"Kerja! Pacaran-pacaran. Ibu di sekolah ini jadi guru bukan pacaran." Bu Dayu memberitahu tak terima.

"Yaelah Bu dari muka juga udah keliatan banget sukanya. Udah confess belum Bu?" tanya Jeremy.

"Masuk kelas kalian! Ini udah bel!" Bu Dayu menyuruhnya membuat kelimanya masuk kelas.

Baik Jeremy memegang pundak Zidan dan berlari ke depan sementara Bedul dan Ronald loncat-loncat supaya tak bisa dijangkau oleh Bu Dayu. Sementara Bu Yuri—guru wali kelasnya ikut geleng-geleng kepala karenanya. Hari ini mereka ada mapel bhs inggris dan yang mengajar Bu Yuri sendiri.

"Galang," panggil Bu Yuri membuat Galang menoleh.

"Iya Bu?"

"Jangan buat keributan kaya tadi lagi. Apapun yang terjadi. Kamu gak boleh sampe dikeluarin dari sekolah ini," Bu Yuri mengingatkannya.

"Ibu gak bisa jamin di sekolah mana kamu bisa diterima lagi kalau dikeluarin dari sekolah ini," tambah Bu Yuri lagi.

"Kamu bisa kan menjaga kepercayaan Ibu sebagai wali kelas kamu?" tanya Bu Yuri.

Galang hanya diam saja. Selalu saja begitu kata-kata andalan orang-orang di sini.

Tidak bisakah mereka bertanya apa yang sebenarnya terjadi?

Atau tidak bisakah mereka bertanya siapa yang memulai keributan tadi untuk pertama kali?

"Baik Bu," balas Galang dingin lalu berjalan menuju ke arah kelasnya dalam diam.

Kedatangan Galang mengundang kelas yang ramai orang namun tampak hening itu memperhatikannya karena hanya Galang yang siswa terakhir yang masuk kelas. Itu sebabnya juga nama Galang selalu dikenal di sekolah ini. Selain dia adalah anak pindahan setahun yang lalu.

Sementara Bu Yuri memperhatikan Galang. Lalu menggelengkan kepalanya dan masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran.

Sementara Ghea yang sudah masuk kelas pun terdiam. Benar-benar kepikiran. Tidak pernah mengira Galang akan melakukan itu untuk seseorang yang tak ia kenal.

Menolongnya. Sesuatu yang membuat Ghea langsung tiba-tiba tersentuh.

****

Galang berdiri sendirian di atas gedung SMA Ganesha menikmati angin yang menerpa kulit wajahnya. Kedua tangannya terulur lurus memegang pembatas.

Ia lalu memperhatikan seorang perempuan yang baru saja berjalan keluar menuju ke kantin, sendirian.

"Suka?" tanya Jeremy berdiri di sampingnya membuat Galang kaget.

Jeremy memberikan Galang jamnya. "Gue mau kembaliin ini. Gue cari lo di kelas. Pas lo gak ada di kelas gue jadi berpikir kalau lo pasti di sini," Jeremy—temannya ini seolah tahu benar kebiasaan Galang.

"Maksud lo yang tadi?" tanya Galang.

"Iya itu, lo suka cewek itu?" tanya Jeremy.

"Pas lo cerita tentang cewek florist itu gue jadi tau siapa dia. Dia pasti Ghea Monika kan?" tebak Jeremy.

Galang hanya diam saja tak menjawabnya.

"Gue perhatiin dari tadi lo merhatiin dia. Makanya gue nebak kaya gitu," jelas Jeremy.

Galang mengambil jam tersebut dan memakainya. "Kira-kira dia masih marah gak ya sama gue?"

"Iya lo tanya dong kenapa nanya ke gue?" Jeremy menggoda Galang.

"Gue bukan emaknya."

"Gue gak tau harus gimana nanyanya." Galang memperhatikan Ghea dari atas sini.

"Lo mau nomornya? Gue ada." Jeremy menunjukan ponselnya.

GALANGWhere stories live. Discover now