(2) Past: The Day when They Took My Friends

2K 284 161
                                    

Setelah tuan Bennet--ayah Will dan Lizzy datang, beliau segera menyuruh anak-anak masuk ke dalam baseman. Ia dengan cekatan mengunci setiap pintu dan jendela. Setelah memastikan semua nya terkunci dengan baik, Tuan Bennet memeluk dan mulai menenangkan kami.

"Ssstt.. Tidak apa-apa. Semuanya sudah aman. Mommy sebentar lagi akan sampai dari kota. Kita semua akan aman." bisiknya pelan.

Kami terus berada di baseman sampai matahari terbenam tepat disaat kedua orangtuaku dan nyonya Bennet kembali.

Will dan Lizzy langsung menghampiri ibu mereka dan memeluknya erat. Nyonya Bennet tampak terisak pelan saat memeluk kedua anaknya.

Kedua orangtua ku juga langsung melakukan hal yang sama. Mereka memeluk ku dengan erat dan terus mengecup keningku tanpa henti.

Setelah reuni pelukan berakhir, Mom dan Dad langsung menghampiri tuan dan nyonya Bennet dan mengucapkan terimakasih. Mereka berbincang sejenak dengan raut muka yang serius. Mereka berbicara dengan pelan. Aku hanya bisa mendengar kata "immune" dan "WICKED" tanpa mengetahui apa maksudnya.

"Hei." panggilan Will membuyarkan kesibukan ku. Aku menoleh dan melihat wajah letihnya. Ia berusaha tersenyum kecil. "Apa kau baik-baik saja?" tanya nya khawatir.

Aku menganggukan kepala menanggapi pertanyaannya. Ia menghembuskan nafas lega. Ia tampak sangat kelelahan. Bajunya dipenuhi dengan noda tanah, begitupula dengan wajahnya.

"Bagaimana denganmu?" tanya ku. Ia menoleh kepada ku dan tersenyum hangat. Senyuman itu masih sehangat seperti 3 tahun yang lalu, saat pertama kali aku bertemu bocah lelaki ini.

"Aku baik-baik saja," Ia kembali memandangi kedua sepatu lusuhnya. "sepertinya..." Senyuman nya perlahan memudar.

Aku menjulurkan tanganku untuk menggapai tangan Will. Ku remas dengan lembut tangannya. Berharap itu bisa menenangkannya.

"Ini semua salahku. Seharusnya aku tidak melakukan pengintaian bodoh itu." Will berkata pelan. Air mata mulai menggenang di kedua matanya. Ia berusaha menghapusnya dengan lengan bajunya.

"Tidak Will. Kau sangat pemberani. Kau sudah menyelamatkan Lizzy. Kau sudah menyelamatkan ku." ujar ku lembut. Will memang sudah menyelamatkan kami. Jika dia tidak menarik tangan kami dengan cepat, tuan Baldwin mungkin sudah menangkap kami dan menjadikan kami menu utama makan malamnya.

Will menoleh memandang ku lekat-lekat. Pandangan kami bertemu. Dapat ku lihat kedua iris coklat nya tampak teduh. Pandangan matanya tampak menembus diriku. Ini pertama kalinya dia memandangku seperti ini. Rasanya begitu aneh. Aku berusaha mengalihkan pandangan ku dari Will. Aku menundukan kepala ku, tak berani menatap Will.

"Terimakasih, Isabella." ucapnya memecahkan keheningan diantara kami.

***

Aku terbangun seketika saat mendengar suara tembakan. Ini sudah seminggu semenjak kejadian crank tuan Baldwin. Seketika kota berubah menjadi kacau. Virus itu menyebar dengan cepat di kota kami. Tak butuh waktu lama hingga para orang gila itu memenuhi jalanan.

Bahkan di lingkungan kami sudah banyak orang-orang yang pergi dan berubah menjadi Crank. Rumah-rumah ditinggalkan seketika. Lingkungan kami berubah seperti kota mati.

Namun, masih ada beberapa keluarga yang masih bertahan. Ya, walaupun tidak menunjukan tanda-tanda keberadaan sama sekali. Kebanyakan dari mereka mengungsi di baseman rumah dalam keadaan gelap. Mereka berlindung dari serangan orang gila ataupun hal yang tidak diinginkan lainnya.

Keluarga Bennet masih menetap di baseman mereka. Begitu pula dengan keluarga ku.

Semenjak kejadian itu, aku tak pernah bertemu Will dan Lizzy lagi. Orangtua kami melarang kami untuk keluar rumah. Walaupun begitu kami masih sering menyapa dan melambaikan tangan lewat jendela loteng, sebelum kami semua pindah ke baseman.

Suara tembakan kembali terdengar berkali-kali. Dad seketika melompat dari tempat tidurnya. Begitu pula dengan Mom.

"Aku akan keatas untuk mengeceknya. Kalian tunggu disini." ucap Dad waspada. Mom mengangguk dan memelukku erat.

Suara tembakan kembali terdengar dan dilengkapi dengan suara jeritan. Mom menutup kedua kupingku agar aku tidak mendengarnya. Badan ku gemetar ketakutan.

Beberapa menit kemudian Dad kembali. Nafasnya menderu cepat sepertinya ia habis berlari.

"Itu dari rumah seberang." ucap Dad. "Mereka sudah mengambilnya." Mom menutup mulut terkejut. Dad hanya menggelengkan kepala pelan.

Rumah seberang. Itu adalah rumah Will dan Lizzy. Kepanikan menjalar di tubuhku. Apa yang terjadi? Apa Will dan Lizzy baik-baik saja?

Aku berusaha melepaskan diri dari pelukan Mom, dan segera berlari keatas. Mom berteriak pelan memanggilku. Namun tak ku hiraukan.

Aku berlari ke loteng, dan melihat dari balik gorden ke arah rumah Will. Tampak sebuah mobil van putih menunggu di depan rumahnya. Di bagian pinggir mobil itu terdapat tulisan hitam dengan huruf kapital. WICKED. Apa itu WICKED?

Beberapa menit kemudian, beberapa sosok keluar dari pintu depan rumah Will. Mereka beberapa orang dewasa berpakaian putih. Lengkap dengan penutup kepala seperti astronot.

Tenggorokan ku tercekat melihat dua sosok kecil di paling belakang. Itu Will dan Lizzy. Will tampak memeluk Lizzy dengan erat. Air mata keluar dari kedua matanya, begitupula dengan Lizzy. Mereka tampak ketakutan.

Dimana orangtua mereka? Mengapa tuan dan nyonya Bennet membiarkan orang-orang itu mengambil kedua anak mereka?

Orang-orang berpakaian putih itu menggiring Will dan Lizzy memasuki mobil. Sebelum masuk ke dalam mobil, Will mengedarkan pandangannya ke seberang, ke arah rumah ku. Ia menatap keatas loteng. Mata kami bertemu. Dapat ku lihat ketakutan di kedua bola mata cokelatnya. Ia seperti meminta tolong padaku. Aku harus menolongnya. Aku harus menolong Will dan Lizzy.

Tiba-tiba tubuh ku ditarik ke belakang. Dad memegang kedua pundak ku erat. Tatapan nya bercampur antara gelisah dan marah.

"Apa yang kau lakukan, Izzy?!" bisiknya marah.

"Mereka mengambil Will. Mereka mengambil Will dan Lizzy." isak ku pelan. Tatapan Dad melembut. Dia segera menarik ku ke dalam pelukannya. Tangisan ku pecah di dada Dad.

Dad mengusap kepala ku lembut. "Tenang, nak. Dad tidak akan membiarkan mereka mengambil mu dari kami. Kami semua akan melindungimu." ujarnya lembut.

Aku masih terisak didalam pelukan Dad. Suara mesin mobil dinyalakan terdengar dari seberang. Mobil itu bergerak pergi. Semakin jauh. Semakin jauh hingga aku tak bisa mendengar suaranya lagi.

Mereka sudah mengambil Will dan Lizzy. WICKED sudah mengambil sahabatku. []

----------

A/N: Haloha Shanks!! Apa kabar? Semoga sehat selalu ya. Terimakasih sudah baca chapter kedua ini! Terimakasih juga buat dukungan kalian semua di chapter sebelumnya. Huhu <3 Oh iya, jangan lupa vote dan comment ya! Sampai bertemu minggu depan di chapter 3!!

ILY ALL, BUT I LOVE THOMINEWT MORE *plak*

On mulmed: Little Lizzy. Adakah yang bisa menebak nama asli adek yang lucu itu siapa? Hehehe

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

She's Not The Last One #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang