih menetes. Energi negatif sialan! Aku lelah dan mengapa mataku tidak bisa tertutup.

"Mengapa anda ke kamar saya? Itu tidak sopan," ucapku dengan nada marah.

Siapa yang tidak akan menyangka hal aneh jika seorang laki-laki ke kamar perempuan di tengah malam begini?

"Pintumu tidak tertutup dengan benar, saya hanya memastikan bahwa kamu sudah tidur dan akan mengunci pintu dari luar tetapi kamu tidak ada," ucap Raiden santai.

Benar, dia hanya memastikan jika aku aman walau bagaimana pun aku meminta perlindungan darinya sebulan lalu dan dia merasa terbebani oleh hal tersebut.

"May I hug you sir?" Tanyaku tiba-tiba.
(translate: bolehkah aku memeluk mu tuan?"

Sial, mulut jahanam ini!

"Sure, why not?" Jawab Raiden lalu merentangkan tangannya.
(tanslate: boleh, mengapa tidak)

Aku hanya diam dan ragu akan hal yang ku minta tadi.

Dia menarik ku ke dalam dekapannya, aku mematung tetapi rasa hangat yang menjalar ke seluruh tubuh membuat air mataku kian deras. Aku benar-benar menangis dipelukannya.

"May I ask why?" Tanya Raiden sambil mengelus rambutku.
(Translate: boleh aku bertanya mengapa?)

Aku menggeleng dan terdiam tak ingin menyalurkan energi negatif para badebah itu.

"Why are you crying? I hurt you? I'm sorry, it's my bad," ucap Raiden.
(translate: mengapa kamu menangis? Aku menyakitimu? Maafkan aku, itu kesalahanku)

Aku menggeleng dalam pelukannya, aku tidak memikirkan sikap Raiden tetapi aku saja yang cengeng.

"Bu-kan sa-lah kamu," ucapku terbata-bata akibat tangisan ini.

"Listen, kamu itu udah saya anggap sebagai adik sendiri. Jadi jangan mempertanyakan lagi, kita bukan orang asing," ucap Raiden bahkan dia masih mengelus rambutku.

"Kamu akan pulang ke Korea dan bertemu laki-laki impian mu dan saya juga akan bertemu dengan gadis yang saya butuhkan," ucap Raiden.

Kenapa? Kenapa manusia ini berkata seperti itu, hal itu membuat tangisku kian pecah. Aku tidak tahu lelaki apa yang akan bersama ku nanti dan rasanya aku akan tinggal di Korea saja menghindari keluarga besar. Tetapi, apa aku bisa?

"Kamu wanita baik Mahika, saya bangga sekali dengan kamu. Lelaki yang mendapatkan mu itu beruntung," ucap Raiden lagi.

Aku masih diam dipelukan Raiden, benar kenapa aku bisa se emosional ini hanya karena ucapan Raiden bahwa kami adalah kakak adik.

"Kalau misal aku engga nemu laki-laki itu bagaimana?" Tanyaku yang sudah bisa mengendalikan isak tangis.

Raiden tidak membelai rambutku lagi, tatapannya lurus ke depan membuatku bingung.

"Kamu bisa menjadi adik saya selama yang kamu mau dan sambil menunggu laki-laki itu tiba," ucap Raiden.

"Saya tidak bisa menjanjikan bahwa diri saya bisa bersamamu hingga akhir, karena hidup saya bukan sepenuhnya milik saya."

Ucapan Raiden terdengar ambigu, bukan kah keluarga besarnya tidak mengekang? Jadi apa yang dimaksud dengan demikian. Apa jika hidupnya adalah milik dia, akan kah status adik kakak zona ini berubah menjadi relantionship yang benar-benar romance?

"Selama disini aku di rundung oleh pelayan muda, kamu pasti tau kan? Tapi tadi aku mendengar omongan mereka secara langsung dan itu menyakitkan," ucapku sambil memukul dada karena tiba-tiba menjadi sesak.

Raiden memegang tanganku sehingga aku tak memukulnya lagi, dia dengan lembut membelai tangan kecilku ini.

"Aku engga pernah kepikiran jadi nyonya di mansion ini, karena tujuan aku hanya sembunyi dari Orang-orang itu."

Sekarang aku tidak dipeluk Raiden tetapi aku menyenderkan kepalaku dibahunya.

Dia berdehem dengan tatapan yang memandang langit.

"Aku capek, energiku habis," ucapku.

"Kamu keren banget, saya tidak mendapatkan laporan dari Madam Chi tetapi saya melihat sendiri," ucap Raiden membuatku terkejut.

"Jangan nangis terus, kamu itu perempuan hebat!"

Ucapan Raiden membuat air mataku turun kembali.

"Karena kamu anggap aku adik, aku boleh panggil kak ai dibanding tuan muda?" Tanyaku tiba-tiba.

"Sure, anything for you Mahika," ucap Raiden.
(Translate: tentu, apapun untuk kamu Mahika)

Anything? Tapi hanya dianggap adik saja, memang aku saja yang terlalu terbawa perasaan dan aku menyadari itu. Aku tidak boleh melakukan hal tersebut, perasaan ini tidak boleh berlanjut.

Aku sadar bahwa diriku telah jatuh ke pesona tuan muda ini, tapi aku harus mengubur rapat-rapat perasaan ini dan biarkan menjadi abu lalu berubah menjadi perasaan sebagai adik kakak.

Keheningan tak berlangsung lama karena aku meminta Raiden menceritakan studi nya di Harvad, namun aku tak ingat sampai mana cerita itu berlangsung. Aku tertidur!

Selamat jalan perasaan cinta, mari menyambut gelar adik baru Raiden Adyatama.

***

Notes:
Maaf aku abis rampungin abstrak proposal skripsi 😭

thank you yang udah nunggu, love u all

Yes, I'm Cinderella!Where stories live. Discover now