1 Juni 2023: Dunia Baru

39 11 8
                                    

Day 1:

Buat cerita dengan tema pengalaman pertama (misal: pertama kali makan jengkol, pertama kali menjadi kucing, dst.) Buat sekreatif mungkin!

...

Hari pertama diberi tugas, dan Dewi Lokakarya sudah menjerit serta meraung di ruangannya.

"Bagaimana mungkin aku tidak histeris, Author! Baru pertama dilahirkan ke dunia dan aku sudah harus membuat sebuah dunia baru untuk ditinggali makhluk-makhluk khayalanmu?!"

Hah. "Ya, mau bagaimana lagi. Setiap cerita harus punya latar; tempat, waktu, suasana. Sudah sana, jangan mengeluh! Kerjakan dan pekerjaanmu akan segera selesai!"

Tendangan maut!

"Aaakh!"

...

"Aw ...."

Aku berjalan mondar-mandir seperti setrika di ruangan serba putih. Sesekali kugosok pantat yang terasa panas karena tendangan maut Author.

Apa? Kalian kaget atau tidak suka dengan perpindahan POV yang tiba-tiba jadi sudut pandang pertama ini? Hei, jangan salahkan aku! Author bilang untuk menyerahkan semuanya padaku, termasuk narasi ini. Lagi pula ini catatanku sekarang. Dia bisanya memang menyuruh-nyuruh—

"Ehem."

Aku berhenti melangkah. Aku lupa kalau kami ini satu pikiran jadi kami bisa tahu satu sama lain. Sebal—

Tok!

"Aw—Oke-oke, Paduka. Aku tidak akan mengeluh lagi ...."

Saatnya untuk bekerja kurasa dan berhenti mengomel.

Jadi, apa yang harus dipunya dunia baru sebagai latar cerita? Sepertinya Author punya catatan tentang itu.

Eh, tapi sebelum itu, aku harus mengisi kekosongan ini agar benar-benar terasa seperti bengkel kerja.

Kujentikkan jari.

Poof!

Meja dan kursi besar kayu di depan. Papan gambar di kiri. Barang-barang seni rupa dan kriya di sebelah kanan. Oke, apalagi yang kurang?

Hm, sepertinya tidak ada. Sekarang saatnya bekerja!

"Thor, aku harus apa?! Aku kan anak baru yang pertama kali kerja. Butuh bimbingan, ini!"

"Terserah, buat suka-suka!"

"Dasar tidak bertanggung jawab—"

Ctas!

"Iya, iya aku mengerti!"

Kalau suka-suka, aku buat saja dulu benua-benua yang bakal jadi latar tempatnya. Author punya catatan tentang membuat benua menggunakan kertas, pensil, dan kacang hijau. Akan tetapi, karena aku dan Author satu pikiran, harusnya aku tidak perlu susah-susah mengakses isi otaknya.

Poof!

Semua bahan tersedia! Apa? Aku memang bisa memunculkan apa pun sesuka hatiku. Sudah kubilang barang-barang tadi hanya agar tempat kosong ini lebih terasa seperti bengkel kerja. AH, sudahlah! Tidak penting membahas itu.

Oke, perhatikan baik-baik ini. Saatnya benar-benar bekerja. Pertama, aku menggelar kertas putih. Kedua, kacang hijau yang ada kutaburkan di atas kertas. Ketiga, kacang-kacang hijau yang tergeletak acak akan membentuk sebuah gambaran besar. Terakhir, aku hanya perlu menggambar garis dengan pensil di pinggiran kacang-kacang hijau yang tersebar itu hingga membentuk sebuah benua.

"Tada!"

Sebuah gambar benua besar dari hasil gambar kacang hijau. Lore-nya pun jadi seperti ini: Benua ini tercipta dari hasil karya sang Dewi. Kacang-kacang hijau menjadi darat, dan karbon menjadi pinggiran. Lautnya berwarna putih pada mulanya karena berasal dari kertas. Itulah mengapa karbon menjadi sumber kehidupan dan kacang hijau menjadi makanan pokok, serta mengapa laut berwarna putih.

Tidak masuk akal? Ya, memang! Kalau dipikir lagi, semua lore mitologi itu tidak ada yang masuk akal. Namun, orang zaman dahulu percaya-percaya saja karena doktrin.

"Bagaimana, Author? Lumayan, kan?"

"Hm, lumayan untuk seorang pemula. Tapi, untuk keperluan profesional sepertinya tidak. Kau akan memperkuat yang sudah ada saja, biarkan aku yang membuat dari awal."

Aku ingin menangis saja. Kembalikan aku ke otakmu saja, Thor. Aku tidak kuat. Baru pengalaman di hari pertama dan usahaku berakhir sia-sia.

=QwQ=

Buana Sang Dewi - Daily Writing Challenge NPC 2023 (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz