Prologue; A Letter From Dad

83 18 5
                                    

Hai Yeosang, ini uang buat
sebulan harus cukup ya! Papa
hari ini pergi lagi ke Gyeongju.
Jaga diri baik-baik, jangan males
makan, jangan males mandi,
jangan merepotkan Ahjumma,
jangan bengong terus kayak anak
cacingan, jangan keseringan
main game, jangan lupa kerjain
tugas sekolahnya, pokoknya
sehat-sehat terus ya~!

With heart,
your dad.


Setelah membaca surat tersebut, Yeosang mengembuskan napas sekuat-kuatnya. Meremat kertas itu lalu ia lempar ke tempat sampah. Dia kesal. Mengapa ayahnya itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya seperti 'pekerjaan adalah satu-satunya alasan agar dia bisa hidup'.

Untuk alasan mencari nafkah? Oke, Yeosang akui ayahnya benar, tetapi jangan sampai meninggalkan dia berhari-hari di rumah juga, dong. Yeosang selalu merasa sepi setelah kepergian sang ibu, lalu sekarang ayahnya ... ah sudahlah.

Kepedulian sang ayah hanya bisa dia curahkan lewat uang. Namun, Yeosang rasa itu bukan apa-apa jika disandingkan dengan rasa kasih sayang.

Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya membutuhkan uang. Ah, bagaimana ya menjelaskannya?

Sial. Yeosang jadi mengulur waktu gara-gara surat menyebalkan itu. Dia 'kan harus pergi ke sekolah hari ini. Yeosang membawa handuknya kemudian berlari ke kamar mandi secara tergesa. Yeosang itu tak suka terlambat, dia terbiasa melakukan apapun dengan serba cepat.

Sepuluh menit berlalu. Dengan kemeja beserta jas yang telah melekat rapi pada tubuhnya, Yeosang berdiri di depan kaca yang terpasang di permukaan dinding. Sekilas, ia menyisir rambut lalu berlari kecil ke luar kamar. Tak lupa meraup beberapa lembar uang dari amplop dan memasukkannya ke dalam tas.

"Ahjumma, saya pergi dulu," ucap Yeosang. Singkat tapi sopan, ia membungkuk hormat pada sang Ahjummaㅡasisten rumah tanggaㅡyang sedang menyiram tanaman di pekarangan rumah.

"Loh, kamu nggak makan dulu?" tanya Ahjumma.

Yeosang menggeleng. "Gampang, tinggal beli."

Ahjumma geleng-geleng saja mendengar hal itu. Padahal 'kan masakan rumah jelas lebih bergizi dibanding makanan cepat saji yang banyak dijual di luar sana. Dasar anak muda.

Yeosang pun melenggang menuju halte bus, duduk di sana seraya melirik pergelangan tangannya yang berhias arloji, kakinya digoyang-goyangkan sebab tak sabaran. Ternyata bus yang seharusnya Yeosang tumpangi telah lewat sekitar 2 menit lalu, Yeosang harus menunggu 17 menit lagi untuk naik di jadwal selanjutnya.

Mengapa Yeosang tidak membawa kendaraan saja? Jawabannya adalah karena Yeosang mengalami kecelakaan seminggu lalu yang menyebabkan motornya jatuh ke jurang. Yeosang sempat menginap di Rumah Sakit selama tiga hari setelah insiden tersebut.

TIK! TIK!

Suatu kesialan terjadi lagi. Titik-titik hujan mulai jatuh ke tanah seiring awan yang bergeser membentuk gumpalan. Kontras langit pula kian menurun. Merasa kesal, Yeosang lantas melempar batu bataㅡyang ia ambil di dekat sepatunyaㅡke jalanan. Namun, tak sengaja pecahan batu tersebut mengenai mobil yang lewat.

Yeosang membelalak, dia mendekati mobil tersebut lalu membungkukkan badannya berkali-kali guna meminta maaf. Pemilik mobil pun keluar, membuat Yeosang terdiam sesaat.

Alih-alih marah, orang itu justru berkata, "hai? Kayaknya kita satu sekolah. Mau pergi bareng saya gak? Bentar lagi hujannya deres nih."

Aigo, sungguh berhati malaikat manusia yang satu ini.













































































































▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

₎❝ D I S C L A I M E R !

this work contains action of bullying, scary things, and some harsh words ୧ˎ -

˚sebelumnya aku mau bilang kalo karya ini 60% ide dari leetaelix hshshs makasih banyakk loh atas masukannya ♡o♡ ₊˚ˑ༄

࿂ genre : drama, slice of life, mystery, crime, friendship

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

˚✧ coming soon˚✧

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: May 08, 2023 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

࿂ ⌇ RetrouvaillesUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum