(1) Past: The First Day when the Flare Attacked My City

2.2K 275 49
                                    

"Isabella!" gadis itu tersenyum gembira sembari berlari menghampiri ku. Kepangan rambutnya mengibar bak bendera saat ia berlari. Sesampainya didepanku, ia langsung membenamkan wajahnya di perut ku dan memeluk ku erat.

"Hai Lizzy." ucap ku sembari mengacak-acak rambut pirangnya. Lizzy tertawa kecil saat ku melakukannya. Tawa nya begitu menggemaskan.

"Dimana kakakmu?" tanya ku.

"Dia ada di halaman belakang. Dia sedang melakukan pengintaian." ujarnya dengan aksen british yang kental.

"Pengintaian?" ucap ku kebingungan.

Lizzy langsung mendekatkan mulutnya di telinga ku. Aku pun mendekat dan mendengarkan nya dengan seksama. "Kau tahu Tuan Baldwin? Pria disamping rumah yang memiliki supermarket di kota?" aku menggangguk menanggapi pertanyaan Lizzy.

Ya, aku kenal Tuan Baldwin. Semua orang di kota mengenal beliau. Beliau adalah pemilik Supermarket "Baldwin's Stuffs" di kota. Dia seorang pria gemuk dengan senyum ramah. Semua orang di kota menyukainya. Dia juga sering sekali memberi anak-anak kudapan gratis. Itulah alasan utama mengapa aku menyukainya.

Lizzy pun melanjutkan bisikannya, "Will bilang kemarin dia melihat kalau Tuan Baldwin mulai menunjukan tanda-tanda aneh. Tubuhnya semakin kurus, matanya cekung, dan dia juga mulai meracau aneh-aneh. Will berspekulasi bahwa Tuan Baldwin sudah terkena virus itu dan sebentar lagi dia akan menjadi seorang crank!" Aku tersontak mendengar ucapan Lizzy. Crank? Bagaimana bisa?

"Apa kau yakin, Liz? Mungkin saja ia hanya kelelahan. Kau tahu kan Mr. Baldwin sangat sibuk akhir-akhir ini." ucap ku mencoba positif. Sejauh ini virus itu belum terjadi di kota kami. Tidak seperti kota-kota yang lainnya.

"Aku juga belum tahu. Tapi kakak ku kan seorang jenius. Tebakannya pasti tepat. Ayo kita ke belakang dan melihat pengintaiannya." Lizzy menarik tangan ku. Aku pun mengikuti nya ke halaman belakang rumahnya.

Halaman belakang rumah Lizzy sangatlah bersih dan asri. Terdapat berbagai macam bunga di halamannya, mulai dari anggrek, lily, mawar, dan sebagainya. Orangtua Lizzy adalah pecinta bunga. Mereka bahkan membuka sebuah toko bunga di kota.

Lizzy berlari ke sebuah pohon sycamore yang sangat tinggi. Dia melihat keatas dan melambaikan tangannya. "Will!! Bagaimana pengintaiannya?" teriak Lizzy kearah atas pohon.

"Ssstt... Diam Lizzy. Nanti dia bisa mendengar kita." omel anak lelaki diatas pohon. Lizzy hanya cemberut menanggapinya. Aku tertawa kecil melihat kelakuan Lizzy.

Aku menghampiri nya dan melihat ke atas pohon. Tampak anak lelaki berambut pirang yang sedang melihat melalui teropong. Teropong nya mengarah ke rumah Tuan Baldwin. Ia tampak serius sekali.

"Hei tuan Sherlock, bagaimana hasil pengintaiannya?" ucapku kepada anak lelaki itu.

Anak lelaki itu sontak melihatku dan tersenyum manis. "Bella! Apa yang kau lakukan disini?" Aku tersenyum menanggapi pertanyaan nya. Dia pun segera turun dari pohon dan menghampiri diriku dan Lizzy.

Ia sontak memelukku hangat. Aku membalas pelukannya sembari menepuk pundak nya pelan. Beberapa saat kemudian, Ia melepaskan pelukannya dan tersenyum melihatku. Mata coklat nya berbinar terang. Rambut pirangnya tampak acak-acakan dan dipenuhi dengan guguran daun. Sahabatku ini terlihat sangat berantakan.

"Kau sudah kembali! Aku rindu sekali padamu. Bagaimana liburan mu di rumah paman Andrew?" tanya nya.

"Yah, tidak ada yang spesial. Paman ku sangat sibuk. Ia sering sekali keluar untuk bekerja. Begitupula dengan bibiku." Ceritaku singkat.

Ya, beberapa hari yang lalu, orangtua ku menitipkan diriku kerumah Paman Andrew. Kedua orangtua ku begitu sibuk dengan pekerjaan mereka akhir-akhir ini. Oleh sebab itu mereka membuat ku menginap di rumah Paman. Tapi sayangnya paman ku tak kalah sibuk dari mereka. Begitupula dengan istrinya. Alhasil aku hanya menghabiskan waktu ku untuk membaca dan bermain dengan Stuart, anjing corgi milik mereka.

She's Not The Last One #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang