"Sama. Tapi Hyung, aku juga mau rose tteokbokki yang ekstra pedas."

Sunghoon langsung menoleh dengan penuh selidik. "Kau kuat makan pedas?"

Jaeyun tampak menciut. Jujur dia tidak kuat pedas, tapi dia sedang ingin makanan pedas. "Tapi aku sedang ingin."

"Arasseo. Rose tteokbokki pedas untukmu."

Jaeyun tersenyum lebar. Tak bisa menahan rasa senangnya, dia kembali merangkul lengan Sunghoon dan bersandar manja. "Terima kasih, Hoonie."

"Hm.."

Sembari menunggu makanan tiba, Jaeyun berinisiatif menyalakan Netflix untuk menonton bersama sang suami.

Mereka memilih menonton film action acak yang rupanya sedikit membosankan. Jaeyun pun menoleh pada pria di sampingnya. Tersenyum melihat Sunghoon yang begitu fokus ke depan.

"Hoonie suka filmnya?" tanyanya seraya merangkul lengan Sunghoon lagi, bersender dengan kepala mendongak menatap sang suami.

"Lumayan."

"Aku ingin lebih dekat denganmu, boleh?"

Sunghoon menoleh dengan alis terangkat sebelah. "Tapi kau sudah dekat denganku. Mau sedekat apa lagi? Kupangku?"

Jaeyun terkekeh geli sambil menggeleng. "Bukan itu, Hoonie. Aku ingin mengenalmu lebih dekat. Aku ingin mengenal suamiku lebih dalam."

"Ah.." Sunghoon pun berpaling kembali ke depan. Tapi tangan yang dirangkul Jaeyun, dia pindah ke belakang, merangkul pinggang suami kecilnya.

"Apa yang mau kau tau? Makanan kesukaanku? Tanggal lahir? Zodiak?"

"Semuanya. Semuanya tentangmu aku ingin tahu, Sunghoon." Jaeyun memeluk erat pinggang suaminya. Mengendus wangi tubuh Sunghoon yang seperti selalu habis mandi, segar sekali.

Sunghoon tak bisa menahan diri untuk tersenyum. Well, ini di luar ekspektasinya bahwa pernikahan mereka akan sangat flat. Tapi rupanya salah, tingkah Jaeyun yang manja begini saja sudah membuatnya kepalang senang.

"Makanan kesukaanku steak. Tanggal lahir, 8 Desember. Zodiak sagitarius. Apa lagi?"

"Film favorit? Lagu? Warna? Tempat?"

"Film dan lagu? Aku jarang menonton dan mendengarkan musik jadi aku tidak tau banyak soal itu. Warna? Putih, biru langit. Tempat? Aku tidak tau maksudmu, tapi yang terpikir pertama di kepalaku adalah pantai."

"Hewan kesukaan? Musim? Minuman? Hal-hal lainnya?"

"Puppy," jawab Sunghoon sembari menoleh pada sang suami yang juga tengah menatapnya. Ia menyeringai melihat ekspresi Jaeyun yang seperti puppy. "Sangat mirip denganmu."

"Aku?"

Sunghoon hanya tertawa pelan. Kembali berpaling ke depan. "Musim, winter. Minuman vanilla latte. Hal lainnya? Seperti apa maksudmu? Bekerja apa termasuk?"

Jaeyun terkekeh geli. "Sunghoon sangat suka sekali bekerja ya? Aku kadang penasaran, apa Sunghoon tidak merasa lelah bekerja terus-menerus, apa Sunghoon tidak bosan melakukan hal yang sama setiap hari."

"Bekerja dapat mendistraksi pikiranku dari hal-hal yang tidak penting. Overthinking hanya akan membuat sakit kepala. Lebih baik bekerja tanpa henti, pusing tapi tetap dapat uang."

Jaeyun tertawa lepas. Membuat tubuh Sunghoon ikut bergetar tertular tawanya.

"Aku tidak berpikir sejauh itu. Kau brilian sekali, Sunghoon."

Ding dong

"Ah, pesanannya sudah datang. Biar aku ambilkan."

Jaeyun lantas melepas pelukannya untuk beranjak menyambut pesanan mereka. Tak lama, ia datang mendorong troli berisi pesanan mereka.

Ia pun menata makanan mereka di atas meja. Meringis setelah tau kalau mejanya terlalu pendek dari sofa, sehingga mereka harus membungkuk, atau kalau tidak ya duduk di bawah.

"Harusnya kita makan di restorannya saja," kata Sunghoon sembari memasang kain di bawah dagunya.

"Maaf."

"Kenapa minta maaf? Kemari, kita makan bersama."

Jaeyun pun ikut duduk di bawah sebelah Sunghoon. Mulai menyantap steak-nya.

Setelah steak-nya sudah habis, Jaeyun dengan tak sabaran langsung memakan rose tteokbokki nya juga. Sesuai dugaan, dia langsung meringis di gigitan pertama. Rasa pedasnya seolah menggigit lidah. Tapi bukannya kapok, dia malah lanjut memakan potongan tteokbokki yang lain.

Sunghoon di sampingnya yang kini tengah menyantap desserts, hanya bisa menggeleng pelan melihat kelakuan suaminya. Dasar nekat, pikirnya. Ia lantas membuka sekaleng cola lalu diletakkan di samping piring tteokbokki Jaeyun.

Menggumamkan terima kasih, Jaeyun langsung menenggak colanya. Bukannya reda, dia malah berjingkat karena rasanya semakin pedas.

"Sunghoon haaahh pedass eungg~" rengeknya sambil mengipasi bibirnya yang tampak merah bengkak.

Melihat wajah Jaeyun yang juga semerah tomat, tak ayal membuat Sunghoon jadi ikutan panik. Dia bingung harus kasih Jaeyun apa karena tidak ada air mineral di sekitar mereka. Hanya ada cola, bir, teh hangat milik Jaeyun, dan vanilla latte milik Sunghoon.

"Ck! Kau ini merepotkan sekali sih! Sudah tau tidak kuat pedas kenapa masih nekat?"

Jaeyun menggoyangkan lengan Sunghoon dengan frustasi. Saking pedasnya, matanya hingga menitikkan air.

"Ah sial! Kemari."

Sunghoon pun menarik tangan Jaeyun lalu memagut bibirnya dengan cepat. Seketika bibir Sunghoon ikut merasa panas. Tapi untungnya dia tidak ikut kepedasan, sehingga ia mulai bergerak mengulum bibir atas dan bawah Jaeyun secara bergantian. Sambil terus mengusap rambut dan punggung Jaeyun supaya rileks hingga bibir itu kembali ke suhu normal. Yah meskipun ukurannya masih membengkak dan warnanya masih merah menyala.

Sunghoon melepas pagutannya setelah dirasa Jaeyun sudah berhenti melenguh kepedasan. Ia mengumpat dalam hati saat mendapati kondisi Jaeyun yang ekhem cukup berantakan? Pipinya masih memerah, bibirnya bengkak, ada jejak air mata, rambut basah karena keringat, saliva yang mengotori dagunya.

FUCK SEXY SEKALI

"Kau sengaja, huh?" tanyanya penuh selidik.

"Sengaja apa, Sunghoon?" tanya balik Jaeyun dengan bingung. Tak sadar menampilkan pleading eyes nya di kondisi yang seperti itu.

"Kau sengaja makan tteokbokki pedas supaya aku menciummu kan?"

Jaeyun membelalak tak percaya. Ujung telinganya tampak memerah. "Tidak, Hyung. A-aku memang sedang ingin tteokbokki pedas. T-tapi aku lupa kalau tadi tidak pesan air mineral juga. Aku benar-benar tidak sengaja, Hyungnim."

Sunghoon menyeringai. "Begitu? Tetap saja kau sudah membangunkan singa tidur, Jaeyun."

Jaeyun menelan ludah susah payah. Entah mengapa tiba-tiba atmosfer di kamar ini terasa berat dan panas. Ia tidak punya kesempatan kabur saat tiba-tiba Sunghoon menariknya kuat hingga dirinya menabrak tubuh Sunghoon. Pria yang lebih besar dengan mudah mendudukkan yang lebih kecil di atas pangkuannya.

"Aku tidak mau tau. Setelah ini kau harus melayaniku, Park Jaeyun. Anak nakal sepertimu harus dihukum, bukankah begitu?"

Tbc

Jujur lagi kena writer's block

He is my wifeOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz